Jika Anda cukup mengikuti berita politik luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, maka hampir mustahil Anda tak pernah mendengar nama Donald Trump sebelumnya. Pengusaha yang tengah berusaha berjuang untuk jadi calon presiden dari Republic ini memang jadi sorotan karena beragam pernyataan negatif yang ada, terutama sikap rasis yang jelas ia dan pendukungnya perlihatkan. Trump dilihat sebagai ancaman dan semua orang yang berasosiasi dengannya juga rentan pada sudut pandang negatif. Percaya atau tidak, hal inilah yang terjadi dengan boss perangkat virtual reality populer Oculus Rift – Palmer Luckey.
Bangkai yang berusaha disembunyikan tetap akan menimbulkan bau, hal inilah yang terjadi dengan Luckey. Boss berusia 24 tahun ini ketahuan telah menyumbangkan lebih dari USD 10.000 kepada Nimble America, sebuah grup pendukung tak resmi Trump yang didesain untuk melemparkan kampanye anti-Hillary dalam bentuk meme. Informasi ini langsung berubah jadi badai besar untuk Oculus. Pernyataan resmi Luckey bahwa dukungannya tidak didasarkan pada dukungan pada Trump, tetapi karena ketertarikan pada bentuk komunikasi Nimble yang dekat dengan anak muda ternyata tak membantu sama sekali. Dev. mulai melakukan boikot.
Beberapa developer bereaksi dan secara resmi mengumumkan akan menarik dukungan mereka dari Oculus Rift karena afiliasi politik dari Palmer Luckey ini. Mereka akan melakukan boikot sampai Oculus menendang Palmer Luckey keluar. Dev. indie seperti Polytron yang mengembangkan Fez dan Tomorrow Today Labs untuk Oculus Touch juga mengungkapkan permintaan sama dengan apa yang dilontarkan developer besar lain sekelas Insomniac Games. Namun tak semua demikian. Beberapa developer tak berkeberatan dengan hal ini dan merasa bahwa secara hukum, Luckey punya kebebasan untuk mengungkapkan sikap politiknya.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah dukungan politik yang berseberangan dengan Anda cukup untuk membuat Anda memboikot produk tertentu di Indonesia?
Source: VICE