Terjebak pada keinginan untuk mengimplementasikan konsep berhasil sama yang dilakukan oleh Nintendo dengan Wii, Sony memang sempat menawarkan sebuah peripheral sensor gerak bernama PS Move. Dengan bentuk dua buah tongkat dengan bola bersinar di atasnya, PS Move juga diposisikan sebagai senjata utama melawan perangkat sensor gerak mutakhir milik Microsoft – Kinect. Terlepas dari rasa penasaran yang sempat muncul di awal pengumumannya, tidak perlu menunggu lama hingga produk ini gagal di pasaran. Dukungan game yang minim dan tidak menarik menjadi salah satu blunder terbesar PS Move. Walaupun demikian, Sony mengaku masih belum menyerah.
Terlepas dari fakta bahwa kontroler berbasis sensor gerak terhitung tidak lagi diminati oleh gamer saat ini, boss besar Sony – Shuhei Yoshida masih menaruh harapan yang besar untuk PS Move. Ia meyakini bahwa peripheral ini akan lahir kembali sebagai sesuatu yang esensial begitu headset VR Sony – Project Morpheus meluncur ke pasaran. Headset ini disebut akan lebih nyaman dinikmati dengan sebuah kontroler yang mampu membaca gerak tiga dimensi, sesuatu yang ditawarkan PS Move sejak awal kelahirannya.
Tidak hanya itu saja, Yoshida juga menyebutkan bahwa kegagalan yang terjadi bukan karena PS Move itu sendiri. Ia tetap hadir sebagai kontroler gerak yang presisi, hanya saja, konsep seperti ini dianggap terlalu “futuristik” untuk game-game yang saat ini masih mengandalkan layar dua dimensi. Tidak ada keuntungan yang bisa diraih gamer dengan menggunakan PS Move dengan formula seperti ini.
Sony sendiri masih belum bias memberikan tanggal rilis dan harga yang pasti untuk Project Morpheus, terlepas dari antisipasi yang semakin besar dari bulan ke bulan. Tapi mampukah Morpheus menghembuskan napas baru untuk PS Move? Kita tunggu saja.
↧