Homefront mungkin adalah satu kasus unik di industri game. Konsep cerita dimana Korea Utara – negara “gila” berhasil menguasai dunia dengan kekuatan militer, bahkan menundukkan negara superpower yang lain seharusnya jadi tema yang bisa dieksploitasi dengan fantastis di industri game. Namun sayangnya, proyek yang membawa nama besarnya tak pernah berhasil. Seri pertama berakhir jadi game FPS monoton di bawah standar dan mendapatkan kritik pedas. Berawal dari Crytek yang kemudian beralih ke Deep Silver, ada usaha untuk menyempurnakannya di seri kedua dengan konsep open-world. Namun sayangnya, ia juga tak berhasil. Apa yang terjadi?
Berbicara dalam wawancara terbarunya dengan situs MCV, sang publisher – Deep Silver akhirnya angkat bicara. Sang Global Brand and Marketing Director – Paul Nicholls menyebut bahwa mereka belajar banyak hal dari rilis Homefront: The Revolution.
Pertama, adalah kualitas. Game kini harus memiliki kualitas yang benar-benar fantastis untuk bersaing dan hal ini juga dibuktikan dengan game-game dengan nama besar yang sulit untuk menjual saat ini. Kedua? Adalah timing rilis. Ketika sang developer – Dambuster mati-matian berjuang untuk memperbaiki rilis yang bermasalah, sentimen gamer sudah berbalik arah dan mereka kehilangan momentum. Mereka seharusnya memastikan game ini sempurna terlebih dahulu sebelum melepasnya.
Bagiamana dengan Anda sendiri? Berapa banyak dari Anda yang sempat mencicipi Homefront: The Revolution dan puas dengan pengalaman yang Anda dapatkan?
Source: MCVUK