Pada perhelatan Tokyo Game Show 2016, Virtual Reality (VR) seakan menjadi pusat perhatian dari industri game pada saat ini. Hampir semua publisher dan pabrikan mempunyai game atau alat VR mereka sendiri. Revolusi VR sendiri bisa kita tarik mundur dari Oculus Rift. Rift berhasil menawarkan sensasi VR dengan layar yang sangat detail dengan harga yang cukup murah pada saat itu (jika dibandingkan dengan solusi VR profesional lainnya). Oculus membuka mata para pabrikan lain khususnya Google yang mendorong lebih jauh revolusi VR dengan Google Cardboard mereka. Konten 360 Video pun mulai bermunculan, dan pasar game pun mulai berani untuk masuk ke dalam ranah ini.
Ketika pada tahun 2015 Playstation mengumumkan Playstation VR, dunia gaming bersorak sorai. Dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan Oculus, ditambah dengan basis pengguna PS4 yang besar, Playstation VR memberikan harapan bagi para publisher yang sudah tidak sabar untuk melepas karya-karya mereka dalam bentuk VR untuk pengalaman yang imersif dan maksimal.
Sebut saja franchise Ace Combat, Gran Turismo, Drive Club yang langsung merespon Playstation VR ini dengan janji bahwa kelanjutan dari franchise akan mendukung VR. Publisher lain seolah tidak mau ketinggalan kereta, konsep demi konsep, tech-demo, bahkan tak jarang mereka merilis DLC untuk memanfaatkan teknologi ini. Publik yang sudah terpengaruh dengan VR dari film-film sci-fi atau action tahun 80-90an pun menyambut baik kabar ini, pre-order Playstation VR laku keras, bahkan kami pun belum bisa mendapat kabar kapan akan bisa mendapatkan unit demo.
TGS 2016 seolah menjadi ajang para publisher untuk menjawab keinginan para konsumen mereka. Dalam hanya waktu setahun, para publisher ini berhasil meramu konsep menjadi kenyataan. Resident Evil, Drive Club, Call of Duty, semua menawarkan pengalaman imersif, untuk pertama kalinya kita bisa benar-benar merasakan bagaimana jika kita berada di tengah dunia game. Masa depan yang dimimpikan oleh anime-anime yang bertema MMORPG pelan-pelan menjadi jelas.
Driveclub VR
Bagaimana rasanya menyetir Pagani Zonda atau Ferrari FF? Tampak menyenangkan bukan? Dengan kokpit yang ditampilkan dengan sangat detil, kemampuan untuk melihat ke kiri-dan kanan secara real time, dan mungkin….pertama kalinya anda akan menghargai peran spion di dalam sebuah game racing. Ya, spion, apa yang lebih menyebalkan daripada dibuntuti lawan kita? Jika sebelumnya kita harus menebak-nebak atau merubah mode kamera (yang…sedikit banyak merusak pengalaman membalap dalam mode first person), sekarang kita tinggal menoleh ke atas dan kita bisa menebak apa gerakan selanjutnya dari lawan kita dari spion tengah.
Dengan tata cahaya yang sangat baik, efek sinar matahari juga akan mempengaruhi penglihatan kita. Bersiaplah dengan adanya flare (yang dirender dengan cantik sekali oleh *insert driveclub publisher here*) ketika kita berkendara dengan setting sore hari. Namun jangan hanya terpesona oleh tata cahaya, dunia yang di-render dengan detil menghadirkan pengalaman yang sangat baik. Entah berapa kali kami mengucapkan kekaguman atas desain dunia dan tata cahaya dari Driveclub VR. Ditambah oleh setir yang telah mendukung force-feedback, kapan lagi kita bisa merasakan sensasi balapan dengan menggunakan Ferrari FF di Monaco?
Call of Duty: Jackal Assault
Ketika Call of Duty merubah fokusnya ke pertempuran tanpa gravitasi, mereka seakan telah memikirkan, apa artinya pertempuran di luar angkasa tanpa adanya pertempuran antar pesawat. Dalam Jackal Assault, kita berkesempatan untuk menyetir Jackal – nama jenis pesawat tempur yang akan digunakan di dalam Infinite Warfare – di luar angkasa. Tentu saja, kami langsung mengandaikan diri kami layaknya seorang pilot pesawat luar angkasa. Ketika VR dipakai, kami mulai mencoba melihat dunia COD:IW dari dalam kokpit pesawat. Kiri, kanan, serta atas, fantasi kami mulai berpihak kepada si game.
Kami tidak lagi harus membayangkan bagaimana rasanya dogfight dengan pesawat musuh di luar angkasa. Sensasi ketika pesawat musuh lewat di atas anda, mengejar pesawat musuh di samping anda, berusaha kabur dari incaran misil, semuanya terekam jelas di dalam kepala kami. Percayalah, jika kami diberikan kesempatan sekali lagi untuk memainkan game ini di VR, kami akan memutar soundtrack dari film TopGun untuk menambah sensasi dogfight.
Jackal Assault ini sendiri akan menjadi DLC Terpisah. Menurut pihak Infinity Ward, mereka belum mendukung VR untuk COD:IW. Namun dengan demo Jackal Assault, Infinity Ward seakan membuka jalan untuk game-game mereka lain yang akan memanfaatkan VR.