Sebuah sumber kekecewaan terbaru untuk gamer PS Vita yang kian jelas tak lagi menjadi prioritas Sony saat ini, namun di sisi lain, menjadi sumber kebahagiaan teranyar untuk gamer yang memilih Playstation 4 sebagai platform gaming utama mereka. Hal inilah yang pantas untuk menjelaskan game eksklusif terbaru Sony – Gravity Rush 2. Seri yang sempat menjadi andalan Vita di masa lalu ini akhirnya hijrah ke Playstation 4 dengan performa visual yang tak hanya lebih manis dengan beragam inovasi gameplay saja, tetapi juga desain cerita yang diposisikan sebagai sebuah kelanjutan. Namun harus diakui, terlepas dari kekecewaan gamer PS Vita, Sony melakukan tugas yang sangat baik dengannya. Gravity Rush 2 berakhir jadi sebuah game open-world dengan identitas unik di atas visual yang begitu ciamik.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran apa yang hendak ia tawarkan. Pendekatan visual yang mirip film kartun dengan permainan warna dan detail yang memesona akan menarik Anda masuk ke dalam sebuah dunia yang tak pernah Anda prediksi, akan membuat Anda jatuh hati dengan mudah. Dunia yang lebih luas secara vertikal dengan kemampuan untuk berganti gravitasi yang masih menjadi fokus permainan ditawarkan di dalamnya, namun tak lantas, menjadi satu-satunya hal yang membuat Gravity Rush 2 begitu mudah dicintai. Bahkan eksistensi karakter utamanya – Kat akan membuat hati Anda terenyuh.
Lantas, apa yang ditawarkan oleh Gravity Rush 2 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game open-world yang santai? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Seperti nama yang ia usung, Gravity Rush 2 merupakan sekuel dari Gravity Rush pertama. Cerita dimulai dari akhir cerita dari seri pertama, dimana Kat dan sang sahabat, Syd dan Raven berakhir terlempar dalam sebuah pusaran badai gravitasi raksasa yang begitu kuat. Ending yang begitu menggantung tersebut menjadi awal dari cerita untuk Gravity Rush 2. Kat dan Syd ternyata terbangun di sebuah desa penambang bernama Banga yang mata pencahariannya, seperti namanya, menambang beragam mineral di dalam pusat badai gravitasi tersebut. Dari seorang pahlawan yang berhasil menyelamatkan sebuah kota dari ancaman besar, Kat dan Syd kini harus bekerja menyambung hidup.
Ada satu hal yang unik dari pendekatan yang dilakukan Sony Jepang dengan cerita Gravity Rush 2 ini. Alih-alih seperti sebuah game action pada umumnya yang didasarkan pada satu garis cerita utama, dari awal hingga akhir, ia diperlakukan seperti sebuah film lepas / anime yang plot utamanya terbagi atas beberapa ARC. Tiap ARC akan punya tema cerita, karakter antagonis, dan konklusi yang berbeda pula. Menariknya lagi? Seperti halnya anime, progress tiap ARC sepertinya menawarkan kepada Anda musuh-musuh yang jauh lebih berbahaya dan mengancam seperti sebelumnya, layaknya tipe Shonen seperti Dragon Ball atau Bleach misalnya. Yang kemudian berkontribusi pada kemampuan Kat dan Raven yang juga semakin menguat.
Dari sebuah “desa” penambang yang melayang di angkasa, menuju kota dengan masalah segregrasi sosial yang menyedihkan, berangkat ke kampung halaman yang kini tak lagi terasa seperti “rumah”, hingga masalah terakhir yang akan menentukan apakah dunia Kat dan Raven akan tetap eksis atau tidak. Dengan pembagian beragam Arc cerita seperti ini, Gravity Rush 2 memang terasa berbeda dan menyegarkan. Namun di sisi lain, membuat sisi plotnya berakhir tak sesignifikan itu untuk diperhatikan dan dinikmati.
Lantas, tantangan seperti apa saja yang harus dilewati oleh Kat dan Raven? Mampukah mereka bertahan di setiap tantangan dan masalah baru yang terus muncul? Jawaban dari setiap pertanyaan tersebut bisa Anda dapatkan dengan mencicipi Gravity Rush 2 ini.