Akuisisi Disney atas Lucas Arts beberapa tahun yang lalu tak hanya membuat para penikmat film, terutama penggila Star Wars mempertanyakan masa depan film fenomenal yang satu ini. Namun ada sedikit gelombang optimisme bahwa akuisisi ini akan berujung pada sesuatu yang positif, apalagi mengingat apa yang berhasil dicapai Disney lewat franchise superhero Marvel yang secara konsisten menghiasi layar lebar. Dan hal ini terbukti lewat Star Wars Episode VII: The Force Awaken dengan hype besar di tangan sutradara yang tampaknya tepat. Tapi akuisisi ini juga punya pengaruh tersendiri di industri game. Disney langsung menyerahkan hak pengembangan game eksklusif untuk EA selama 10 tahun ke depan, memberikan publisher raksasa ini begitu banyak proyek potensial untuk dikerjakan. Sebuah tantangan yang dijawab EA dengan seri terbaru Star Wars Battlefront.
Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya cukup sedikit gambaran soal apa yang ditawarkan proyek yang satu ini. Satu yang pasti, ia menawarkan salah satu kualitas visual terbaik di tahun 2015 ini. Penyempurnaan engine Frostbite milik DICE terlihat semakin matang, tak hanya lewat detail tekstur saja, tetapi juga implementasi sistem tata cahaya dan atmosfer yang ditawarkan. Satu yang pasti, Star Wars Battlefront sangat terasa seperti sebuah game Star Wars yang seharusnya, terutama dari kemampuan DICE meracik tiap lokasi pertempuran yang ada. Lebatnya hutan di Endor dan keringnya Tatooine dipresentasikan dengan luar biasa, bahkan bisa dibilang – nyaris sempurna. Namun tentu saja, video game tak pernah sekedar soal visual dan presentasi semata. Karena pada akhirnya, semuanya mengarah pada aspek yang seharusnya lebih penting, seperti gameplay dan konten.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Star Wars Battlefront ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai proyek yang menawarkan konten tak sepadan harga? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Tanpa Mode Campaign
Maka berbeda dengan review-review JagatPlay pada umumnya, kami tak akan membicarakan aspek “plot” sama sekali untuk Star Wars Battlefront. Bukan karena kami takut bahwa ia tak bisa terhindarkan dari spoiler dan berakhir menghancurkan pengalaman bermain Anda, tetapi sesederhana karena DICE sendiri memang tak menyertakan mode campaign sama sekali di sini. Star Wars Battlefront adalah sebuah game yang memang didesain untuk menjadikan multiplayer sebagai fokus utama.
Selain beragam mode multiplayer yang ada, memang ada beberapa misi yang didesain untuk bisa dimainkan seorang diri. Ada mode Training, Battle, dan Survival yang kesemuanya bisa dimainkan seorang diri melawan AI yang ada. Ia juga bisa mencicipinya sebagai sebuah mode kooperatif bersama dengan teman dalam list Friends Anda. Namun sayangnya, hanya itulah peran mode “single player” ini. Tiap darinya tidak dibalut dengan cerita sama sekali, hanya segilintir cut-scene untuk jadi pondasi dasar apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Sesuatu yang sangat disayangkan, tentu saja. Mengapa? Karena seiring dengan berjalannya waktu permainan kami di multiplayer, Star Wars Battlefront benar-benar memperlihatkan potensi untuk tampil sebagai sebuah game dengan mode campaign yang menawan, terlepas dari apakah Anda berperan sebagai karakter ikonik dari franchise raksasanya atau sekedar pasukan remeh temeh dari pihak Rebels ataupun Imperial. Kualitas visual menawan, atmosfer yang tepat, desain dunia yang luar biasa, DICE “hanya” perlu meracik sedikit garis cerita dan membalutnya dengan dramatisasi di sana sini atau mungkin mengadaptasi secuil bagian dari enam episode Star Wars untuk membuatnya tampil menawan. Sebuah nilai jual ekstra yang cukup untuk membuat para penggemar jatuh hati atau justru menarik para “pendatang baru” ke franchise ini. Sebuah kesempatan yang sayangnya, terlewatkan begitu saja.
Review ini menggunakan:
AMD Radeon R9 380x