Tahun ini merupakan saat yang penuh kecamuk untuk Valve, terutama menyangkut masalah hukum. Setelah sebelumnya mengalami kekalahan di tuntutan yang dilancarkan oleh badan perlindungan konsumen Australia, kini Valve kembali menghadapi tuntutan hukum baru. Kali ini, perusahaan raksasa tersebut dituntut oleh mantan karyawannya karena diskriminasi transgender, kondisi lingkungan kerja yang buruk, dan praktek bisnis ilegal.
Masalahnya bermula dari permintaan penuntut, yang saat itu adalah penerjemah, di 2012 untuk pindah ke Los Angeles kepada Valve. Permintaan tersebut supaya dia masih dapat bekerja sementara dalam masa penyembuhan setelah ia menjalani operasi transgender. Saat itu Valve setuju, dengan syarat statusnya diubah ke kontraktor independen. Ternyata, setelah itu dia tidak dibayar lagi. Setelah ia mengajukan keluhan kepada Valve, dan tak lama kemudian dia dikeluarkan. Menurut mantan karyawan Valve tersebut, sebelum ia mengalami perlakuan diskriminasi tersebut, ia dipanggil dengan “It,” yang merupakan kata ganti untuk benda di bahasa Inggris, dan merupakan penghinaan luar biasa untuk transgender, oleh pimpinannya.
Menyangkut tuntutan tersebut, Valve memberikan jawaban menolak semuanya, karena menurut Valve semuanya tidak memiliki bukti. Valve juga menolak bahwa penuntut telah dirugikan dalam bentuk apapun oleh perusahaan tersebut. Tuntutan dari mantan karyawan tersebut berupa pembayaran $1 juta untuk setiap kerugian, kerugian spesial, dan hilangnya pendapatan. Dia juga meminta penggantian $150.000 untuk gaji yang tidak terbayarkan dan penaltinya.
Source: GameSpot