Hidup yang menolak untuk melambat menghasilkan tekanan dari beragam elemen kehidupan, yang terus tertimbun. Jika ia terjadi terlalu cepat, maka tekanan ini seperti ini tak akan memberikan ruang bagi masyarakat untuk sekedar “bernapas” dan menikmati hidup. Kasus seperti ini bahkan semakin parah di negara-negara maju, seperti Jepang, misalnya. Bagi siswa, kebutuhan untuk masuk ke universitas ternama yang diasosiasikan dengan jaminan keberhasilan karir menuntut begitu banyak waktu untuk belajar. Sementara bagi manusia pekerja? Tuntutan pekerjaan yang minim waktu istirahat terus menggerus keinginan untuk terus menjalani hidup. Hasilnya? Angka bunuh diri tercatat tinggi di negara tersebut. Namun siapa yang menyangka bahwa game baru racikan Niantics – Pokemon Go ternyata bisa membantu kondisi menyedihkan tersebut.
Adalah Tojinbo – serangkaian tebing menghadap Laut Jepang yang selama ini dikenal sebagai tempat “favorit” untuk mengakhiri hidup. Tahun lalu saja, tercatat lebih dari 150 orang melompat menuju jurang kematian mereka dari sini. Namun menariknya? Statistik mencatatkan perkembangan yang positif, dengan angka yang menurun drastis di bulan Agustus dan September 2016 kemarin. Pokemon GO disebut bertanggung jawab atas hal tersebut.
Bukan karena mereka yang bunuh diri memainkan Pokemon GO dan tak lagi terpikirkan keinginan untuk bunuh diri, tetapi karena salah satu jurang di Tojinbo tersebut ternyata merupakan Pokestops. Dengan demikian, selalu banyak orang yang kini singgah ke sana untuk sekedar menangkap Pokemon saja sekaligus bersenang-senang. Dengan bertambahnya orang yang hilir mudik, semakin berkurang juga keberanian untuk mengakhiri hidup di tebing yang satu ini. Atmosfer penuh canda dan rasa senang tersebut dilihat tak lagi sesuai dengan fenomena bunuh diri Jepang yang biasanya terjadi di tempat-tempat sunyi dan sepi.
Namun sayangnya, tak ada detail apakah “sepinya” Tojinbo saat ini memang menghentikan niat bunuh diri orang-orang ini atau sekedar membuat mereka untuk mempertimbangkan daerah lain yang lebih sepi. Well, it’s still a good progress, right?
Source: Japan Times via VG247