Spoiler, kata yang satu ini bisa jadi mimpi buruk untuk gamer yang lain namun juga tak memberikan efek apapun untuk gamer lainnya. Tentu saja, kita tak tengah membicarakan bagian mobil yang mungkin Anda sering sematkan ketika tengah memainkan Need for Speed: Undeground dan ragam game dengan genre arcade lainnya. Spoiler di sini berarti bocoran cerita super penting yang seharusnya jadi bagian yang membuat sebuah produk kreatif dengan kekuatan naratif, seperti film dan game, kehilangan salah satu daya tarik utamanya. Bagi beberapa gamer yang tak terlalu memerhatikan cerita, ini mungkin jadi sesuatu yang tak terlalu mengganggu. Namun bagi gamer yang ingin mencicipi segala sesuatunya terasa “segar” seperti ia menikmatinya pertama kali, spoiler adalah sebuah bencana.
Apa yang Anda rasakan jika dalam sebuah film misteri pembunuhan misalnya, dimana Anda harus menebak siapa yang melakukan semua tindak kejahatan sebagai daya tarik utama, berakhir diceritakan oleh teman baik Anda? Bahwa tak hanya sekedar menunjuk dengan jelas siapa pembunuh yang seharusnya baru terbuka di akhir cerita, ia juga menjelaskan semua metode yang ia tempuh untuk melakukannya. Berita buruknya? Ia melakukannya tanpa izin Anda sama sekali. Dengan akses informasi yang begitu mudah ke dunia maya, potensi spoiler bahkan terasa lebih “mengancam”, bahkan untuk game yang kini juga menjual cerita sebagai daya tarik utama. Terkadang, menjadi pilihan lebih rasional untuk menghindari dunia maya sebaik mungkin selama periode ini.
Lantas, dari semua game yang sempat dirilis di pasaran, game mana saja yang menurut kami paling anti-spoiler, alias harus dihindari spoilernya untuk bisa dinikmati secara maksimal? Berikut adalah list versi JagatPlay:
-
Batman: Arkham Knight
Siapa yang tidak kenal dengan Batman dan aksinya selama kiprahnya di komik? DC memang terus menawarkan iterasi baru dengan ragam cerita yang ada, namun ia selalu tampil garang dengan kemampuan bela diri, serangkaian teknologi keren, dan tentu saja – kekayaan yang melimpah. Dari semua judul komik dan film animasi Batman, lepas ataupun bersama Justice League, para fans tampaknya sudah tahu apa yang bisa diharapkan dari sepak terjang sang ksatria kegelapan yang satu ini. Namun tiba-tiba, memasuki seri yang kabarnya akan jadi akhir, Rocksteady Studios memperkenalkan musuh baru yang belum pernah ada di semesta Batman sebelumnya, seorang karakter bernama Arkham Knight kepada dunia. Bentuk seperti Batman, dipenuhi dengan teknologi lebih canggih, garang, dan seolah mengenal hampir semua strategi sang kstaria kegelapan tersebut, Arkham Knight terlihat diposisikan sebagai lawan yang setara. Tak bisa dipungkiri, daya tarik seri terakhir Batman tersebut memang berfokus pada sosok identitas dari Arkham Knight itu sendiri.
-
The Last of Us
Dari sisi cerita, The Last of Us sebenarnya bukan sebuah game dengan narasi yang cukup untuk membuat otak Anda “cedera” karena harus serius memikirkannya. Kekuatan utamanya lebih mengakar pada ragam sekuens yang sulit untuk diprediksi, karakter yang mudah membuat Anda jatuh hati, akting, dan voice acting yang luar biasa. Namun ceritanya sendiri bisa dibilang punya satu garis yang sederhana, soal seorang dengan kekebalan tubuh yang bisa menjadi “harapan” untuk sebuah dunia yang tengah sakit dan terlihat tak punya lagi kekuatan untuk berlanjut. Bagi semua gamer yang sempat mencicipi film atau game seperti ini, endingnya akan sangat mudah diprediksi secara rasional. Bahwa akan ada saatnya sang karakter yang dimaksud harus mati demi kepentingan umat manusia, yang tentu saja akan menghancurkan hati karakter lain yang sudah mengembangkan kedekatan emosional dengannya. Namun siapa yang menyangka, bahwa ia tak berakhir demikian. Bahwa penjelasan si judul “The Last of Us” atau yang bisa diterjemahkan sebagai “Kita yang Terakhir” adalah sebuah konsekuensi, dan bukannya kondisi yang tengah kita hadapi.
-
SOMA
Misteri dan misteri, tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan diri Anda. Sempat mengalami kecelakaan fatal yang tak hanya menewaskan sahabat Anda, Anda juga mengalami kondisi otak yang fatal karena pendarahan. Anda memang berhasil pulih, namun luka tersebut menghantui dirinya. Hingga pada satu titik, Anda memutuskan untuk mencari pengobatan alternatif dalam tahap eksperimental yang tampaknya punya kesempatan untuk menyediakan penyembuhan yang selama ini Anda cari. Namun apa yang terjadi? Prosedur tersebut justru melemparkan Anda di sebuah dunia yang begitu asing, dimana robot yang tengah “sakit” menghiasi sudut demi sudut sebuah fasilitas yang gelap. Apa yang terjadi? Apakah cedera otak Anda membuat Anda berhalusinasi seperti ini? Ataukah ada sesuatu hal yang mengendalikan segala sesuatunya di layar belakang? SOMA akan terus membuat otak Anda penasarn dan menjadikannya sebagai salah satu daya tarik utama, di luar cita rasa horror yang ada, tentu saja.
-
Star Ocean 3: Till the End of Time
JRPG, apapun seri yang di dalamnya, bukanlah sebuah genre yang punya kekuatan cerita yang kuat. Terlepas dari ragam karakter atau plot yang jadi tema utama, ia biasanya berakhir menjadi satu dari tiga kemungkinan yang ada: berusaha menyelamatkan dunia dari kehancuran, membunuh seorang megalomaniac yang berusaha menguasai dunia, atau membinasakan karakter antagonis yang tiba-tiba punya kekuatan setara Dewa di akhir permainan. Jarang ada sebuah game JRPG yang terasa “dicederai” jika garis cerita utamanya dibagikan kepada publik. Di otak kami, hanya ada satu game yang tampaknya berhasil mencapai status tersebut, bahwa ia memang akan bisa dinikmati secara optimal jika Anda berangkat tanpa punya pengetahuan apapun soal plot yang ia usung. Benar sekali, Star Ocean 3: Till End of the Time berhasil melakukan “tugas” tersebut dengan sangat baik. Pada akhirnya, Anda bukanlah seperti yang Anda kira.