Hype adalah kata kunci untuk menjual sesuatu, termasuk video game. Begitu calon konsumen masuk ke dalam pusarannya, terus membicarakan, memantau informasi, menimbang untuk membelinya ketika rilis nanti, dan terus menggembar-gemborkannya kepada publik soal beragam alasan mengapa ia memilih produk tersebut, sang publisher atau developer game sebenarnya sudah “memenangkan” pertarungan awal yang dibutuhkan. Sisanya? Membuat hype tersebut begitu besar hingga gamer tak lagi bisa berpikir secara rasional, melakukan pre-order ketika kesempatan tersebut dibuka, dan tak sedikit pun meragukan kualitas akhir yang mungkin saja ditawarkan. Oleh karena itu, tak heran untuk mencapai hal tersebut, developer mulai membangun senjata yang efektif untuk membangun hype yang ada. Salah satu yang paling efektif? Tentu saja, trailer.
Trailer sebuah game biasanya ditujukan untuk satu tujuan utama: membangun hype, walaupun biasanya ditempuh dengan ragam strategi yang berbeda. Ada developer yang tak ragu melemparkan ekstra video gameplay di dalamnya untuk membantu gamer mendapatkan sedikit gambaran soal konten seperti apa yang mereka dapatkan. Ada yang merujuk pada trailer sinematik untuk ekstra sensasi seperti menonton sebuah film Hollywood berbudget tinggi, tetapi juga tetap berusaha memberikan sedikit petunjuk soal atmosfer yang berusaha mereka tawarkan. Namun tak sedikit developer pula yang memanfaatkan trailer-trailer ini sebagai sebuah media kreatif yang memang sengaja didesain untuk membohongi gamer dan menawarkan kejutan yang tak pernah mereka perkirakan sebelumnya di versi final. Apapun alasannya, membangun trailer adalah sebuah hal yang esensial.
Oleh karena itu, untuk mencapai semua hal tersebut, developer biasanya akan meracik trailer dengan pendekatan yang memang pantas diacungi jempoi. Mereka terkadang mempercantiknya dengan tekstur lebih tinggi atau beragam efek visual yang lain, menambahkannya dengan beragam fitur yang diracik seolah-olah akan menjadi bagian dari versi final, atau bahkan mengadaptasikan sebuah garis cerita yang ternyata berakhir tak ada di versi rilis. Trailer game memang seringkali menipu, untuk alasan positif ataupun negatif, dan gamer sudah sering menjadi korban untuk hal ini.
Lantas, dari semua trailer game yang sempat dirilis, manakah yang menurut kami paling menipu? Berikut adalah list versi JagatPlay:
-
Final Fantasy XIII
E3 2006 dan semua gamer bersorak riang ketika mengetahui bahwa akhirnya, franchise game RPG populer – Final Fantasy siap untuk beralih generasi. Tak main-main, Square Enix dikala itu merilis sebuah trailer yang tak hanya memberikan sedikit ekstra intipan kualitas FMV saja, tetapi juga gameplay di dalamnya. Bergerak dari sebuah seri RPG dengan mekanisme kaku, seperti sistem ATB, misalnya, Final Fantasy memang cenderung bergerak ke gameplay yang lebih aktif. Sebagai contoh? Final Fantasy XII yang mengusung sistem yang serupa dengan MMORPG dengan eksekusi yang manis. Begitu trailer E3 2006 ini meluncur dan memperlihatkan aksi Lightning yang keren, ada antisipasi bahwa Square akan membawa level ini lebih jauh. Lightning terlihat melompat di dalam kereta, menembakkan senjata sembari melakukan manuver-manuver yang tak pernah Anda bayangkan akan muncul di sebuah seri Final Fantasy, dengan ekstra damage di sana-sini. Jangan salahkan gamer yang bermimpi bahwa core gameplay versi final akan serupa. Namun apa yang didapatkan? Gameplay tersebut hanyalah bagian dari sebuah scene pendek dan tak lebih. Final Fantasy XIII tetap berakhir seperti game Final Fantasy yang selama ini kita kenal dengan absennya kesempatan untuk bermanuver dan bergerak bebas ketika terlibat pertarungan.
-
Killzone 2
Playstation 3 sudah tiba dan sebuah generasi gaming yang baru akhirnya tiba! Sebagai seorang gamer, sulit rasanya untuk tidak mengantisipasi apa saja yang akan bisa dilakukan dengan konsol yang menawarkan peningkatan performa yang begitu besar dibandingkan Playstation 2 itu dulu. Dan ajang E3 2005 seolah memenuhi mimpi tersebut. Sony dan Guerilla Games mempertontonkan 2 menit gameplay yang di kala itu tak pernah diimpikan bisa dicapai oleh hardware manapun. Anda bertemu dengan sebuah game action yang intens dengan kualitas visualisasi yang memanjakan mata. Efek ledakan, detail wajah, hingga api yang muncul terasa tiada duanya. Guerilla di kala itu, mengklaim bahwa visual ini datang dari in-game engine dan kita akan mendapatkan hal yang sama di versi final. Hasilnya? Seperti yang bisa Anda tebak, Killzone 2 tidak “secantik” ini.
-
Watch Dogs
Hampir sebagian besar gamer tampaknya sudah sangat paham dengan kasus yang satu ini. Sebuah kasus yang cukup kuat untuk membuat nama Ubisoft diasosiasikan dengan satu kata – downgrade visual, yang juga terjadi di satu atau dua proyek setelahnya. Ketika Watch Dogs diperkenalkan pertama kali di E3 2012, ia terlihat seperti sebuah game open-world masa depan. Visualisasi ciamik memperkuat ekspektasi soal kemampuan konsol generasi selanjutnya yang belum diumumkan di kala itu, sembari memperlihatkan konsep sebuah game open-world yang belum pernah ada sebelumnya. Hasil akhirnya membuat trailer ini tak berbeda seperti sebuah penipuan besar. Bukan saja karena kita tak bertemu dengan kualitas visualisasi yang serupa, tetapi karena aspek gameplay yang ternyata tak sebaik yang diperlihatkan di sana. Di trailer tersebut, Aiden terlihat lebih punya keleluasaan untuk mencari alternatif solusi dengan hacking sebagai tema utama. Ia terlihat mencari dan menggali informasi, kemudian mengeksekusi hasil temuan yang esensial. Sementara di versi finalnya? Semuanya berjalan sesuai dengan cerita.
-
Destiny
Nama besar tak selalu akan berakhir dengan bukti yang memenuhi janji, hal inilah yang bisa dipelajari di rilis pertama Destiny beberapa tahun silam. Bungie Studios adalah developer dengan sepak terjang yang tak perlu diragukan, status yang membuat antisipasi terhadap Destiny di kala rilis begitu kuat. Ketika pertama kali diperkeanlkan di E3 2013, lengkap dengan esktra video gameplay yang ada, kesan kuat bahwa Anda akan masuk dalam sebuah perjalanan dengan sebuah garis cerita yang jelas. Bahwa Anda akan bertemu dengan karakter-karakter penting ketika eksplorasi layaknya sebuah game MMO, sembari berusaha menundukkan tiap ancaman yang ada bersama dengan teman Anda yang lain. Namun begitu dirilis? Terlepas dari core gameplay yang luar biasa, Destiny seperti kehilangan elemen cerita begitu saja. Karakter yang diperlihatkan di trailer atau garis cerita yang terasa lengkap seolah lenyap sebelum rilis. Yang Anda temukan? Misi demi misi dengan lore yang justru memuat tanda tanya lebih besar.