Selamat hari ulang tahun ke-71, Indonesia tercinta. Walaupun umur ini tak menjamin bahwa semua kebutuhan rakyat sudah terpenuhi dengan masalah sosial dan ekonomi yang tak lagi terjadi, namun kita semua terlihat bergerak ke arah yang lebih positif dan penuh dengan rasa optimisme. Sayangnya, dengan kemajuan teknologi yang hampir menghapus batas jarak dan waktu, kita juga menjadi salah satu “korban” globalisasi yang pelan tapi pasti, membuat segala sesuatu yang berbau “masa lalu” tak lagi terasa sebagai sesuatu yang relevan untuk dibicarakan. Anda bisa bertanya pada anak-anak yang saat ini terus disibukkan dengan aktivitas akademis, dongeng atau legenda Indonesia apa saja yang mereka pernah dengar dan tahu ceritanya? Akan jadi pemandangan yang tak mengherankan jika jawaban dari pertanyaan tersebut berakhir dengan kebingungan tanpa jawaban.
Legenda atau cerita rakyat Indonesia memang berakhir tersusun untuk dua tujuan besar, terlepas dari konten cerita yang ada. Pertama, menjelaskan fenomena alam yang dahulu tertutup oleh limitasi ilmu pengetahuan. Legenda dinilai sebagai penjelasan yang tepat untuk mencari latar belakang mengapa sebuah deretan gunung, pulau, atau bahkan kota bisa terbentuk di tengah hidup manusia masa lampau, yang biasanya diasosiasikan dengan kekuatan supranatural dan sejenisnya. Kedua, ia berperan sebagai media untuk menyampaikan sebuah pesan moral tersirat secara turun-temurun. Bahwa di balik cerita penuh dengan konflik dan akhir yang mengejutkan tersebut, tersimpan pesan kehidupan yang menarik untuk diikuti.
Dengan arus globalisasi yang begitu kuat, cara terbaik untuk memastikan kelangsungan hidup kisah-kisah legenda dan cerita rakyat seperti ini adalah dengan mengadaptasikannya ke dalam sebuah media yang lebih modern. Kisah-kisah ini memang tak memuat poin kreativitas yang tinggi karena keserupaannya satu sama lain, bahkan dengan dongeng barat sekalipun, namun bukan berarti mereka tak bisa berakhir jadi sebuah video game yang pantas dimainkan jika dieksekusi dengan cara yang tepat.
Lantas, dari semua cerita rakyat dan legenda yang ada di Indonesia, mana saja yang menurut kami pantas untuk dijadikan sebagai video game? Berikut adalah list dari JagatPlay:
-
Bawang Merah – Bawang Putih
Bagaimana caranya mengembangkan sebuah game dari sebuah kisah yang tak punya sisi aksi sama sekali? Jika ada satu hal yang berhasil ditunjukkan oleh developer sekelas Telltale Games dan Quantic Dreams, adalah bahwa interactive story adalah sebuah genre yang bisa disulap untuk menawarkan kedalaman untuk sebuah kisah yang bahkan tak punya cerita solid sama sekali. Dari semua legenda rakyat Indonesia, Bawang Merah – Bawang Putih yang tak banyak berbeda dengan kisah Cinderalla di barat sebenarnya memuat elemen interactive story yang solid. Yang Anda butuhkan hanyalah sebuah game yang meminta Anda berperan sebagai si Bawang Putih, berhadapan dengan scene dimana ia disiksa untuk setiap kesempatan yang dimiliki oleh si Bawang Merah, dan kemudian harus memilih respon untuk situasi yang ada. Terlepas dari apakah respon yang Anda pilih akan berakhir mempengaruhi jalan cerita yang ada, game ini harus menawarkan opsi bagi Anda – si Bawang Putih untuk menerima segala sesuatunya dengan ikhlas atau dengan merencanakan aksi balas dendam Anda sendiri.
-
Pontianak
Tentu saja, legenda yang satu ini tidak sekedar dipilih hanya karena ia muncul dari kota kelahiran saya pribadi. Namun secara konsep, lahirnya kota Pontianak sebenarnya memuat konten yang akan menarik untuk berakhir jadi sebuah video game. Pontianak diceritakan sebagai sebuah hutan menyeramkan yang sebenarnya tak punya apapun selain ribuan makhluk halus yang menggentayanginya, terutama Kuntilanak. Setidaknya hingga seorang Sultan bernama Abdurrahman Alkadrie memutuskan untuk membuka hutan tersebut. Rombongan kuntilanak super menyeramkan tersebut tentu membuat banyak pekerja lari tunggang langgang, setidaknya hingga sang sultan memutuskan untuk membawa meriam karbit dan mulai menyalakannya untuk mengusir semua makhluk halus tersebut. Membosankan? Video game punya ruang besar untuk mendramatisir aksi pengusiran hantu untuk membuka kota ini dengan banyak genre. Salah satu yang paling cocok? Tinggal dengan sedikit sentuhan kreativitas, Anda bisa memperlihatkan sosok sang Sultan layaknya Takeshi Kaneshiro di Onimusha yang harus bertarung dengan menggunakan pedang dan meriam untuk melawan para makhluk halus yang ada. Tak harus hanya kuntilanak saja, game ini bisa menyuntikkan beragam varian setan lain yang khas Indonesia.
-
Malin Kundang
Malin Kundang? Bagaimana caranya membuat cerita soal anak durhaka yang dikutuk sang ibu menjadi batu ini menjadi video game? Seperti halnya dengan Bawang Merah – Bawang Putih, Anda bisa meraciknya menjadi sebuah game interactive story. Namun istimewanya? Alih-alih mengikuti cerita rakyat yang selalu berfokus pada sosok Malin Kundang sebelum merantau dan sesudah merantau yang memiliki dua kepribadian yang berbeda, versi game interactive story ini justru bisa mengeksplorasi apa yang terjadi dengan sosok ini ketika berada di perantauan. Apa yang membuat Malin Kundang tiba-tiba tak lagi ingin mengakui ibunya? Apakah karena tuntutan sosial dan sekedar rasa gila hormat karena keluarga istrinya yang terpandang? Ataukah ia berhadapan dengan konflik yang jauh lebih kompleks yang membuatnya berakhir menjadi Malin Kundang – si anak durhaka yang selama ini kita kenal? Kreativitas untuk membangun sebuah cerita belakang yang emosional untuk memberikan perspektif yang berbeda akan jadi andalan.
-
Lutung Kasarung
Ketika Anda diceritakan kisah seperti Lutung Kasarung atau Sangkuriang ketika Anda kecil, Anda tak akan pernah menyangka dan memikirkan seberapa disturbing beberapa cerita rakyat Indonesia, terutama yang berhubungan dengan binatang yang ada. Lutung Kasarung, seperti namanya, berkisah tentang kisah seekor monyet yang jatuh hati pada seorang putri raja yang diasingkan – Purbasari, dan berakhir menjadi seorang pangeran tampan ketika berada di saat yang genting. Cerita ini memuat potensi yang sangat besar untuk berakhir jadi sebuah game action platfomer, apalagi jika Anda mencicipinya dari kacamata sang Lutung Kasarung yang tak pernah menahan diri untuk melakukan apa saja untuk menyelamatkan Purbasari. Anda bisa menyuntikkan ekstra dramatisasi seperti ancaman apa saja yang mengintai Purbasari yang harus Anda taklukkan, atau menyuntikkan ekstra misi escort ala ICO atau Enslaved, dan kemudian menjadikan kemampuan mengubah diri menjadi sang pangeran ini sebuah fitur ekstra untuk memecahkan puzzle yang ada.