Dengan keterbatasan teknologi di masa lalu, terutama di masa keemasan Playstation pertama, bukan perkara mudah memang untuk membangun dunia dan merepresentasikannya dalam wujud yang sebenarnya kepada gamer. Ada banyak kompromi yang harus dilakukan, dari kualitas visual, model karakter, setting yang menjadi latar belakang selama permainan, hingga sekedar animasi serangan. Ketika mulai berpindah dari model karakter dua dimensi ke tiga dimensi lewat Final Fantasy VII, karakter bahkan masih terlihat begitu kotak dengan ukuran kerdil yang tak menarik sama sekali. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut? Mereka meracik cut-scene terpisah via Full Motion Video (FMV) untuk memberikan sedikit gambaran soal karakter dan atmosfer dunia “sebenarnya” yang hendak mereka kejar. Dan ia tumbuh menjadi salah satu identitas Final Fantasy itu sendiri.
FMV menjadi bagian yang tak terpisahkan dari franchise puluhan tahunan Square Enix yang satu ini.Ia mungkin lebih dikenal dengan nama yang lebih modern seperti cut-scene atau scene CGI, namun di masa lalu, FMV sudah cukup merepresentasikan konten yang sepertinya selalu terikat pada setiap seri yang muncul tersebut. Kerennya lagi? Terlepas dari kehadiran platform generasi baru yang memungkinkan Square untuk menciptakan visualisasi lebih mumpuni, FMV tak lantas mati. Ia bahkan digunakan untuk memperlihatkan visual yang lebih hidup lewat animasi pertarungan lebih keren, sesuatu yang masih mereka bawa hingga ke seri terbaru – XV. Beberapa muncul di dalam game itu sendiri, namun ada konten bersifat promosional yang tak tersedia di versi finalnya. Sesuatu yang juga kami sertakan di artikel ini.
Namun tentu saja, dengan keterbatasan konten, apalagi mengingat FMV baru diperkenalkan di Final Fantasy VII sebagai mode penceritaan yang terintegrasi, sulit sepertinya untuk menerapkan peraturan seperti toplist Final Fantasy sebelumnya bahwa satu seri hanya boleh melemparkan dua konten di list panjang ini. Peraturan tersebut tak kami terapkan di artiekl ini untuk memastikan konten yang lebih banyak. Walaupun beberapa FMV di sini terlihat “ketinggalan zaman” untuk Anda yang tak familiar, di masanya, mereka merupakan salah satu yang terbaik.
Lantas, dari semua FMV yang pernah muncul untuk semua seri Final Fantasy, manakah yang pantas menyandang predikat sebagai yang terbaik? Berikut adalah list versi JagatPlay:
-
Omen (Final Fantasy XV)
Menyebut nama “Omen” di toplist ini mungkin sesuatu yang terasa curang, karena Tabata sendiri sudah memastikan bahwa ia tak akan berakhir di versi gamenya. Namun konsep yang ditempuh oleh Omen adalah sesuatu yang belum pernah terjadi di sejarah Final Fantasy sebelumnya sebagai franchise, dan menurut kami,menjadi sesuatu yang pantas untuk diperhatikan. Alih-alih menawarkan sinematik dari konten game yang mungkin Anda dapatkan atau berperan sebagai prekuel / sekuel darinya, Omen menawarkan sebuah alternatif skenario apa yang terjadi jika Noctis diminta untuk berpetualang sendiri untuk menemui Luna tanpa ditemani oleh tiga serangkai yang lain. Hasilnya sendiri, menyeramkan. Pelan namun pasti, ketakutan Regis tersebut diproyeksikan dalam animasi gerak indah dimana Noctis mulai berubah menjadi kian bengis dan kejam untuk tak hanya memastikan dirinya hidup, tetapi juga menyelamatkan kerajaan yang ia cintai.
-
Aerith’s Death (Final Fantasy VII)
Memang sulit untuk tidak menyebut kematian Aerith untuk toplist seperti ini. Untuk gamer Final Fantasy yang tak pernah mencicipi seri masa lalunya, ia mungkin terlihat seperti sebuah game yang memang sudah ketinggalan zaman, begitu juga FMV yang ia usung. Namun percaya atau tidak, sedikit potongan gambar dengan visualisasi lebih manis ini memberikan dampak emosional yang lebih efektif bagi gamer Final Fantasy VII itu sendiri, baik untuk membuat mereka berakhir sedih ataupun terkejut. Tak terbayangkan betapa “basinya” dan kurang menariknya scene ini jika ia hanya dipotret dengan menggunakan model kerdil dan kotak gameplay Final Fantasy VII. Pendekatan ini menghasilkan efek yang lebih intens.
-
Quistis vs X-ATM092 (Final Fantasy VII)
Anda tahu Anda jatuh hati dan sulit untuk melupakan sebuah game JRPG jika Anda masih ingat betul dengan nama sandi sebuah robot monster yang harus Anda hadapi di dalamnya. Final Fantasy VIII adalah salah satu game JRPG pertama yang membuka mata gamer Playstation apa itu Final Fantasy, mengapa ia pantas dilirik, dan seperti apa kualitas visualisasi FMV yang bisa ia usung. Robot dengan kaki mirip laba-laba ini memang bisa Anda kalahkan secara manual jika Anda memang niat melakukannya, yang juga tentu, membutuhkan waktu tersendiri. Namun jika Anda melakukannya, maka Anda akan kehilangan salah satu scene super kerennya. Berusaha melindungi Squall yang dikejar oleh X-ATM092 ke pantai, Quistis dengan seragam SEED-nya yang super manis melindunginya dengan gatling gun tanpa ampun. Satu ekstra hal yang membuat banyak gamer jatuh hati pada karakter wanita dengan kacamata ini, termasuk kami.
-
Siege of Eden (Final Fantasy XIII)
Dengan kemampuan platform generasi yang lebih kuat, kehadiran Final Fantasy XIII di Playstation 3 dan Xbox 360 membuka sebuah peluang FMV yang bisa berakhir lebih memesona dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dan Square Enix tak membuat ekspektasi gamer kecewa. Salah satu yang terbaik di antara seri Final Fantasy XIII? Tak bisa dipungkiri, adalah Siege of Eden yang cukup untuk membuat banyak gamer jatuh hati di kala itu, terlepas dari kualitas gameplay yang mungkin berakhir tak memuaskan banyak gamer klasik franchise ini. Bergerak cepat, dengan summon yang ikut ambil bagian, di dunia modern dengan desain yang keren, dengan ragam aksi yang selalu Anda mimpikan bisa Anda lakukan langsung di dalam game, lengkap dengan detail karakter yang pantas untuk diacungi jempol. Ini adalah sebuah fan-service yang seharusnya.