Notebook yang dirancang khusus untuk bermain game tentu saja sangat berbeda dengan notebook biasa. Bukan hanya ia dimodali oleh kekuatan yang luar biasa, notebook gaming juga harus mampu memenuhi beberapa kriteria khusus, seperti kemampuan untuk meredam panas yang muncul akibat kerja keras graphics card serta kenyamanan ketika menggunakannya. Untuk itu, Acer Predator 15 versi retail yang kami gunakan dalam PlayTest kali ini sangat masuk ke dalam kriteria tersebut.
Beberapa waktu lalu, kami mendapatkan kesempatan untuk mencoba versi kelas atas dari Predator 15 yang dibekali oleh kekuatan super besar, seperti GTX 980M dan RAM 64GB. Pada sesi kali ini, kami mencoba memainkan versi retail yang lebih “Down-to-earth,” dengan konfigurasi yang lebih masuk dalam budget. Notebook gaming dengan layar 15,6 inci tersebut dipatok dengan harga sekitar 28 jutaan; harga yang relatif masuk akal untuk konfigurasi seperti berikut:
- Prosesor: Intel Core i7 6700HQ@2.60 GHz
- RAM: 16 GB DDR4
- Graphics Card: NVIDIA GeForce GTX 970M GDDR5 3072MB
Bila dibandingkan dengan spesifikasi Predator 15 sebelumnya yang sempat kami mainkan, perbedaan terbesarnya hanya terdapat pada graphics card dan ukuran RAM. Sedangkan untuk prosesornya sama persis. Namun, perbedaan tersebut tentunya akan terlihat jelas pada game yang kami mainkan di notebook ini. Apalagi game tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan oleh sistem PC kelas High-end sekalipun.
Game yang kami mainkan pada sesi PlayTest kali ini adalah lima game AAA terbaru dengan tingkat popularitas tinggi di kalangan gamer, yaitu Call of Duty Black Ops 3, Assassin’s Creed Syndicate, Fallout 4, The Witcher 3, dan Grand Theft Auto V. Kaliber game terberat untuk dimainkan adalah Assassin’s Creed Syndicate dan The Witcher 3. Sementara Call of Duty Black Ops 3 berada di tingkatan menengah selama memory RAM di system mencukupi, serta Fallout 4 dan Grand Theft Auto V menjadi game yang paling ringan.
Assassin’s Creed Syndicate
Tingginya kualitas grafis serta detail tampilannya merupakan salah satu alasan utama mengapa game ini begitu berat. Meskipun jalanannya tidak dipenuhi oleh ribuan NPC seperti Assassin’s Creed Unity, tetapi game ini memberikan tantangan yang berbeda dan sama beratnya. Itu sebabnya tidak banyak sistem PC yang mampu memainkan game ini di setting tertingginya. Terutama bila ia tidak didukung oleh prosesor dan ukuran RAM kelas atas. Sebelum memainkan game ini, berikut konfigurasi minimum yang dibutuhkan untuk memainkan game ini:
- Prosesor: Intel Core i5 2400s @ 2.5 GHz / AMD FX 6350 @ 3.9 GHz
- Memory: 6 GB RAM
- Graphics Card: NVIDIA GeForce GTX 660 / AMD Radeon R9 270
Hanya dengan melihat spesifikasi minimumnya saja langsung terlihat betapa beratnya game ini. Untuk itu, kami mencoba memainkan game ini pada setting Medium terlebih dahulu. Ternyata, nilai fps yang didapatkannya cukup positif, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menaikkannya ke High. Berikut detail setting yang kami gunakan untuk memainkan game ini:
Penggunaan setting High ternyata cocok dengan notebook ini. Ketika kami memainkan game ini di tengah kesibukan kota, besaran frame rate yang kami dapatkan bisa mencapai 60 fps. Kondisi ini terutama ditemukan pada daerah yang cukup luas. Sedangkan pada daerah sempit dan di dalam ruangan, nilai frame rate menurun hingga ke posisi 45 fps. Untungnya, nilai fps tersebut tidak begitu besar memengaruhi permainan.
Ketika kami menggunakan kereta kuda, nilai fps dapat menurun lebih jauh lagi. Bila kami berada di daerah dengan luas jalanan yang besar dan tidak banyak kereta kuda lain, frame rate-nya dapat meningkat ke 55 fps. Sedangkan pada daerah yang ramai, kami dapat menemukan nilai terendah hingga 42 fps. Meskipun nilanya tergolong rendah, tetapi permainan tidak begitu terpengaruh karena tidak adanya kejadian grafiknya patah-patah. Sehingga game masih dapat berjalan dengan baik dan pengendalian kereta kuda masih mantap.