Nama Mirror’s Edge mungkin tak setenar game-game raksasa EA yang lain seperti Battlefield, Need for Speed, atau bahkan Dead Space di masa lalu. Sesuatu yang sangat bisa dimengerti mengingat keunikan daya tarik yang ia tawarkan. Terlepas dari kacamata orang pertama yang ia usung, Mirror’s Edge tak pernah soal mengangkat senjata, membunuh, dan terlibat dalam konflik global dengan nilai patriotik di dalamnya. Ia adalah sebuah game yang justru menjadi parkour sebagai elemen gameplay utama, dengan eksplorasi dan mencari cara yang tepat untuk bergerak dari satu platform ke platform lain dengan sebaik dan seefektif mungkin. Namun sayangnya, respon positif dari para reviewer di masa itu tak banyak membantu Mirror’s Edge. Penjualannya yang begitu lemah membuat franchise ini tak terlalu diperhitungkan oleh EA untuk waktu yang sangat lama. Setidaknya hingga teriakan fans untuk kesempatan kedua dijawab dengan sebuah seri terbaru – Catalyst.
Kesan Pertama
Catalyst sendiri bukanlah sebuah seri sekuel dan lebih cocok disebut sebagai seri “reboot” untuk Mirror’s Edge itu sendiri. EA membawa semua elemen yang disukai para fans dari seri originalnya terutama dari sesi parkour yang ada, menyuntikkan serangkaian fitur baru dan konsep gameplay yang sedikit berbeda, dan kemudian mewarnainya dengan latar belakang cerita yang lebih dalam untuk tokoh protagonis wanita utamanya – Faith Connors. Namun sayangnya, dari sisi visual, Frostbite Engine yang dijadikan andalan ternyata tak terlihat memesona di versi Playstation 4 yang kami jajal. Untuk alasan yang dipertanyakan, terlepas dari performa engine yang luar biasa di Star Wars: Battlefront, Frostbite di Mirror’s Edge Catalyst terlihat kurang optimal. Tekstur tak tajam, detail terutama dari sisi cahaya berantakan di beberapa titik, hingga sekedar animasi wajah yang tak memesona. Detail kota di kejauhan juga seperti kehilangan tekstur. Terlepas dari tone warna yang serupa dengan seri originalnya, ia tak terlihat sepadan dengan banyak rilis game generasi saat ini di konsol.
Lantas, bagaimana dari sisi gameplay? Berita baiknya, secara dasar, Catalyst tetaplah seri Mirror’s Edge yang selama ini Anda kenal, namun kini diperkuat dengan mekanisme kontrol yang terasa lebih sederhana. Anda masih akan berlari, mencari cara untuk bergerak ke platform tertentu, dan melompat dari satu gedung ke gedung lainnya dengan seefektif mungkin. Yang berbeda justru datang dari dunia yang ia usung. Berbeda dengan seri originalnya yang terhitung linear, Mirror’s Edge Catalyst menyuntikkan cita rasa open-world yang mirip dengan Assassin’s Creed, dimana Anda akan berhadapan dengan banyak misi sampingan untuk diselesaikan dalam bentuk ikon kecil yang bisa Anda pilih. Sistem pertarungan dan Faith yang kini punya sistem upgrade-nya sendiri juga membuat Catalyst terasa seperti game yang serupa tetapi tak sama.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, sekaligus mendalami fitur multiplayer yang terintegrasi dengannya, izinkan kami melemparkan segudang screenshot terbaru di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran soal apa itu Mirror’s Edge Catalyst. Kami sendiri baru memainkan game ini beberapa jam saja dan sempat kesulitan dengan beberapa misi sampingan yang tampaknya butuh upgrade tertentu untuk diselesaikan. Start running..