Quantcast
Channel: Games – Jagat Review
Viewing all articles
Browse latest Browse all 14784

JagatPlay: Game of the Year 2016

$
0
0

jagatplay-game-of-the-year

Tidak terasa, kita sudah hampir melewati 365 hari yang terhitung fenomenal untuk industri game tahun ini. Terasa lebih istimewa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2016 memang pantas untuk menyandang predikat sebagai salah satu tahun terbaik yang pernah dimiliki oleh industri game. Bagaimana tidak? Selama kurun waktu 12 bulan ini, gamer tidak hanya dihidangkan dengan segudang franchise anyar yang baru hendak membangun popularitas, tetapi juga seri-seri terbaru dari franchise raksasa yang sudah begitu diantisipasi.  Apalagi dengan kehadiran dua konsol generasi terbaru – Playstation 4 dan Xbox One yang kian matang. Tidak perlu diragukan lagi, tahun ini adalah salah satu tahun terlengkap dan termanis untuk para gamer sebagai sebuah komunitas. Lantas, siapa yang pantas menyandang gelar sebagai yang terbaik? Berikut adalah pilihan kami.

Untuk  membuat penilaian yang lebih objektif dan adil, JagatPlay akan membaginya ke dalam berbagai kategori yang didasarkan pada genre dan berbagai elemen dasar yang membentuk sebuah game. Kami juga menyertakan alasan pemilihan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengapa game-game ini berhasil memenangkan setiap kategori yang ada. Pemilihan pemenang tentu saja didasarkan pada game-game yang pernah kami jajal secara langsung, baik yang sempat kami review maupun tidak sempat kami luncurkan dalam bentuk review. Satu yang pasti, semua game yang masuk ke dalam list pemenang ini memang berhasil meninggalkan kesan yang kuat dan pengalaman unik tersendiri. Bagi Anda, ini bisa menjadi list “must play”, apalagi bagi Anda yang bahkan belum pernah mendengar nama tersebut sebelumnya.

Jadi game apa saja yang masuk dalam kategori JagatPlay’s Best Games of 2016 ini? Here we go:

Best Console Exclusive: The Last Guardian

the-last-guardian-jagatplay-49

Tahun 2016 memang diisi dengan begitu banyak game keren, yang semuanya bergerak mengikuti hampir satu pola yang sama. Hadir dengan kualitas visualisasi yang kian mumpuni, game action tetap berpusat pada peluru, darah, dan kematian, sementara game-game RPG, baik dari Jepang ataupun Barat tetap meminta Anda untuk membunuh faksi oposisi atau monster raksasa dengan seefektif mungkin. Namun ada satu judul game AAA yang berbeda di antara daftar panjang rilis tahun 2016 ini, sesuatu yang sudah dikerjakan oleh otak di balik Shadow of Colossus dan ICO selama 9 tahun terakhir ini. Benar sekali, kita berbicara soal The Last Guardian. Berbeda dengan tren yang ada, ia justru hadir sebagai sebuah media cerita yang mengeksplorasi hubungan antara seorang anak tanpa nama dengan binatang raksasa yang ia temui – Trico, dengan platformer sebagai gameplay utama. Desain puzzle cerdas dan sifat Trico yang “begitu binatang” membuatnya jadi kejutan dan tetap, sebuah penantian yang berakhir manis.

Best Remaster: Call of Duty – Modern Warfare Remastered

call-of-duty-modern-warfare-remastered-jagatplay-94

Sebuah proyek Remaster yang peningkatan kualitas visualnya setara dengan sebuah game Remake, kesan inilah yang akan muncul ketika berbicara soal Call of Duty: Modern Warfare Remastered yang dirilis Infinity Ward dan Activision sebagai “bonus” untuk Call of Duty: Infinite Warfare. Tetap mempertahankan daya tarik seri originalnya tanpa banyak mengubah apapun dari segi konten, Anda bisa merasakan bahwa proyek ini memang dikerjakan penuh keseriusan. Model karakter ikonik yang penuh detail,  penambahan efek visual untuk ekstra scene dramatis – termasuk ledakan nuklirnya yang begitu memesona di masa lalu, hingga penambahan easter egg “cerdas” di atasnya untuk para veteran membuat COD: Modern Warfare Remastered ini pantas mendapatkan acungan jempol. Sebuah proses yang tak akan memicu rasa keberatan Anda jika diaplikasikan ke beberapa judul lebih lawas lagi seperti World at War atau seri COD di generasi platform yang lebih tua dengan pendekatan yang sama.

Best Multiplayer: Overwatch

Overwatch JagatPlay PART 1 (135)

Mendesain sebuah game berbasis multiplayer tentu bukan pekerjaan yang mudah. Namun iming-iming basis fans yang akan terus kembali dan tak berkeberatan untuk menghabiskan lebih banyak uang via microtransasction jika berhasil sepertinya membuat banyak developer dan publisher akhirnya menjajal pasar yang satu ini. Dari semua yang ditawarkan di tahun 2016 ini? Rajanya tentu pantas disandang oleh game arena shooter dari Blizzard – Overwatch. Kemampuan mereka meracik karakter yang  memorable, didukung dengan basis cerita dasar yang kuat dan emosional, gameplay yang fun, mode yang kreatif, item kosmetik yang pantas dikejar, serta dukungan konten yang terus meluncur dari sekedar proses balancing, hero baru, hingga ragam istimewanya membuatnya berakhir menjadi sebuah game multiplayer yang fantastis. Gamer yang sekedar ingin bersenang-senang bisa menikmatinya tanpa masalah, sementara itu, ia juga tetap membuka ruang untuk mereka yang ingin mendalaminya dengan lebih serius. Overwatch adalah sebuah game multiplayer yang tetap akan bergaung hingga 3-4 tahun mendatang, sebuah investasi yang akan terasa sebanding.

Worst Game of the Year: Mighty No.9

mighty no 9

Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, maka kekecewaan akan jadi emosi yang tak akan pernah bisa dihilangkan ketika berbicara soal game yang satu ini. Mimpi besar dan hype yang bahkan menyamakannya sebagai “proyek pengganti” untuk Megaman yang tak lagi diperhatikan oleh Capcom membuat banyak gamer menunggu kehadirannya. Diawali dengan proyek Kickstarter yang sukses besar, janji di sana-sini, berakhir menjadi lebih banyak penundaan dan akhirnya, sebuah rilis final yang sangat mengecewakan. Ada banyak masalah dengan Mighty No.9 dan tak sekedar soal kualitas visualnya yang ketinggalan zaman saja. Dari sisi gameplay, ia terasa mudah dan singkat, dengan beberapa usaha untuk membuatnya lebih “menantang” lewat desain level omong-kosong yang seolah diracik untuk membunuh Anda secara instan. Jika ada satu yang berhasil dilakukan oleh Mighty No.9 via rilisnya, adalah membuat kami tak bisa lagi percaya penuh dengan sosok Keiji Inafune dan semua janjinya di masa depan.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 14784

Trending Articles