Berapa banyak dari Anda – para penggemar game simulasi tata kota yang harus kecewa dengan arah yang dibawa Maxis dan EA di seri terbaru SimCity tahun lalu? Terlepas dari kualitas seri terdahulu yang memang cukup memfasilitasi semua inovasi, kreativitas, dan mimpi untuk sebuah kota megapolitan futuristik yang memesona, SimCity terbaru tampil dengan keterbatasan yang memang cukup mencederai antisipasi para penggemarnya. Kebutuhan untuk terus terkoneksi dengan dunia maya, dan terrain bangun yang sangat terbatas menjadi catatan ekstra, di luar dukungan “multiplayer” yang ternyata tidak sesignifikan yang dibayangkan. Jika Anda termasuk salah satu yang merasa kecewa, obat penawar rasa sakit hati tersebut akhirnya hadir dalam bentuk yang berbeda. Sebuah judul game bernama – Banished.
Tidak sulit menemukan alasan untuk terpesona dengan Banished, mengingat game ini merupakan hasil kerja keras satu orang developer - Luke Hodorowicz, yang akhirnya mendirikan studio – Shining Rock Software sebagai developer resmi. Walaupun hanya dikembangkan oleh satu orang saja, Banished hadir dengan konsep, kompleksitas, dan kualitas yang secara konsisten berhasil menarik perhatian begitu banyak gamer penggemar game simulasi bangun kota sejak pengenalan pertamanya. Dengan cita rasa medieval yang kentara, Anda memang tidak akan berhadapan dengan gameplay penuh aksi, perang, dan monster raksasa. Namun kompleksitas dan cita rasa unik yang ia tawarkan, akan membuat Anda betah menatap komputer untuk waktu yang sangat lama.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Banished? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah simulasi tata kota yang menantang?
Menjadikan Manusia Sebagai Resource Terpenting
Seperti nama yang ia usung, Banished memang menceritakan sekelompok manusia terbuang yang diusir dari komunitasnya untuk alasan tertentu. Untuk memastikan diri dapat bertahan hidup, tugas Anda sebagai pemimpin adalah dengan mulai membangun “peradaban” tersendiri, di tengah antah berantah bersama dengan puluhan penduduk yang lain. Kesempatan untuk memulai hidup yang baru memang bukan perkara yang mudah. Anda harus mulai mengumpulkan semua bahan yang dibutuhkan, membangun begitu banyak fasilitas krusial, dan akhirnya menjamin kehidupan stabil yang terus tumbuh. Namun tidak seperti game-game simulasi kota yang lain, Banished justru menjadikan manusia sebagai sumber daya yang paling krusial.
Di sebagian besar game dengan genre seperti ini, Anda biasanya akan disibukkan dengan usaha untuk terus memperluas kota sembari memastikan fasilitas pendukung kehidupan berjalan dengan baik. Anda akan lebih disibukkan untuk mengatur jumlah uang, sumber daya tambang, minyak, kayu, dan sebagianya untuk memastikan kesempatan untuk membangun fasilitas yang lebih modern dan efektif untuk memastikan kehidupan penduduk di wilayah Anda. Namun, Banished tidak sesederhana konsep game simulasi kota mainstream seperti ini. Alih-alih berpusat pada usaha untuk terus mengumpulkan resource (yang memang juga penting), manusia merupakan pondasi Anda untuk terus memastikan kehidupan yang berkesinambungan.
Jumlah manusia sangat-sangat terbatas di Banished. Memulai permainan dengan hanya 9-11 manusia dewasa, Anda mulai harus memikirkan kebutuhan esensial seperti yang butuh dibangun terlebih dahulu. Membersihkan hutan, mengumpulkan batu, hingga berburu menjadi kegiatan awal yang paling rasional, sembari tentu saja – mulai membangun rumah-rumah permanen untuk ditinggali. Lalu, Anda mulai bergerak menuju kehidupan yang lebih kompleks. Selain dari hutan sekitar, Anda mulai memikirkan cara untuk memastikan hidup yang lebih terjamin, dengan membangun “sumber makanan” Anda sendiri, dengan membangun pertanian, peternakan, memancing, hingga camp berburu. Untuk memastikan supply kayu yang tidak berkesudahan di masa depan, Anda juga harus mulai membangun “Forester” yang akan menanami kembali setiap pohon yang ditebang. Terdengar sederhana? Tunggu dulu, tidak seperti yang Anda bayangkan.
Karena pada akhirnya, terlepas dari aktivitas apapun yang hendak Anda lakukan, dari sekedar membangun hingga bertani, Anda harus memperkerjakan penduduk yang cukup untuk memastikan semua fasilitas tersebut bekerja dengan sangat efektif. Bagaimana Anda akan mengatur dan menugaskan 11 orang dewasa, untuk bertani, memancing, berburu, mengambil kayu, membangun fasilitas yang lain, dan membangun peralatan yang cukup untuk mendukung kerja yang lain? Inilah tantangan terbesar Banished. Karena tidak seperti game simulasi kota lain yang mengasosiasikan kemajuan pembangunan dan pertambahan penduduk, Banished merefleksikan kondisi yang lebih nyata. Tenaga kerja yang sangat terbatas untuk menggawangi begitu banyak sektor krusial untuk bertahan hidup akan menjadi masalah terbesar Anda. Karena begitu Anda lalai menyusun prioritas, maka Anda harus berhadapan dengan kematian yang masif. Ingat, di saat yang sama, Anda juga harus memastikan resource di luar makanan terus terpenuhi.
Pekerjaan kian berat karena pertumbuhan penduduk Banished tidak akan secepat usaha Anda untuk menyediakan lebih banyak fasilitas dan ruang bagi mereka untuk tumbuh. Seperti di kehidupan nyata, setiap penduduk dewasa akan mulai menua, menikah, dan memiliki anak. Anak-anak yang lahir di desa Anda akan berpotensi menjadi tenaga kerja ekstra di masa depan, yang memungkinkan Anda untuk menempatkannya di sektor-sektor kehidupan baru yang krusial. Namun, anak-anak tak ubahnya investasi jangka panjang, karena di saat yang sama, mereka juga menghasilkan lonjakan kebutuhan resource yang mulai terasa “menuntut”, apalagi dengan jumlah penduduk pekerja yang akan tetap konstan untuk waktu yang lama. Dan seperti anak-anak yang tumbuh dewasa, mereka yang sudah dewasa juga bisa menua dan mati jika sudah saatnya.
Inilah yang terjadi dengan gameplay Banished kami. Ketika semangat untuk membangun kota begitu menggebu-gebu, dengan total 20 penduduk pekerja, kami mulai menyusun skala prioritas untuk menjamin stabilitas kota yang lebih baik. Sebagian dari penduduk ini kami tempatkan sebagai builder untuk membangun bangunan, 1 menjadi laborer sebagai pekerja kasar yang akan mendistribusikan resource, dan sisanya ditempatkan di hutan untuk menambang lebih banyak kayu, batu, dan tentu saja – kulit binatang. Dengan optimisme yang tinggi bahwa ini akan menjadi formula yang paling tepat untuk mempercepat pembangunan kota, kami meninggalkan beberapa post yang dianggap tidak penting untuk difokuskan saat ini seperti “blacksmith”. Terlihat bagus di awal, namun jadi mimpi buruk di akhir. Tidak adanya blacksmith berarti tidak adanya supply tools untuk melakukan banyak pekerjaan dengan cepat. Kurangnya resource tools berarti aksi pengumpulan resource yang lebih lambat, sementara tuntutan mulut yang harus diberi makan konstan. Kayu menipis, makanan kurang, dan hasilnya? Kami harus memulai kembali dari save terakhir.