Salah satu game FPS terbaik yang pernah ada, pujian yang satu ini sama sekali tak berlebihan untuk membicarakan seri “klasik” racikan Infinity Ward dan Activision – Call of Duty 4: Modern Warfare. Perpindahan dari perang dunia kedua yang sudah jadi ciri khas Call of Duty di masa itu ke era perang modern memang membangkitkan kekhawatiran dan antisipasi tersendiri. Apalagi Call of Duty juga dikenal sebagai game FPS yang selalu memberikan ruang besar dramatisasi ala film Hollywood yang cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Hasilnya tak mengecewakan? “Judi besar” Activision dan Infinity Ward di tahun 2007 tersebut berbuah manis.
Dengan mode campaign epik dan mode multiplayer yang super seru, Call of Duty 4: Modern Warfare menjadi fenomena tersendiri di game FPS. Ia dicintai oleh gamer, terjual dengan angka yang fantastis, dan menjadi standar “baru” industri game untuk game-game FPS yang lahir setelahnya. Semua game FPS beberapa tahun setelahnya selalu ingin jadi “Modern Warfare” kedua dengan pendekatan yang serupa, terlepas apakah ia berakhir tereksekusi dengan baik atau tidak. Bagi gamer, Modern Warfare adalah proyek yang memorable. Seperti menikmati sebuah film action interaktif dengan plot yang tak bisa diprediksi dan begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi, ia seperti membakar diri dengan permanen di ruang memori kita.
Activision menyadari hal tersebut. Dengan dalih untuk “menyambut” kehadiran Call of Duty: Infinite Warfare yang mereka klaim akan sangat berbeda dan mirip dengan transisi COD klasik ke Modern Warfare di masa lalu, mereka mengumumkan proyek Remaster yang fantastis. Anda yang sudah sempat membaca preview kami sebelumnya sepertinya sudah melihat sendiri seperti apa peningkatan visual yang ia tawarkan. Tidak terasa seperti proyek “main-main”, ia memperlihatkan visual layaknya sebuah game remake yang pantas disandingkan dengan game-game generasi saat ini. Keputusan untuk tidak mengubah inti konten sama sekali juga menawarkan pendekatan yang lebih otentik, apalagi dengan satu easter egg yang cerdas di dalamnya.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Call of Duty: Modern Warfare Remastered ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang menawarkan nostalgia manis? Atau pertanyaan lebih penting, apakah ia berakhir jadi proyek yang pantas untuk “menyita” ekstra uang Anda untuk Legacy Edition Call of Duty: Infinite Warfare? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Pengalaman Otentik
Ini mungkin adalah salah satu keputusan terbaik yang justru membuat kami jatuh hati pada apa yang dilakukan Activision dan Infinity Ward dengan COD: MW Remastered ini, memperlakukannya dengan rasa hormat terdalam. Mereka sepertinya mengerti bahwa ada alasan yang kuat mengapa seri ini menjadi yang terfavorit gamer dan mendapatkan pengakuan yang begitu kuat di kalangan fansnya. Sebagai hasilnya, mereka memutuskan untuk menghadirkan pengalaman gameplay yang otentik berdasarkan seri original yang dirilis di tahun 2007 lalu. Ini berarti, Anda tak akan mendapatkan apapun yang berbeda. Ini masih soal perjalanan untuk mencegah sebuah teror besar yang akan membawa dunia pada kekacauan.
Modern Warfare akan membawa Anda pada perjalanan “pertama” karakter utama ikonik – John “Soap” MacTavish yang berdiri di belakang sang mentor – Captain Price. Mereka bahu-membahu berusaha untuk menghentikan Al-Asad yang berhasil melakukan kudeta besar di salah satu negara di Timur Tengah dengan sentimen Anti-Barat yang begitu kuat. Diambil dari perspektif beberapa karakter, pertempuran ini berujung pada usaha untuk memastikan dunia tak runtuh di bawah ancaman perang nuklir yang kini berada di tangan si pemimpin ultranasionalis “gila” – Zakhaev. Sebuah kondisi yang tentu saja terasa familiar untuk Anda yang sudah sempat mencicipi versi originalnya.
Namun, ada satu pertanyaan ekstra yang mungkin muncul. Bagaimana jika Anda termasuk gamer yang “tak sempat” mencicipi seri Modern Warfare pertama ini di masa lalu? Apakah konten cerita yang sama tetap terasa relevan dan punya kualitas tinggi di tahun 2016 ini? Bisa iya dan tidak dari perspektif kami.
Jika Anda termasuk gamer yang menikmati seri-seri Call of Duty selama setidaknya lima tahun terakhir yang hadir dengan cerita dan dramatisasi yang bombastis, COD: MW Remastered ini mungkin akan terasa seperti sebuah seri COD yang “biasa” saja. Karena seperti yang kita tahu, Activision mati-matian memastikan bahwa seri-seri COD selanjutnya setelah Modern Warfare dirilis harus memperlihatkan sesuatu yang lebih bombastis daripada sekedar ledakan nuklir atau AC-130 dari udara. Hingga pada batas? Membuat seri original yang memulai segala sesuatunya ini, terlihat begitu lemah. Namun jika Anda termasuk gamer yang tak pernah mencicipi seri COD selama ini, tak ada lagi seri yang lebih tepat untuk memulai, mengenal, dan memahami mengapa seri yang satu ini begitu memorable dan dicintai.
Walaupun tak memberikan perubahan apapun dari sisi konten cerita, yang bahkan diceritakan dengan sekuens yang sama, bukan berarti Infinity Ward tak mengubah visualisasi dan dramatisasi yang ada. Ada beberapa perubahan kecil yang membuatnya terasa jauh lebih “modern” di luar sekedar visual saja. Sebagai contoh? Ketika nuklir meledak, misalnya. Di COD: MW original, teman Anda yang berada di pintu helikopter langsung “terbang” keluar begitu saja dan Anda bisa berdiri setelah helikopter tersebut jatuh ke tanah.Namun di COD: MW Remastered ini ada ekstra dramatisasi. Ada scene dimana Anda berusaha untuk menahan teman Anda ini untuk tak jatuh dari helikopter, dan kini Anda akan merangkak alih-alih berdiri ketika helikopter tersebut jatuh. Tak terasa signifikan dari sisi konten memang, namun tak bisa dipungkiri, membuatnya terasa lebih modern.
Dengan pengalaman otentik seperti ini, COD: MW Remastered memang menjual satu hal untuk para pecinta COD – nostalgia. Nostalgia yang dikembangkan dengan keseriusan tinggi dengan pengalaman otentik yang pasti terlihat menggoda.