Sepertinya tidak ada lagi kalimat yang lebih relevan untuk menjelaskan sikap yang seharusnya diambil gamer untuk setiap game multiplayer yang meluncur ke pasaran selain mengambil kalimat yang tampaknya tak asing lagi jika Anda merupakan konsumen setia bis khusus di wilayah ibu kota – Transjakarta. Setiap kali berhenti di satu terminal dan menyediakan waktu bagi penumpang untuk naik dan turun, ia selalu diikuti dengan peringatan kecil “Hati-hati Melangkah, Terima Kasih” untuk membuat Anda lebih waspada dengan celah antara bis dan halte yang ada. Peringatan ini juga bisa diarahkan pada gamer untuk menyambut tren game multiplayer yang tampaknya tengah menemukan momentum di industri yang satu ini. Mengapa? Karena Anda bisa saja termakan hype dan berakhir dengan kantong lebih tipis dengan pengalaman yang tak terasa memuaskan.
Dengan performa dua game berbasis multiplayer di tahun 2015 kemarin – Evolve dan Star Wars Battlefront yang menurut kami berakhir tak sebaik yang diperkirakan, ada kewaspadaan ekstra untuk mencicipi lebih banyak game multiplayer di masa depan. Ada ketakutan bahwa uang yang Anda keluarkan justru berakhir pahit, entah karena konten yang begitu minim, dukungan developer yang terhenti begitu saja, atau karena komunitas yang ternyata juga berakhir tak sama puasnya dan meninggalkan game ini dalam waktu yang begitu singkat. Ketakutan dan rasa pesimis ini jugalah yang mengawali langkah kami masuk ke game tactical shooter dari Ubisoft – Rainbow Six: Siege. Terlepas dari impresi masa beta yang pantas diacungi jempol, ada ketakutan bahwa ia akan berakhir sama.
Namun untungnya, impresi pertama yang ia tawarkan begitu kuat. Dua poin plus terbaik yang kami cicipi di awal-awal permainan adalah betapa balancenya sistem kompetisi yang ia tawarkan dengan atmosfer tactical yang ternyata masih mengakar kuat. Ia berhasil lepas dari cita rasa game FPS mainsteam sekelas Call of Duty, bahkan Counter Strike sekalipun dengan daya tarik dan pendekatan gamepaly yang unik. Impresi pertama yang begitu positif ini terus membuat kami kembal terlepas dari fakta bahwa ia tak banyak menawarkan mode permainan di dalamnya.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rainbow Six Siege ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang sangat pantas untuk dilirik? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Sangat tidak mengherankan jika Anda merasa bahwa untuk sebuah game yang sejak awal sudah mendefinisikan diri sebagai game multiplayer, Rainbow Six Siege tak akan punya dasar cerita apappun. Ia memang tidak menawarkan mode campaign yang dengan jelas memberikan Anda garis cerita dalam format mode single player layaknya Call of Duty atau Battlefield, namun bukan berarti konflik ini hadir tanpa motif yang jelas.
Walaupun hanya dalam bentuk CGI semata, garis cerita Rainbow Six Siege berpusat pada matinya tim khusus Rainbow untuk waktu yang sangat lama. Vakumnya pasukan militer khusus tersebut berimbas pada hal yang negatif – munculnya kekuatan terorisme di beragam tempat. Salah satu yang cukup berbahaya dan meraih popularitas cepat adalah organisasi bernama White Mask yang tak mengenal kata ampun. Walaupun tak jelas apa sebenarnya motif dasar mereka, namun eksistensinya cukup untuk membuat Six – sang karakter protagonis utama wanita untuk menghidupkan kembali Tim Rainbow dengan mengumpulkan pasukan-pasukan terbaik di seluruh dunia untuk membasmi mereka. Bersama dengan hilangnya pengaruh White Mask, Six mengumumkan kembalinya tim Rainbow untuk menjaga perdamaian dunia.
Rainbow Six Siege memang tidak menawarkan mode campaign layaknya game game shooter pada umumnya, namun bukan berarti ia tak menawarkan sesuatu yang berbeda di luar mode kompetitif yang jadi daya tarik utamanya. Ada dua mode berbeda yang ia tawarkan untuk Anda yang mungkin lebih tertarik untuk mencicipinya sendirian – Situations dan Terrorist Hunt. Situations sendiri adalah skenario solo yang juga berfungsi sebagai mode tutorial untuk mengajarkan Anda dasar-dasar mekanik taktikal Siege, lengkap dengan beragam varian misi lebih kecil yang disematkan di dalamnya. Ada lagi satu mode ekstra – Terrorist Hunt yang memungkinkan Anda untuk menempuh misi multiplayer sendirian melawan AI,mirip dengan mode skirmish di dalam game-game RTS.
Namun terlepas dari semua latar belakang cerita yang berusaha ia sematkan dengan ekstra beberapa mode yang bisa Anda cicipi seorang diri, daya tarik Rainbow Six Siege tentu terletak di mode multiplayer kompetitif yang ia tawarkan.