Oke, pertama, gua enggak akan bahas kenapa lu mesti pacaran dengan gamer atau justifikasi apa yang membuat cowok/cewek idaman lu ngerasa harus merhatiin lu lebih baik daripada segudang kompetitor lain yang mungkin berebut hati yang sama dan hadir dengan nilai jual yang lebih mantep. Gua juga enggak akan menggeneralisasi sebuah kualitas karakter yang seharusnya unik ke masing-masing manusia dan berpikir seolah yang namanya “Gamer” adalah entitas alien dari dunia luar yang pikiran dan sifatnya terhubung satu sama lain dan gak punya chance buat beda. Kita enggak akan ngebahas itu. Kita akan ngebahas sesuatu yang lebih realistis.
Pernah baca judul artikel di situs video game atau forum dengan judul sama yang di atas? Yups, gua juga. Biasanya isinya akan berkisar dengan serangkaian isi trait / karakter super positif yang digeneralisasi, yang tujuannya biasanya cuman satu – ngasih justifikasi kenapa gamer itu calon pacar potensial yang mesti dilirik.
Rasional atau enggak? Who cares! Prinsip artikelnya biasanya seperti ini. Yang pentingnya isinya menyanjung diri sendiri atau identitas kita sebagai gamer, kalau kita ini makhluk superior yang lebih hemat, lebih bertanggung jawab, lebih romantis, lebih pantang menyerah, dan lain-lain. Dengan sedikit bumbu ego dalam diri yang mungkin di dunia nyata sering diinjak orang lain, kita tiba-tiba langsung mengiyakan dan menyetujui bahwa kita semua berbagi kualitas kepribadian yang sama. Biar dapat perhatian ekstra dan nyampe enggak langsung ke “telinga”nya gebetan, kita pun langsung nge-share di Facebook, Twitter, Path, dan semacamnya biar dapat justifikasi ekstra. Yang gua hendak tanyakan sebenarnya cuman satu, bukankah ini sudah saatnya mulai belajar buat mijak tanah?
Bukankah ini sudah saatnya bercermin? Bukankah ini sudah saatnya jujur sama diri sendiri? Bukankah ini saatnya untuk tidak lagi menggunakan alasan “gamer” dan “superioritas” untuk mendapatkan perhatian dari pujaan hati, yang sebenarnya, enggak pernah lu perjuangin sama sekali? Bukankah sudah saatnya mengakui bahwa “10 alasan” ini biasanya berputar pada sebuah pembenaran semu yang tidak berlandas fakta?
↧