Selamat ulang tahun ke-69 Indonesia, selamat dirgahayu negara tercinta kita! Seperti yang tercantum di pembukaan Undang-Undang Dasar kita, kemerdekaan memang tidak pernah menjadi akhir perjuangan, melainkan awal dari begitu banyak kerja keras yang harus dilakukan untuk memastikan kita bisa bergerak ke arah yang lebih baik sebagai sebuah entitas yang sama. 69 tahun memang bukan usia yang muda, dan sepantasnya Nusantara mulai mengambil langkah yang lebih kuat untuk bisa menyejajarkan diri dengan negara-negara maju yang lain. Sudah merdeka kah kita? Ada begitu banyak masalah yang memang belum terselesaikan, namun tidak lantas menihilkan bahwa kita memang sudah merdeka, setidaknya memiliki kebebasan untuk menentukan nasib dan arah perjuangan kita yang baru.
Perjuangan tanpa henti selama berabad-abad dengan begitu banyak pengorbanan harta dan nyawa setidaknya memastikan bahwa kita, sebagai generasi muda yang baru, punya kesempatan untuk membangun nasib dan masa depan kita sendiri. Bersifat sporadis di awal dengan perjuangan untuk kepentingan lokal, perang melawan penjajah mulai menemukan bentuk yang lebih utuh di akhir, tidak hanya untuk sekedar mengibarkan bendera Merah Putih yang gagah di angkasa, tetapi juga mempertahankan posisinya. Perang sebelum dan sesudah kemerdekaan menjadi tonggak sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Lantas apa hubungannya dengan video game? Seperti yang kita tahu, industri game memang punya kecenderungan untuk mengadopsi momen-momen historis ikonik di dunia dan menawarkannya kembali sebagai sebuah pengalaman interaktif, tentu saja dengan ekstra dramatisasi di sana-sini. Walaupun sejarah Indonesia, terutama perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, tidak dilihat sebagai momen penting dunia, namun ia memuat begitu banyak daya tarik yang sebenarnya, cocok untuk dijadikan sebagai bahan permainan virtual. Kekuatan utamanya terletak karakter para pejuang nasional ini sendiri. Mereka menunjukkan sikap patriotisme dan karakter yang bahkan mampu mengalahkan karakter fiktif karangan yang mungkin sering Anda temui di game-game FPS dan third person. Karakter nyata, kisah nyata, kepribadian nyata, dengan drama yang nyata pula.
Dari semua pahlawan nasional Indonesia yang ada, siapa yang saja yang sebenarnya pantas untuk dijadikan sebagai karakter video game bersama dengan perjuangan yang mereka kobarkan? JagatPlay memilih 10 di antaranya:
↧
10 Pahlawan Nasional Indonesia Terbaik untuk Video Game!
↧
Butuh 5 Miliar Tahun untuk Menjelajahi Planet di No Man’s Sky!
Sebagai sebuah game yang mengusung tema Sci-Fi Exploration, No Man’ Sky disebut-sebut hadir dengan environment yang sangat luas. Bahkan, karena begitu luasnya, gamer akan butuh waktu lama untuk menelusuri dunia dalam game.
Yang menarik, pihak Hello Games selaku developer mengklaim gamer perlu miliaran tahun untuk bisa menjelajahi 100 persen setiap planet di No Man’s Sky!
Co-founder Hello Games, Sean Murray, menjelaskan hal ini di ajang Gamescom pekan lalu. Menurutnya, di awal pengembangannya hanya butuh empat atau lima juta tahun untuk melihat setiap planet di No Man’s Sky jika menghabiskan satu detik di tiap planet.
Kini dengan format pengembangan yang berbeda dan lebih masif, Murray dengan bangga menyebutkan bahwa butuh sekitar 5 miliar tahun untuk bisa menjelajahi setiap planet yang ada, dengan asumsi yang sama, satu detik di masing-masing planet.
Entah hanya klaim atau memang benar adanya, setidaknya gamer membutuhkan gameplay yang menarik dan inovatif. Jika gameplay tidak bervariasi dan terasa diulang-ulang, maka kemungkinan besar banyak gamer akan merasa bosan sebelum sempat menjelajah lebih jauh. Murray sendiri kabarnya akan mengungkapkan beberapa pengumuman menarik lainnya tentang No Man’s Sky dalam waktu dekat.
Seperti diketahui, No Man’s Sky hingga saat ini memang masih dalam tahap pengembangan dan belum bisa dipastikan kapan akan meluncur di pasaran. Kabar terakhir menyebutkan game tersebut baru bisa rilis sekitar tahun 2015. Setelah sebelumnya dilaporkan akan menjadikan PlayStation 4 sebagai tujuan utama, baru-baru ini Murray mengumumkan bahwa No Man’s Sky juga akan menuju PC.
↧
↧
Ubisoft: Banyak Gamer Setuju dengan Jumlah Game Assassin’s Creed
Eksploitasi berlebihan, kalimat yang satu ini mungkin menjadi kalimat yang sering meluncur setelah Ubisoft memperkenalkan dua game Assassin’s Creed baru untuk tahun 2014 ini. Selain Assassin’s Creed Unity yang memang ditujukan untuk platform Playstation 4, Xbox One, dan PC dan mengambil setting Revolusi Perancis yang menawan, Ubisoft juga menawarkan Assassin’s Creed Rogue untuk Playstation 3 dan Xbox 360 yang unik karena presentasi karakter utamanya sebagai seorang Templar, pihak antagonis utama franchise ini sendiri. Dengan dua game seperti ini, banyak yang mengeluhkan bahwa Ubisoft mulai tidak bisa menahan diri. Sesuatu yang langsung mereka bantah.
Berbicara dengan situs gaming Eropa – Eurogamer, Karl von der Luhe – penanggung jawab untuk AC Rogue menegaskan bahwa jumlah gamer yang mengeluhkan dua buah game Assassin’s Creed dalam waktu dua bulan hanyalah minoritas, tidak banyak. Ia menyatakan bahwa sebagian besar gamer justru merasa senang dengan kebijakan ini, apalagi untuk mereka yang masih belum bisa beralih ke platform generasi terbaru.
Luhe menegaskan bahwa orang-orang inilah yang menjadi target pasar utama mereka. Ia juga menyebutkan bahwa ide untuk menjadikan Templar sebagai karakter utama adalah sebuah ide yang sudah meluncur sejak seri AC pertama dibuat, walaupun baru bisa direalisasikan tahun ini.
Assassin’s Creed Unity sendiri rencananya akan dirilis pada 28 Oktober 2014 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, dan PC. Sementara Assassin’s Creed Rogue akan meluncur pada 11 November 2014 untuk Playstation 3 dan Xbox 360.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah dua game AC dalam waktu dua bulan terlalu banyak untuk standar Anda? Atau Anda termasuk yang siap untuk mencicipi keduanya?
↧
Microsoft Ingin Jadikan Tomb Raider Saingan Utama Uncharted
Keputusan Square Enix dan Crystal Dynamics untuk melemparkan seri sekuel terbaru – Rise of Tomb Raider sebagai game ekslusif sementara Xbox One memang mengejutkan. Gamer yang sempat mencicipi seri perdananya di PC dan Playstation tentu saja merasa terkhianati, apalagi dengan “bahasa indah” sang developer yang tidak memberikan esktra detail yang jujur tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi. Secara rasional, latar belakang tentu saja jelas, bahwa Microsoft berani membayar mahal untuk mendapatkan hak eksklusif ini dalam periode waktu tertentu. Apa sebenarnya motif dari keputusan ini? Selain untuk memastikan nilai jual Xbox One yang lebih tinggi, Microsoft ternyata juga memiliki ambisi lain yang lebih besar.
Walaupun Tomb Raider menjadi salah satu franchise pertama yang mengusung karakter utama dengan eksplorasi beragam sisa kebudayaan masa lampau sebagai nilai jual, versi Reboot yang dirilis tahun lalu memang mengusung gameplay yang lebih berkiblat pada game berkonsep serupa dari Naughty Dog – Uncharted.
Dalam wawancaranya dengan Eurogamer, Phil Spencer – boss besar Xbox mengakui bahwa keputusan untuk menjadikan Rise of the Tomb Raider sebagai eksklusif sementara Xbox One berangkat dari ambisi untuk memperkenalkan franchise ini sebagai “Uncharted”-nya Xbox One. Ini menjadi kesempatan untuk bersaing langsung dengan Uncharted 4: A Thief’s End yang direncanakan Sony meluncur pada tahun 2015 mendatang.
Sayangnya, Microsoft sendiri masih tutup mulut tentang seberapa lama periode eksklusivitas Rise of the Tomb Raider akan berlaku untuk Xbox One. Namun dengan pembicaraan seperti ini, apakah ini berarti gamer Playstation dan PC harus menunggu lebih lama sebelum mencicipinya? Kita tunggu saja.
↧
Hellblade Tidak Berhubungan dengan Heavenly Sword
Studio baru yang berhasil memantapkan posisinya di industri game lewat beragam proyek game action yang memesona, sepak terjang Ninja Theory memang senantiasa menjadi perhatian. Popularitas ini kian meninggi setelah kepercayaan yang diberikan Capcom untuk melakukan proses reboot terhadap salah satu franchise raksasa mereka – Devil May Cry. Terlepas dari kontroversi yang sempat menyelimuti, developer ini terhitung berhasil menawarkan sebuah seri reboot yang luar biasa. Di ajang Gamescom 2014, Ninja Theory hadir dengan satu kejutan baru, sebuah game teranyar bernama Hellblade. Tidak perlu menunggu lama hingga spekulasi menyebar di dunia maya.
Sesuatu yang sangat bisa diprediksi, mengingat Hellblade hanya diumumkan lewat sebuah trailer sinematik CGI tanpa detail ekstra apapun. Ninja Theory hanya menjelaskan game ini sebagai proyek “indie AAA” mereka, dimana mereka juga akan bertanggung jawab juga sebagai publisher. Spekulasi juga merebak karena fakta bahwa Hellblade adalah kombinasi dua kata yang bertolak belakang dengan kata Heavenly Sword, salah satu proyek game perdana Ninja Theory itu sendiri. Tidak hanya itu, protagonis wanita utama yang ditawarkan juga hadir dengan atmosfer yang sama. Dalam wawancaranya dengan situs Eurogamer, Ninja Theory menegaskan bahwa kedua franchise ini tidak akan saling berkaitan.
Ninja Theory menyatakan bahwa Hellblade adalah sebuah judul game yang benar-benar baru. Terlepas dari sosoknya yang mirip, karakter utama Hellblade – Senua tidak akan memiliki hubungan apapun dengan Nariko dari Heavenly Sword. Dijelaskan sebagai sebuah game yang berfokus pada pertarungan melee, cerita yang kuat dan visualisasi yang unik, Ninja Theory hanya bisa menjamin bahwa gamer yang mencintai Heavenly Sword akan jatuh cinta juga dengan pesona Hellblade itu sendiri. Hellblade akan hadir dengan cerita, karakter, dan dunia baru.
Ninja Theory sendiri masih belum bisa memberikan kepastian kapan Hellblade akan dirilis, namun tetap memastikan bahwa Playstation 4 akan menjadi platform pertama yang mendapatkannya. Will wait patiently, Ninja Theory!
↧
↧
Batman: Arkham Knight Rilis Screenshot Terbaru
Memenuhi permintaan sebagian besar penggemar yang sudah mencicipi dua seri pertama, Rocksteady Studios akhirnya siap untuk mengakhiri salah satu franchise game superhero terbaik di industri – Batman Arkham lewat seri ketiga – Arkham Knight. Tidak hanya menutupnya dengan kualitas visualisasi yang jauh lebih baik berkat keputusan untuk merilis game ini hanya di platform generasi terbaru, Ia juga akan menjadi seri Arkham pertama yang akhirnya membawa Batmobile dalam mode pertempuran, yang juga berarti berakhir pada kota Gotham yang lebih luas dan padat. Antisipasi yang kian menguat sayangnya, tidak lantas membuat game ini datang lebih cepat.
Sempat direncanakan akan dirilis di bulan Oktober 2014, Rocksteady akhirnya memutuskan untuk mendorong game ini ke Februari 2015. Alasan klasik dilemparkan, meminta ekstra waktu untuk memastikan Batman: Arkham Knight mampu tampil dalam kualitas yang terbaik. Walaupun tidak masuk ke panggung utama, Rocksteady membuka kesempatan bagi para pengunjung Gamescom 2014 di Jerman untuk pertama kalinya, menjajal demo game ini secara langsung. Untuk mereka yang tidak berkesempatan menjajal kesempatan ini, Rocksteady merilis beberapa screenshot terbaru yang diklaim diambil dari engine in-game yang mereka gunakan.
Batman: Arkham Knight sendiri rencananya akan dirilis pada Februari 2015 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC. Can’t wait!
↧
Proyek Remake Metal Gear dari Penggemar Dimatikan Konami!
Kesempatan untuk menikmati game-game lawas yang mungkin sempat terlewatkan di masa lalu, inilah yang menjadi salah satu pesona utama proyek Remastered yang memang tengah menjadi tren di industri game saat ini. Dipermak dengan kualitas visual yang terasa lebih relevan dengan perkembangan zaman, angka memang tidak bisa berbohong bahwa strategi seperti ini memang berhasil di pasaran. Namun sayangnya, developer tidak akan pernah punya waktu untuk memenuhi semua permintaan gamer dan memroses ulang game klasik racikan mereka. Untuk urusan yang satu ini, komunitas fanatik biasanya akan maju ke depan dan bekerja secara sukarela. Seperti yang sempat diumumkan dengan franchise andalan Konami – Metal Gear.
Proses remake untuk seri pertama Metal Gear ini bahkan sempat diklaim sudah mendapatkan lampu hijau dari Konami sendiri. Syaratnya? Proyek ini tidak boleh didukung oleh aksi pengumpulan dana ala Kickstarter dan tidak boleh dijual secara komersial. Lama tenggelam, tim fans yang menangani proyek ini justru hadir dengan berita buruk yang menyedihkan. Proyek yang cukup diantisipasi ini dipastikan ditutup, setelah Konami tidak setuju dengan salah satu kebijakan yang diambil oleh tim, walaupun tidak dijelaskan secara mendetail. Kejutan lainnya? Tim ini ternyata sudah berhasil merekrut voice actor ikonik Solid Snake – David Hayter dan bahkan sudah merekam beberapa kalimat percakapan. Sesuatu yang sangat disayangkan.
Sebagai ucapan perpisahan, tim in merilis sebuah trailer yang sempat mereka rencanakan sebagai trailer presentasi, yang juga memuat suara Hayter di dalamnya. Konami sendiri tidak memberikan komentar atau penjelasan apapun terkait latar belakang dari rasa keberatan mereka yang berujung pada pembatalan proyek ini.
Spekulasi merebak, dan sebagian besar meyakini bahwa keputusan ini diambil setelah Hideo Kojima sendiri sempat mengemukakan ketertarikannya untuk melakukan proses remake seri original Metal Gear di ajang Gamescom 2014. Karena alasan inikah? Kita tunggu saja hingga Konami buka mulut.
↧
Angry Face – Game Garapan Anak Umur 9 Tahun
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Peribahasa itu nampaknya pantas ditujukan untuk Ryan Carmack. Ya, ia adalah anak dari John Carmack, developer veteran yang menggaparap Doom, Quake, dan beberapa game legendaris lainnya.
Ryan yang kini berusia ‘baru’ 9 tahun telah berhasil membuat game pertamanya yang berjudul Angry Face. Sekilas, game ini mirip dengan Pong. Ada dua tingkat kesulitan yang bisa dipilih, yaitu Grandma Mode dan Pro Mode. Yang pertama didesain untuk membuat game lebih lambat, sesuai permintaan neneknya, sementara Pro Mode, sesuai namanya, jauh lebih cepat dan sulit.
“Ini adalah Pong versiku sendiri. Aku membuat game ini tetapi adikku yang berumur 4 tahun membantu untuk urusan sound dan pengujian. Ini adalah game pertama yang pernah aku buat dan aku ingin membuat lebih banyak lagi di masa depan. Aku harap aku mendapat respon yang bagus dan semua orang menyukainya,” ujar Ryan.
Ryan membuat game ini menggunakan Unity yang disebut-sebut sebagai engine paling mudah ketika seorang developer pemula mencoba masuk ke industri game. Untuk bisa memainkan Angry Face, gamer perlu meng-install Unity web player.
Memang Angry Face belum bisa disandingkan dengan game-game indie lainnya yang sudah lebih dulu beredar. Namun untuk ukuran anak 9 tahun, membuat game dengan yang komplit dengan sound effect dan dua tingkat kesulitan, jelas sangat luar biasa!
↧
JagatPlay NgeRacau: Ori VS Bajakan!
“Makanya jangan sering ngebajak”, “Tabung donk buat beli game original, susah amat”, ini argumen emang selalu dilemparin tiap kali ada artikel JagatPlay yang ngebahas soal publisher yang kagak mau ngerilis game mereka di PC atau platform yang lain. Ini emang jadi fakta yang emang gak bisa terbantah, kalau pembajakan memang masih jadi scene yang umum banget di Indonesia. Pertama tentu aja karena ada permintaan yang besar, yang kalau dikaitin sama ilmu ekonomi, selalu berakhir sama penawaran dan berakhir jadi pasar yang masif. Kita ketemu sama orang-orang yang ngejual game bajakan secara terbuka. Kedua, memang mau enggak mau harus dikaitin sama akses internet di Indonesia yang lebih cepat, mudah, dan murah daripada 10 atau 20 tahun yang lalu misalnya. Orang tinggal googling, ngeklik link, dan voila! dapat game gratis. Pemerintah kita juga enggak punya konsekuensi yang tegas kalau udah ngomongin soal pembajakan. Ini jadi semacam siklus mematikan yang memang kagak ada ujungnya.
Secara moral dan etika, pembajakan memang kagak beda sama mencuri, karena kita ngegunaiin sebuah produk komersial hasil kerja keras orang lain yang seharusnya dijual dengan harga tertentu, secara gratis. Tapi menariknya, pembajakan juga mendorong negara-negara terbelakang untuk bergerak maju mengikuti negara-negara dunia pertama. Hah? Bagaimana bisa? Percaya atau enggak, kasus inilah yang terjadi dengan pembajakan OS komputer paling ngetop saat ini – Windows. Negara-negara terbelakang yang penduduknya enggak punya cukup uang untuk ngegelontorin duit gede buat OS ori, tetap kesempatan buat belajar dan maksimalin kemampuan komputer mereka untuk bersaing secara global. Mereka jadi lebih siap untuk bersaing dan ngikutin tren industri itu sendiri. Kontroversi seperti ini yang selalu nyelimutin pembicaraan tiap kali perdebatan soal ori dan bajakan mengemuka.
Masalahnya, perdebatan selalu muncul tanpa ada usaha untuk melihat sudut pandang dari kedua sisi, mereka yang ngandelin pembajakan selalu ngerasa kalau gamer yang main game ori termasuk kelompok elitist, raja minyak, orang yang cukup beruntung buat punya banyak duit. Sementara dari kacamata gamer ori, mereka yang main bajakan dianggap sebagai gamer kacangan yang enggak cinta sama industri game itu sendiri, yang bersalah buat penutupan banyak developer, dan tidak mau berusaha keras. Tahu apa yang kurang dari masing-masing sudut pandang ini? Empati. Itulah yang ingin difokusin oleh JagatPlay Ngeracau kali ini. Berusaha ngertiin dan paham apa sebenarnya isi masing-masing otak dari kelompok ini.
Dari Sudut Pandang Gamer Bajakan
Nafsu Buat Mainin Game Baru
Apa yang sih ngedefinisiin seseorang itu gamer atau bukan? Enggak cuman sekedar main game, kita bakalan setuju kalau gaming itu juga soal passion, soal semangat buat nyicipin game-game baru. Salah satu yang paling jelas kelihatan itu betapa indahnya hari-hari kita kalau misalnya game yang selama ini kita incar ternyata beneran mau muncul dan dirilis di platform yang kita punya. Itulah yang mendefinisikan kita sebagai seorang gamer. Kita berangkat dari rasa yang sama, semangat yang sama, dan keinginan yang sama. Mereka yang kebetulan enggak punya dana yang cukup, pada akhirnya harus beralih ke bajakan buat nyicipin game-game baru ini, apalagi kalau rilisnya dalam rentet yang deket banget. Mau kita gamer ori maupun bajakan, pasti ngerti rasa frustrasi yang muncul ketika game-game baru udah mulai muncul ke pasaran dan kita gak punya waktu ataupun uang buat mainin dengan cepat. Nabung sejak lama dan ternyata enggak cukup buat mainin semua game ori ini? Enggak bisa nunggu lama, nahan diri, dan justru ngerasa frustrasi dan penasaran? Bajakan jadi solusi yang lebih rasional buat bikin setidaknya, hati lebih tenang. Ini bukan soal ori atau bajakan, ini soal identitas.Enggak Semua Gamer Punya Kemampuan Ekonomi yang Sama
“Makanya nabung donk..”, “Kerja keras donk, nyari duit ekstra buat mainin game ori..”, komentar-komentar begini lah yang justru bikin gamer ori kelihatan kayak kelompok elitist yang enggak mau ngerti dan mahamin kalau enggak semua orang punya kemampuan ekonomi yang sama kayak dirinya. Orang yang punya pekerjaan bagus atau keluarga yang rada tajir mungkin ngerasa kalau beli game original itu bukan masalah yang perlu digede-gedeiin, tapi enggak untuk mereka yang punya kemampuan ekonomi terbatas. Ada banyak gamer dan keluarga di sana, yang kalaupun udah nabung selama berbulan-bulan, yang udah bekerja keras setengah mati, tetap enggak akan punya dana ekstra buat video gaming. Sebuah video game original itu bisa makanin ¼ pendapatan bulanan pekerja kantoran kelas bawah, pengeluaran yang tentu aja kagak bisa ditoleransi dengan semakin tingginya biaya hidup. “Ya kalau gitu jangan main video game,”, jadi komentar lain yang bikin ini hobby berasa kayak hanya ditujuin buat orang ekonomi tinggi doank. Padahal di sisi lain, video game bisa jadi pengalih perhatian efektif buat golongan muda yang masih mencari jati diri. I mean, daripada mereka keluyuran gak jelas dan berujung jadi kenakalan remaja, mending beralih ke video game, mau bajakan sekalipun. Let me get this straight, buat apa gamer mau beli game bajakan kalau mereka punya uang buat beli game ori? Semua gamer yang punya uang pasti punya ambisi buat beli game ori, tapi karena mereka gak punya uang lah, makanya beralih ke bajakan. “Makanya cari duit donk biar bisa beli game ori”, implying kalau semua orang bisa mendapatkan pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan atau punya modal untuk wirausaha, atau sekedar mengabaikan fakta kalau yang diajak ngomong masih kaum pelajar yang kalau bekerja, justru bisa didakwa sebagai eksploitasi anak di bawah umur. Logikanya sepertinya enggak beda sama ngomong sama orang gak mampu yang tinggal di pedalaman: A: “Adek bisa baca tulis enggak?” B: “Enggak bisa om, saya enggak sekolah” A: “Sekolah donk!” B: “Enggak ada dana om, orang tua juga enggak mampu” A: “Kalau gitu kerja donk!” B: “Orang tua petani buruh om. Saya juga bantu jualan kue.” A: “Masih enggak cukup buat sekolah?” B: “Enggak, om” A: “Cari kerjaan tambahan lain donk!” B: “Kerja apaan om?” A: “Apaan kek.. Atau nabung donk!” B: “Makan aja masih susah, enggak dana buat nabung” A: “Makan masih susah? Cari kerja tambahan donk!” Sekarang mengerti betapa menyebalkannya siklus pembicaraan di atas. Sensasi ngobrol sama gamer ori yang enggak bisa memahami bahwa ada begitu gamer lain yang hidup dalam kondisi ekonomi yang berbeda dan bahkan jauh berada di bawah mereka, justru membuat mereka terlihat sangat tidak peka.↧
↧
Ubisoft Hentikan Game untuk PS 3/ Xbox 360 Setelah 2015!
Proses peralihan generasi gaming memang menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi, kehadiran konsol yang lebih kuat berarti membuka potensi yang lebih besar untuk hadirnya game-game dengan kualitas visual lebih baik, atau bahkan inovasi gameplay yang tidak bisa diterapkan di generasi sebelumnya. Di sisi lain, ia juga menandai akhir dari sebuah generasi untuk platform yang mungkin sudah menemani kita selama bertahun-tahun lamanya. Namun berita buruk untuk gamer yang masih belum berkesempatan beralih generasi, Anda tampaknya punya ekstra 1 tahun lagi untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan, terutama jika Anda penggemar berat game-game dari Ubisoft.
Setelah Assassin’s Creed Rogue untuk tahun 2014 yang mereka kembangkan khusus untuk Playstation 3 dan Xbox 360, CEO – Yves Guillemot menegaskan bahwa Ubisoft mungkin akan menarik dukungan untuk platform generasi sebelumnya ini setelah tahun 2015 mendatang. Ada dua alasan utama yang mendasari keputusan ini, bahwa mereka tidak lagi mampu membagi kekuatan dan mengembangkan game untuk platform tersebut dan fakta bahwa secara mengejutkan, Playstation 4 dan Xbox One laris manis di pasaran, yang membuatnya tampil sebagai pasar yang lebih potensial. Sayangnya, Guillemot tidak menjelaskan apakah ini berarti AC Rogue akan menjadi seri AC terakhir atau tidak untuk PS 3/ Xbox 360.
Namun satu hal yang bisa dipastikan dari pernyataan Ubisoft ini, bahwa mereka berkomitmen secara penuh untuk mendukung Playstation 4, Xbox One, dan PC dalam waktu yang cukup singkat. Jadi untuk Anda gamer yang masih belum beralih, terutama Anda yang menggemari seri Assassin’s Creed, batas waktu Anda adalah tahun depan. Keep saving the money!
↧
Developer Flappy Bird Umumkan Game Baru – Swing Copters
Hampir mustahil untuk menerka secara pasti apa yang menjadi selera industri game saat ini, terutama jika Anda bermain di pasar indie tanpa dukungan publisher raksasa sama sekali. Di saat tren game AAA masih terus diminati, gamer kini juga terlihat lebih terbuka untuk menerima beragam ide gila yang belum pernah dijajal sebelumnya. Tidak hanya Goat Simulator yang berhasil meledak di pasaran, game mobile sederhana – Flappy Bird juga menjadi fenomena tersendiri terlepas dari nilai jual yang memang lebih mengakar pada gameplay dan tingkat kesulitan yang ditawarkan. Setelah sempat menarik gamenya dari peredaran, developer Flappy Bird – Dong Nguyen dari Vietnam siap untuk memperkenalkan game teranyarnya – Swing Copters.
Kembali dirilis untuk perangkat mobile, Swing Copters kini akan meminta Anda berperan sebagai sebuah helikopter kecil. Mirip dengan Flappy Bird, misi utamanya juga bergerak melewati area sempit dengan ekstra dinding di kedua sisi. Namun berbeda dengan game sebelumnya yang meminta Anda untuk bergerak secara horizontal, Swing Copters meminta Anda untuk bergerak secara vertikal ke atas. Ekstra tantangan berupa dua buah pendulum raksasa juga disertakan di jarak antara setiap gerbang ini. Inti permainan tetap sama, meminta Anda untuk mencapai skor tertinggi mungkin dan bersaing dengan teman yang lain. Tingkat kesulitan tinggi tanpa celah untuk melakukan kesalahan masih menjadi daya tarik utama.
Dong Nguyen sendiri rencananya akan meriis Swing Copters pada 21 Agustus 2014 mendatang secara cuma-cuma. Bedanya? Ia kini juga menyertakan opsi berbayar – USD 0.99 untuk Anda yang ingin bermain tanpa gangguan iklan, tanpa mempengaruhi sisi gameplay sama sekali. Get yourself ready to be extremely pissed!
Source: TouchArcade
↧
Sony Tak Mengerti Mengapa PS4 Laku Keras
Sejak diluncurkan sekitar 9 bulan yang lalu, penjualan PlayStation 4 memang menunjukkan angka yang sangat memuaskan. Pada ajang Gamescom 2014, Sony mengumumkan bahwa konsol penerus PS3 ini telah terjual lebih dari 10 juta unit di seluruh dunia.
Raihan 10 juta unit memang sangat luar biasa. Tak ada yang menyangka dalam waktu 9 bulan PS4 bisa menembus jumlah tersebut. Bahkan, presiden Sony Worldwide Studios, Shuhei Yoshida, tidak mengerti mengapa PS4 bisa laku keras di pasaran.
“Ini di luar imajinasi kami. Kami sangat senang. Tetapi ada kalanya aku sedikit khawatir karena kami tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi. Anda harus mengerti mengapa produk Anda laris agar bisa membuat rencana untuk masa depan,” kata Yoshida dalam wawancara dengan Eurogamer.
Yoshida menyebutkan bahwa saat ini sudah ada tim marketing yang memperlajari tentang angka penjualan positif tersebut, dan menemukan bahwa ternyata kebanyakan pemilik PS4 tidak pernah membeli PS3 atau konsol last-gen lainnya. Ia pun mengaku kebingungan untuk mengetahui dari mana datangnya ‘gamer-gamer baru’ ini.
“Saat kami melihat angka penjualan yang besar, insting kami mengatakan kami harus peduli tentang penjualan di masa depan. Apakah kami telah menggaet semua core-gamer (gamer sejati yang bermain segala jenis game)? Jika kami menjual sejumlah tersebut (semua core-gamer), tidak ada lagi konsumen untuk kami menjual produk. Itu adalah prospek yang sangat menakutkan,” tambahnya.
Karena itu, Yoshida sangat ingin mengetahui siapa saja para konsumen yang bukan termasuk core-gamer ini. “Siapa saja yang membeli PS4 dan mengapa mereka melakukannya, dan apa yang mereka lakukan dengan PS4. Maka kami bisa membuat masa depan yang lebih cerah dibanding harus berkata, wow, kami telah menjual (PS4) ke semua core-gamer,” pungkas Yoshida.
Intinya, Yoshida cukup khawatir masa depan PS4 tidak secerah di bulan-bulan awal peluncurannya jika tidak bisa mengerti apa yang membuat konsol tersebut begitu laris, bahkan di kalangan konsumen yang tidak pernah membeli konsol generasi sebelumnya. Meski begitu, Yoshida menjelaskan bahwa saat ini Sony tengah sibuk mengerjakan fitur-fitur baru agar bisa tetap menjaga momentum positif tersebut. Tujuannya tak lain adalah untuk menggaet lebih banyak konsumen melampaui angka yang berhasil diraih PS3.
↧
League of Legends Tak Ingin Bersaing Dengan Hadiah Besar DOTA 2
Seperti sebuah cerita klasik di film drama, yang selalu mempertemukan dua kubu yang seolah ditakdirkan sebagai rival abadi, pertempuran sengit inilah yang selalu menyelimuti dua game MOBA terbesar di dunia saat ini – League of Legends dan DOTA 2. Walaupun dari kuantitas jumlah pemain, League of Legends masih berada di atas angin berkat dominasi pasar di dataran China, DOTA 2 berhasil meningkatkan daya saing dengan meningkatkan skala scene e-Sports dengan hadiah super besar – USD 10 Juta yang fantastis. The International 4 berhasil melambungkan nama DOTA 2, bahkan membuat event ini disiarkan oleh stasiun khusus olahraga ternama dunia. Apakah League of Legends akan mampu bersaing dengan angka ini? Ternyata, ini tidak menjadi target utama.
Berbicara dengan situs gaming Polygon, Riot Games menegaskan bahwa League of Legends sama sekali tidak tertarik untuk mengejar dan bersaing dengan hadiah USD 10 juta yang dilemparkan DOTA 2. Mereka tetap akan menyelenggarakan event tahunan dengan hadiah “hanya” USD 2 juta seperti tahun-tahun sebelumnya. Walaupun demikian, mereka punya strategi lain untuk memperkuat scene e-Sports LoL itu sendiri. Menurut Jason Yeh dari Riot, mereka akan menginvestasikan lebih banyak uang untuk membangun infrastruktur jangka panjang agar LoL dapat terus bertahan. Alih-alih sekedar menawarkan total hadiah yang fantastis dalam satu turnamen tahunan, mereka ingin menciptakan turnamen skala besar mingguan, ala pertandingan olahraga fisik.
Di kesempatan yang sama, Yeh juga menyebut bahwa mereka tidak tertarik untuk menggunakan metode pengumpulan hadiah sama seperti DOTA 2 yang mengandalkan uang dari komunitasnya sendiri, lewat strategi penjualan item. Yeh menyebut bahwa strategi ini bisa menghasilkan masalah jangka panjang, dan berpotensi untuk menyebabkan perusahaan berakhir dengan total uang yang lebih sedikit daripada tahun lalu. Sebuah skenario mimpi buruk yang sebisa mungkin dihindari oleh LoL.
Apakah strategi League of Legends seperti ini akan mampu “membendung” popularitas yang berhasil dicapai Valve dengan hadiah super besar DOTA 2? Kita tunggu saja hasil akhirnya.
↧
↧
Ubisoft: Tidak Ada Lagi Game Dewasa untuk Nintendo!
Pertama kali diperkenalkan kepada publik, terlepas dari pilihan nama yang memang harus diakui aneh, Nintendo terlihat berusaha mengubah “identitas” dirinya untuk mendapatkan pasar yang lebih luas. Lewat Nintendo Wii U, mereka berambisi untuk menjadikan konsol ini sebagai rumah yang nyaman untuk game-game dari developer pihak ketiga yang tentu saja, menawarkan konten yang lebih serius dengan pesona yang berbeda dengan franchise eksklusif mereka. Namun sayangnya, hal ini tidak didukung dengan spesifikasi yang memadai. Hanya sedikit lebih kuat di atas PS 3 dan Xbox 360, Wii U perlahan namun pasti, mulai kehilangan dukungan dari publisher besar. EA dan Epic bahkan secara terbuka menyebut bahwa konsol ini tidak akan mampu menjalankan engine teranyar mereka. Persepsi ini juga tidak semakin membaik.
Dalam wawancaranya dengan situs gaming GameInformer, CEO Ubisoft – Yves Guillemot menegaskan bawha Watch Dogs akan menjadi game bertema dewasa terakhir yang akan dirilis Ubisoft untuk Nintendo Wii U. Mereka tidak lagi berambisi untuk menjadikan Wii U sebagai pasar potensial untuk game-game serius seperti ini. Apalagi, bukti ini semakin kuat berdasarkan data penjualan seri Assassin’s Creed di Wii U yang begitu lemah. Gamer Nintendo terlihat sangat tidak tertarik dengan konsep game seperti ini. Sementara di sisi lain, game-game Ubisoft yang menyenangkan seperti Just Dance justru laku keras. Karena hal inilah, Ubisoft ingin berfokus untuk merilis varian game yang memang disenangi oleh gamer Nintendo itu sendiri.
Dengan semakin hilangnya dukungan game-game third party bertema serius, terlepas dari usaha keras Nintendo untuk menjadikan Wii U sebagai konsol yang lebih terbuka, ia harus diakui kembali pada jati diri utamanya – sebuah platform gaming untuk keluarga. Sebagian besar gamer yang membeli Wii U saat ini memang lebih menantikan kehadiran game-game eksklusif Nintendo dan bukannya proyek third party. Honestly, no one buy Wii U to play Assassin’s Creed..
↧
Sony Berharap Rise of the Tomb Raider Bisa Singgah di PS4
Reaksi keras dan frontal menjadi satu-satunya cara sebagian besar gamer untuk menyuarakan rasa keberatan mereka terhadap salah satu kejutan terbesar di ajang Gamescom 2014. Benar sekali, pembicaraan mengenai deal eksklusif sementara antara Microsoft dan Square Enix terkait sekuel dari seri reboot Tomb Raider – Rise of the Tomb Raider memang masih menjadi topik yang terus hangat dibicarakan. Gamer PC dan Playstation yang sudah menikmati seri pertamanya tentu saja merasa terkhianati. Parahnya lagi? Keputusan ini diambil setelah Square Enix secara konsisten mengeluhkan angka penjualan Tomb Raider yang dianggap tidak memenuhi target. Ternyata bukan hanya gamer yang terkejut, sang kompetitor utama Microsoft – Sony juga merasakan hal yang sama.
Dalam wawancaranya dengan Eurogamer di ajang Gamescom 2014, boss besar Sony – Shuhei Yoshida mengaku terkejut dengan pengumuman hak eksklusif sementara Rise of the Tomb Raider untuk Xbox One. Yoshida menegaskan bahwa mereka tidak pernah mengantisipasi bahwa hal ini akan terjadi dan mereka tidak punya informasi apapun soal deal ini. Yoshida juga mengaku Sony sangat memerhatikan reaksi gamer yang sebaigan memang terlihat marah dan emosional menanggapi pengumuman ini. Yoshida sekarang hanya bisa berharap bahwa Rise of the Tomb Raider akan tiba di Playstation 4. Namun keputusan tersebut sekarang sepenuhnya berada di tangan Square Enix dan Microsoft.
Microsoft memang sudah menyatakan bahwa Rise of the Tomb Raider akan menjadi sebuah game eksklusif yang bersifat sementara. Namun mereka masih menolak memberikan kepastian berapa lama jangka waktu yang menjadi perjanjian utama, sebelum game ini bisa di tiba di Playstation dan PC, tentunya. 6 bulan? 1 tahun? Yang ada kini hanya tinggal spekulasi.
↧
Codemasters Akan Umumkan Dirt 4 Dalam Waktu Dekat?
Nama developer Codemasters memang pantas diasosiasikan dengan frachise game-game racing terbaik di dunia saat ini. Setelah merilis Grid Autosport yang diposisikan sebagai sebuah penebusan atas kualitas Grid 2 yang ternyata lebih banyak mengundang kekecewan, banyak gamer yang tentu penasaran proyek apa lagi yang tengah dikerjakan developer asal Inggris ini. Rumor memang sempat menyebar, meyakini kembalinya salah satu franchise off-road andalan mereka – Dirt dengan seri teranyar. Jika Anda termasuk salah satu gamer yang mengharapkan hal tersebut, ini akan menjadi berita yang cukup membahagiakan.
Codemasters memang belum memberikan konfirmasi terbuka apapun terkait eksistensi Dirt 4, namun teaser terbaru yang mereka rilis mengindikasikan kuat eksistensi seri teranyar tersebut. Lewat akun Twitter resmi Dirt, mereka hanya menuliskan angka “4” dan melemparkannya ke ruang publik. Tidak sampai satu detik, sebuah Tweet lain menyusul menuliskan “Oops maaf, jari terpeleset”, tanpa tindak lanjut untuk menghapus Tweet sebelumnya. Dengan bukti yang kuat seperti ini, kemungkinan besar kita akan melihat pengumuman Dirt 4 dalam waktu dekat. Kapan? Belum ada yang bisa dipastikan hingga saat ini.
Dirt 3 sendiri dirilis pada tahun 2011 silam, dengan respon dari gamer yang cukup positif. Tidak mengherankan jika antisipasi terhadap seri Dirt 4 ini sendiri memang cukup kuat. Please, make it for new-gen platform, Codemasters.. Do not hold yourself..
↧
MGS V: Phantom Pain Unjuk Mode Multiplayer
Ada begitu banyak alasan mengapa Metal Gear Solid V: Phantom Pain tampil sebagai salah satu game yang paling diantisipasi di tahun 2015 mendatang. Ambisi Kojima untuk menciptakan sebuah Metal Gear Solid yang berbeda memang dibuktikan lewat serangkaian trailer demo yang diperlihatkan. Tidak hanya kualitas visualisasi yang lebih sempurna berkat implementasi Fox Engine dan konsep open world yang kini menjadi nilai jual utama, tetapi juga beragam inovasi yang ia sisipkan di sisi gameplay. Salah satu yang menarik adalah implementasi Mother Base yang kini kian disempurnakan. Tidak hanya sekedar sebagai bagian dari mode single player, Kojima juga mengumumkannya sebagai bagian terpenting untuk sisi multiplayer yang juga akan disuntikkan.
Dalam demo di ajang Gamescom 2014, Kojima memberikan sedikit intipan bagaimana sistem ini akan bekerja. Di mode single player, Mother Base yang menjadi “rumah” bagi Diamond Dogs, memberikan supply beragam senjata dan item yang dibutuhkan Snake. Tidak hanya itu saja, Snake juga bisa mengirimkan beragam resource yang ia temukan di sepanjang perjalanan untuk membuka lebih banyak ruang di Mother Base, yang kemungkinan berujung pada variasi item yang lebih beragam untuk dikirimkan kepada Snake. Demo terbaru memperlihatkan bahwa ini bukanlah satu-satunya fungsi Mother Base di Phantom Pain. Ia akan menjadi medan pertempuran untuk mode multiplayer online Phantom Pain.
Benar sekali, gamer ternyata diberi kesempatan untuk melakukan invasi ke Mother Base milik player yang lain. Tujuannya? Untuk mencuri resource yang setengah mati dikumpulkan oleh player lain secara diam-diam, dan mengembangkan markas kita sendiri. Mereka yang menginvasi tentu saja harus berhadapan dengan luas Mother Base, persenjataan yang disematkan, dan jumlah tentara yang berhasil dikumpulkan oleh player lain. Invasi ini sendiri akan berakhir begitu dua orang player yang masih menggunakan wajah dan tubuh Snake ini, saling menemukan satu sama lain. Kojima sendiri belum membicarakan lebih detail soal fitur ekstra dan limitasi yang akan disuntikkan ke dalam mode multiplayer ini.
MGS V: Phantom Pain sendiri rencananya akan dirilis untuk Playstation 3, Playstation 4, Xbox 360, Xbox One, dan tentu saja – PC pada tahun 2015 mendatang. Invade all the Mother Base!!
↧
↧
COD: Advanced Warfare Tidak Untuk Wii U
Dari beberapa trailer dan screenshot yang telah dirilis, Call of Duty: Advanced Warfare memang tampil cukup menawan. Banyak gamer yang berharap seri Call of Duty kali ini akan memberikan nuansa yang berbeda.
Pihak developer pun telah memberi pengumuman bahwa COD: Advanced Warfare akan hadir di PC dan konsol. Sayangnya, Nintendo Wii U dipastikan tidak masuk dalam daftar. Hal ini disampaikan langsung oleh Michael Condrey selaku co-founder dari Sledgehammer Games.
“Kami tidak mengembangkan versi Wii U. Itu adalah keputusan bisnis yang dibuat oleh Activision untuk fokus pada Xbox One, PS4, dan PC. Studio yang lain (High Moon Studios) mengerjakan versi PS3 dan Xbox 360. Wii U tak ada dalam rencana bisnis,” ujar Condrey.
Hal senada juga diucapkan oleh salah satu bos Activision, Eric Hirshberg. “Kami ingin memastikan bahwa kami menghadirkan game untuk platform dimana penggemar game kami berada. Nintendo adalah partner yang hebat. Mereka akan selalu menjadi partner hebat dan kami akan terus mendukung mereka dengan karya yang masuk akal,” katanya.
Mungkin inilah keputusan terbaik yang bisa diambil jika alasannya terkait bisnis. Perlu diketahui bahwa bos Ubisoft, Yves Guillemot, juga berpendapat bahwa menghadirkan game di Wii U itu berbeda dengan konsol lain.
“Apa yang kami lihat adalah konsumen Nintendo tidak membeli Assassin’s Creed. Tahun lalu, yang terjual sangat sedikit. Mereka (gamer Wii U) sangat tertarik dengan Just Dance, dan game lainnya. Jadi, apa yang akan kami lakukan adalah lebih fokus pada game yang disukai oleh mereka.”
↧
Sony Masih Belum Menyerah Soal PS Move
Terjebak pada keinginan untuk mengimplementasikan konsep berhasil sama yang dilakukan oleh Nintendo dengan Wii, Sony memang sempat menawarkan sebuah peripheral sensor gerak bernama PS Move. Dengan bentuk dua buah tongkat dengan bola bersinar di atasnya, PS Move juga diposisikan sebagai senjata utama melawan perangkat sensor gerak mutakhir milik Microsoft – Kinect. Terlepas dari rasa penasaran yang sempat muncul di awal pengumumannya, tidak perlu menunggu lama hingga produk ini gagal di pasaran. Dukungan game yang minim dan tidak menarik menjadi salah satu blunder terbesar PS Move. Walaupun demikian, Sony mengaku masih belum menyerah.
Terlepas dari fakta bahwa kontroler berbasis sensor gerak terhitung tidak lagi diminati oleh gamer saat ini, boss besar Sony – Shuhei Yoshida masih menaruh harapan yang besar untuk PS Move. Ia meyakini bahwa peripheral ini akan lahir kembali sebagai sesuatu yang esensial begitu headset VR Sony – Project Morpheus meluncur ke pasaran. Headset ini disebut akan lebih nyaman dinikmati dengan sebuah kontroler yang mampu membaca gerak tiga dimensi, sesuatu yang ditawarkan PS Move sejak awal kelahirannya.
Tidak hanya itu saja, Yoshida juga menyebutkan bahwa kegagalan yang terjadi bukan karena PS Move itu sendiri. Ia tetap hadir sebagai kontroler gerak yang presisi, hanya saja, konsep seperti ini dianggap terlalu “futuristik” untuk game-game yang saat ini masih mengandalkan layar dua dimensi. Tidak ada keuntungan yang bisa diraih gamer dengan menggunakan PS Move dengan formula seperti ini.
Sony sendiri masih belum bias memberikan tanggal rilis dan harga yang pasti untuk Project Morpheus, terlepas dari antisipasi yang semakin besar dari bulan ke bulan. Tapi mampukah Morpheus menghembuskan napas baru untuk PS Move? Kita tunggu saja.
↧
Ubisoft Tertarik dengan Sistem Langganan ala EA Access?
Sebagian besar publisher game saat ini memang tengah mengeksplorasi beragam inovasi untuk memastikan bisnis mereka berjalan dengan lancar, tentu saja di luar cara konvensional dengan hanya sekedar mati-matian mempromosikan game digital dan fisik mereka. EA boleh terbilang sebagai salah satu perusahaan yang saat ini terus berjuang untuk melemparkan beberapa cara baru untuk mempopulerkan game mereka. Dari membaginya secara cuma-cuma lewat program “On the House” hingga sistem gratis dengan limitasi waktu “Game Time”. Namun yang paling menarik tentu saja lahir dalam bentuk “EA Access” – yang memungkinkan Anda untuk menikmati beberapa game andalan EA dengan membayar biaya bulanan dalam jumlah tertentu. Konsep yang mulai menarik mati publisher lain – Ubisoft.
Dalam waancaranya dengan situs gaming GameInformer, CEO Ubisoft – Yves Guillemot mengaku bahwa Ubisoft saat ini tengah memperhatikan dengan seksama program EA Access yang tengah dijalankan EA di Xbox One. Ubisoft mengakui bahwa sistem seperti ini akan membantu gamer menemukan lebih banyak gamer keren dari publisher yang sama, memberikan ekstra infomrasi yang lebih positif.
Guillemot senang dengan konsep EA Access yang diproyeksikan layaknya sebuah saluran televisi, dimana beragam konten ditawarkan di satu jalur yang asma. Walaupun demikian, mereka sendiri masih hendak melihat kinerja EA Access sendiri, sebelum memutusukan untuk ikut bergabung di format yang sama atau tidak.
Sebagai sebuah program yang inovatif, EA Access memang terdengar sebagai sebuah konsep yang lebih berpihak kepada gamer, selama publisher tidak menjadikannya sekedar “gudang” untuk mengeksploitasi franchise game yang sudah lawas. Setidaknya alternatif untuk mencicipi game original dengan lebih murah.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda termasuk gamer yang akan tertarik jika Ubisoft mengadopsi gaya yang sama?
↧