Seperti diketahui, salah satu daya tarik utama dari ajang GameStart 2015 adalah kehadiran perangkat virtual reality milik Sony, PlayStation VR. Pameran game yang berlangsung di Suntec Convention Centre Singapura ini menjadi tujuan pertama dari PlayStation VR di Asia Tenggara.
JagatPlay pun berkesempatan untuk mencicipi PlayStation VR secara langsung. Meski tidak bisa dibilang puas dengan waktu yang diberikan, mengingat harus bergantian dengan jurnalis lainnya baik dari Indonesia maupun negara-negara tetangga, namun kami setidaknya telah mendapatkan gambaran tentang headset ini.
The Hardware
Sebelum membahas soal experience yang dirasakan ketika mengggunakan PlayStation VR, perlu diketahui bahwa versi yang ditampilkan di GameStart 2015 memiliki spesifikasi sebagai berikut: Layar OLED 5,7 inci dengan resolusi 1920xRGBx1080 (960xRGBx1080 per eye), refresh rate 120Hz, field of view 100 derajat, sensor accelerometer dan Gyroscope, interface HDMI dan USB, serta fitur 3D audio.
Yang patut digarisbawahi, selain terdiri dari headset-nya sendiri, PlayStation VR juga memiliki sebuah box external yang disebut Processing Unit. Alat itulah yang bertugas untuk memproses berbagai ‘pekerjaan berat’ ketika game atau konten yang dimainkan butuh memproduksi gambar dengan latency yang rendah. Hal yang sama juga terjadi pada audio khususnya untuk menghasilkan 3D audio.
Secara desain PlayStation VR sudah cukup nyaman untuk dikenakan di kepala. Tidak berat dan mudah untuk mengatur fokus pada tampilan di layar dan menyesuaikan dengan mata pengguna hanya dengan menekan tombol di bagian kanan bawah. Bagian ‘tali’ yang mengikat ke kepala pun mudah disesuaikan dengan ukuran kepala agar tidak longgar. Bahkan, menurut teman kami seorang jurnalis yang mengenakan kacamata, PlayStation VR masih nyaman digunakan.
Tampilan pada layar sudah terlihat tajam, meski masih nampak tekstur-tekstur kasar pada game tertentu, misalnya Kitchen. Tapi hal itu bisa dimaklumi mengingat perangkat dan game-nya memang masih dalam tahap pengembangan. Frame rate yang dihasilkan pun tergolong nyaman di mata. Sensor yang dibenamkan bekerja sesuai fungsinya dengan mengikuti gerakan hingga 360 derajat. Soal audio, Anda akan membutuhkan sebuah headphone yang mumpuni agar pengalaman memasuki ke dunia virtual menjadi lebih dalam.
Setelah mencoba beberapa game yang ditawarkan, kami tidak mengalami motion sickness sama sekali. Mungkin juga karena sesi yang ditawarkan memang sangat singkat karena semua game yang tersedia pun belum dalam format full version. Intinya, dengan durasi sekitar 5 menit dari masing-masing game, tidak ada perasaan pusing atau mual.
Namun ada beberapa hal yang cukup mengganggu, terkadang seiring jalannya permainan, gambar yang nampak di layar sedikit kehilangan fokus atau blur (terutama jika game yang dimainkan menuntut Anda banyak bergerak, contohnya The London Heist Getaway). Hal ini membuat kami harus mengatur ulang posisi PlayStation VR.
Secara keseluruhan, sebagai sebuah perangkat yang masih dalam tahap pengembangan dan belum diketahui kapan akan dirilis ke pasaran, PlayStation VR mampu membawa penggunanya masuk ke dalam dunia game. Pengalaman yang kami rasakan begitu memukau dan membuat kami merasa benar-benar berada dalam dunia yang berbeda. Dengan perpaduan DualShock 4, PlayStation Camera, dan PlayStation Move, perangkat virtual reality ini jelas punya potensi sangat besar untuk mengubah tren industri video game di masa depan. Tentunya jika harga yang ditawarkan cukup masuk akal bagi sebagian besar gamer.