Warning: Video di atas NFSW!
Proses HD Remaster sebuah game dari konsol generasi sebelumnya menuju platform generasi terbaru memang bukan pemandangan baru lagi di industri game. Tidak perlu lagi sibuk memikirkan inti mekanik gameplay dan cerita, developer “hanya” perlu mempercantik produk mereka dari sisi visual. Beberapa bahkan cukup gila untuk mengimplementasikan engine teranyar mereka untuk mencapai kualitas dan nilai jual produk yang lebih menggoda, seperti yang dilakukan 4A Games di Metro 2033 Redux beberapa bulan yang lalu. Namun ada satu game fighting lain yang berusaha mencapai pesona serupa. Benar sekali, kita tengah membicarakan Dead or Alive 5: Last Round. Tidak hanya sekedar merilis ulang game fighting mereka dengan lebih banyak kostum dan beberapa karakter baru ke Playstation 4, Xbox One, dan PC, Koei Tecmo dan Team Ninja juga akan menyuntikkan Dead or Alive 5: Last Round dengan engine baru – Soft Engine. Sesuai namanya, engine ini sendiri diklaim mampu merepresentasikan kehalusan kulit manusia yang lebih realistis. Seperti apa bedanya? Anda bisa melihatnya sendiri lewat sebuah video komparasi yang dirilis oleh Playstation Jepang. Konten yang cukup sensual ini dirilis untuk membandingkan DOA 5 dengan dan tanpa Soft Engine. Seperti yang bisa diprediksi, Soft Engine hanya diimplementasikan untuk platform generasi terbaru. Dead or Alive 5: Last Round sendiri rencananya akan dirilis pada 17 Februari 2015 ini untuk Playstation 4, Playstation 3, Xbox 360, dan Xbox One. Sementara versi PC-nya baru akan dirilis pada 30 Maret 2015 mendatang. And they beg for no nude mods.. yeah, right..↧
Dead or Alive 5: Last Round Unjuk Pesona Soft Engine
↧
Rise of the Tomb Raider Rilis Segudang Screenshot Terbaru!
Entah berapa banyak gamer yang harus menelan pil pahit setelah Crystal Dynamics dan Square Enix memutuskan untuk membawa seri sekuel Tomb Raider Reboot untuk hanya konsol Microsoft. Walaupun demikian, ini tidak menghalanginya tampil sebagai salah satu game action yang paling diantisipasi di tahun 2015 ini. Setelah sang seri pertama yang terhitung berhasil menghadirkan pengalaman yang luar biasa, ekspektasi yang cukup tinggi tentu saja mengarah pada Rise of the Tomb Raider. Beberapa detail awal gameplay yang dibagi juga memperkuat hal tersebut, apalagi klaim bahwa lingkungan kini akan memberikan ancaman yang lebih besar. Lantas, bagaimana dari sisi visual sendiri?
Square Enix sendiri memang masih belum merilis trailer gameplay sama sekali. Video teaser awal yang mereka rilis beberapa bulan yang lalu lebih berfokus pada kondisi psikologi Lara Croft setelah perjalanan perdananya yang penuh darah. Rise of the Tomb Raider memang didesain untuk menjadi cerita tumbuhnya Lara Croft sebagai karakter game ikonik yang selama ini kita kenal. Setelah sempat menjadi misteri, beberapa screenshot akhirnya dirilis untuk tidak hanya memberikan gambaran soal in-game engine yang akan diusung, tetapi juga bentuk petualangan seperti apa yang menanti Anda.
Rise of the Tomb Raider sendiri rencananya akan meluncur pada musim liburan 2015 ini, untuk Xbox One dan Xbox 360. Belum ada kejelasan kapan ia akan dirilis untuk platform lain, terlepas dari sifat eksklusivitas yang sementara. Lookin really good!
↧
↧
Final Fantasy XV Bagi Lebih Banyak Detail Demo
Hampir sebagian besar gamer penggemar JRPG tentu saja sangat menantikan bulan Maret 2015 mendatang. Bagaimana tidak? Setelah harus berkutat dengan godaan selama bertahun-tahun, kesempatan untuk menjajal Final Fantasy Versus XIII – yang kini sudah berubah nama menjadi Final Fantasy XV – akhirnya tiba. Di bawah kepemimpinan Hajime Tabata, Square Enix terus melemparkan progress yang membuat hype melonjak kembali. Kesempatan untuk mencicipi game ini akhirnya akan muncul dalam bentuk demo yang akan disertakan dalam rilis Final Fantasy Type-0 HD Remaster untuk Playstation 4 dan Xbox One. Lantas, apa yang pantas kita antisipasi dari versi demo ini?
Square Enix berbagi detail lebih banyak terkait “Episode Duscae” yang akan dijadikan sebagai arena demo Final Fantasy XV nantinya. Sesuai dengan namanya, ia akan mengambil tempat di sebuah region bernama Duscae. Demo ini menjanjikan gameplay selama beberapa jam dengan segudang rahasia yang bisa dieksplorasi, termasuk kesempatan untuk bertarung melawan Behemoth. Experience points akan didapatkan setelah pertarungan, namun baru bisa didistribusikan untuk kenaikan level ketika Noctis berada di camp. Di camp pula lah, Anda bisa mengatur equipment, memasak makanan untuk buff, dan tentu saja berbicara dengan karakter yang lain.
Kode untuk mengunduh demo Final Fantasy XV ini sendiri akan tetap valid selama periode 1 tahun, dari 20 Maret 2015 – 20 Maret 2016. Square Enix juga menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah merilis demo ini secara terpisah, di luar bundle FF Type-0 HD, sampai kapanpun juga. Berita baiknya? Baik Final Fantasy Type-0 maupun “Episode Duscae” FF XV ini akan memuat opsi bahasa Jepang dan Inggris.
Final Fantasy Type-0 HD sendiri akan meluncur pada 20 Maret 2015 mendatang untuk Playstation 4 dan Xbox One. One more month..
↧
Monster Hunter 4 Ultimate Laku Keras!
Kita seolah bisa mendengar tangis keras Sony di belahan dunia yang lain setiap kali membicarakan franchise raksasa milik Capcom – Monster Hunter. Bagaimana tidak? Keluar dari tangan Sony dan tiba di Nintendo, popularitas Monster Hunter sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda akan menurun. Justru berkebalikan, setiap seri yang meluncur selalu berakhir menjadi keuntungan masif bagi kedua belah pihak. Tidak percaya? Anda bisa melihat bagaimana fenomena gamer Nintendo 3DS saat ini, bahkan di Indonesia sekalipun. Semua mata mereka tengah tertuju pada satu nama yang menggoda – Monster Hunter 4 Ultimate.
Hype yang terlihat begitu jelas ini bukanlah sekedar omong kosong belaka. Hanya dalam waktu singkat, Capcom berhasil mendulang “emas” lewat judul yang satu ini. Sempat menorehkan angka penjualan lebih dari 3 juta kopi hanya untuk pasar Jepang saja, Capcom juga mengumumkan bahwa angka yang sama kini sudah didistribusikan di seluruh dunia hanya dalam waktu beberapa hari saja. Angka 3 juta kopi untuk pasar non-region Jepang ini sendiri diambil dari versi retail, download card, dan digital. Dengan penambahan angka ini, Capcom sudah menjual total lebih dari 6 juta kopi Monster Hunter 4 Ultimate.
Menggabungkan elemen RPG dan tantangan menarik untuk menundukkan setiap monster yang unik, Monster Hunter 4 Ultimate memang siap menyita waktu Anda karena konsep gameplay yang adiktif. Bagaimana dengan Anda sendiri yang juga memiliki Nintendo 3DS? Apakah Anda juga jatuh hati dengan game yang satu ini?
↧
Sony Resmi Batalkan The Last Guardian?
Masih ingat game The Last Guardian? Ya, belakangan ini game tersebut seolah menghilang begitu saja setelah sempat diumumkan beberapa tahun yang lalu. Tidak ada kabar terbaru soal pengembangannya. Padahal, ketika pertama kali muncul ke publik, The Last Guardian tampil cukup menjanjikan.
Sayangnya, bagi Anda yang mungkin masih setia menantikan game ini harus kembali gigit jari. Pasalnya, menurut United State Patent and Trademark Office, Sony Computer Entertainment America dilaporkan telah menelantarkan merek dagang dari The Last Guardian!
Hal itu disebabkan karena tidak ada pernyataan penggunaan merek dagang tersebut ataupun permintaan untuk perpanjangan statusnya dari pihak Sony. Hasilnya, merek dagang dari game garapan Team ICO itu akhirnya dicap ‘terlantar’.
Mungkinkah ini menandakan proyek The Last Guardian batal? Bisa jadi. Jika melihat ke belakang, sudah cukup lama game tersebut statusnya tidak jelas. Kabar terakhir terungkap pada Desember tahun lalu dimana sang director, Fumito Ueda, mengatakan bahwa The Last Guardian akan dilanjutkan menjadi sebuah proyek yang benar-benar baru.
Ada kemungkinan penjelasan dari Ueda mengacu pada kabar yang menyebutkan soal The Last Guardian yang dipindahkan ke PS4. Seperti diketahui, The Last Guardian pertama kali diperkenalkan secara resmi pada tahun 2009 lalu untuk PS3. Sejak saat itu, tak ada info soal pengembangan yang berarti yang bisa dibagikan kepada para gamer. Mati atau sekedar mengganti nama baru? Semoga saja pilihan Sony jatuh pada kemungkinan kedua.
↧
↧
Preview The Order 1886: Visual Menakjubkan!
Skeptis, ini mungkin perasaan kami ketika pertama kali melihat The Order 1886 untuk pertama kalinya di serangkaian screenshot dan trailer gameplay beberapa waktu yang lalu. Bagaimana tidak? Terlepas dari gembar-gembor klaim dari sang developer – Ready at Dawn dan Sony bahwa ia akan tampil sebagai game third person shooter yang berbeda, The Order 1886 justru kian menguatkan citra sebagai game action mainstream dengan formula yang sudah ditawarkan oleh begitu banyak franchise sebelumnya, tanpa daya tarik yang kuat selain sisi visualnya yang memesona. Ditambah dengan kepastian berjalan di 30 fps dan bar hitam di dua sisi atas-bawah, kami bahkan sempat mengkategorikannya sebagai salah satu produk game yang mungkin mengecewakan. Namun seperti ditampar, The Order 1886 hadir dengan kesan pertama yang menggoda!
Kesan Pertama
Seberapa menakjubkannya kesan pertama yang ia tawarkan? Secara visual, The Order 1886 pantas disebut sebagai game Playstation 4 dengan visual terbaik saat ini. Ready at Dawn boleh dibilang begitu jenius meramu teknik visualisasi yang ada, lewat beragam efek motion blur dan grain untuk menghasilkan efek sinematik yang memanjakan mata. Dipadukan dengan ligthing yang tidak kalah memesona, klaim bahwa mereka akan menghadirkan sebuah game third person yang berfokus pada sisi sinematik memang sudah terbukti sejak awal Anda memainkannya. Bagian terbaiknya? Ini menjadi game perdana dimana kami pribadi, justru mendukung pilihan desain 30fps dengan ekstra bar hitamnya. Tidak seperti Evil Within, kedua pilihan ini memang berkontribusi pada pengalaman yang Anda dapatkan. Sementara dari sisi gameplay, Anda akan bertemu dengan tipikal game third person shooter yang Anda kenal selama ini. Berlindung, menembak, mencari posisi yang tepat, bukan perkara yang sulit untuk menundukkan setiap ancaman yang ada, apalagi dengan rangkaian senjata keren yang menemani. The Order 1886 adalah proyek yang menjadikan cerita sebagai salah satu nilai jual utama, dengan segudang cut-scene interaktif. Jika bisa disimpulkan, ia seperti perpaduan Gears of War, Heavy Rain, dan Metal Gear Solid di dalam satu ruang yang sama. Sayangnya, seperti rumor yang sempat menyebar di dunia maya beberapa hari terakhir, ia memang tidak memuat waktu gameplay yang panjang. Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, izinkan kami menyediakan segudang screenshot di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran soal kualitas visual seperti apa yang diusung oleh The Order 1886. Tidak ada satupun konten di gambar ini yang berasal dari CGI, dan semuanya diambil dari in-game dimana Anda mengontrol sang karakter utama sendiri. Ini juga menjadi proyek review pertama kami, dimana kami merasa bahwa sekedar gambar atau video Youtube yang ada tidak akan cukup untuk merepresentasikan sensasi visual The Order 1886 sendiri. Akan lebih disarankan untuk melihat dengan mata kepala Anda sendiri jika dimungkinkan.PS: Klik Gambar untuk Memperbesar
↧
Darksiders 2: Definitive Edition Menuju PS4
Proyek dengan konsep Definitive Edition benar-benar sedang diminati para developer belakangan ini. Berbagai judul ternama yang sempat populer di masa jayanya kembali dihadirkan dalam versi baru di konsol new-gen yang tentunya menawarkan visual lebih baik.
Satu lagi judul akan dirilis dengan konsep serupa. Nordic Games memberi konfirmasi bahwa Darksiders 2: Definitive Edition akan dirilis untuk konsol PlayStation 4! Ada kemungkinan versi Xbox One juga tengah disiapkan meski belum ada konfirmasi.
Sebelum GameSpot mendapat konfirmasi dari Nordic Games, kabar soal Darksiders 2: Definitive Edition muncul setelah Amazon memajang game tersebut dengan banderol USD 40. Hanya berselang beberapa jam, Amazon langsung menariknya kembali.
Sayangnya, meski telah memberi konfirmasi, Nordic Games belum bisa memberi bocoran lebih lanjut tentang seperti apa Darksiders 2: Definitive Edition nantinya. Namun jika mengacu pada beberapa game dengan konsep yang sama, gamer bisa berharap pada visual yang lebih baik, fitur-fitur dan konten tambahan, serta kelengkapan DLC.
Seperti diketahui Darksiders 2 pertama kali rilis pada Agustus 2012 lalu dimana saat itu, penerbitnya adalah THQ. Ketika THQ dinyatakan bangkrut, Nordic Games berhasil membeli game tersebut bersama dengan judul-judul lainnya seperti Red Faction, MX vs ATV, Destroy all Humans!, Summoner, dan Supreme Commander. Bagaimana menurut Anda? Berminat memainkan kembali Darksiders 2 dalam versi Definitive Edition?
↧
Jepang Buka Sekolah untuk Belajar Gaming Professional!
Jika Anda bertanya pada semua orang dewasa 20-30 tahun yang lalu, tidak akan ada satupun orang yang akan percaya bahwa “bermain” ternyata bisa dijadikan sebagai sebuah karir menjanjikan yang mampu menghasilkan uang. Namun kemajuan teknologi membawa sebuah kesempatan yang berbeda, apalagi di tengah popularitas video game sebagai urat nadi utama industri hiburan saat ini. e-Sports – sang cabang olahraga elektronik yang mempertemukan tim-tim terbaik di seluruh dunia kini jadi ajang bergengsi. Hadiah jutaan USD menanti dengan peluang yang terus meluas. Dan seperti biasa, Jepang adalah salah satu negara yang siap untuk mengeksploitasi peluang tersebut.
Tidak main-main, salah satu sekolah di Jepang – Tokyo School of Anime bahkan cukup serius untuk membuka kurikulum khusus dengan satu fokus – e-Sports.
Prioritasnya tidak sekedar berusaha membuat Anda lebih familiar dengan scene yang tengah naik daun ini, tetapi juga mempelajari metode bisnis dan promosi yang ada, bagaimana caranya menjadi seorang komentator, hingga memahami pekerjaan-pekerjaan yang berada di belakang panggung utamanya sendiri. Sebuah kurikulum penuh. Di kelas gaming, misalnya, gamer benar-benar akan diajarkan metode efektif untuk melakukan lima click mouse / detik atau memutar mouse 180 derajat dengan efektif. Tidak hanya MOBA, hampir semua genre kompetitif mendapatkan porsi perhatian tersendiri. Seperti halnya sekolah biasa, Anda tentu saja harus membayar sejumlah uang.
Apakah metode seperti ini cukup untuk menghasilkan atlit-atlit e-Sports berkualitas? Dengan program yang masih baru, langkah yang ditempuh oleh Tokyo School of Anime ini memang masih belum memberikan hasil nyata apapun. Bagaimana dengan Anda sendiri? Tertarik untuk mengikuti sekolah yang serupa jika tersedia di Indonesia?
Source: Kotaku
↧
Square Enix Ingin Hidupkan Lagi Fear Effect
Layaknya sebuah bisnis, publisher tentu saja hanya akan memilih game-game yang menurut mereka berpotensi menguntungkan untuk terus dikembangkan. Tidak mengherankan jika mereka cenderung mengeksploitasi hanya franchise-franchise tertentu saja, secara terus-menerus, apalagi yang mereka anggap masih terhitung populer. Hasilnya? Franchise lawas seringkali berakhir diabaikan, terlepas dari permintaan gamer untuk dihidupkan kembali. Berangkat dari fakta inilah, Square Enix punya alternatif cara untuk mencapai keseimbangan antara kedua kondisi ini. Mereka hendak beralih ke developer-developer indie.
Seperti yang kita tahu, Square Enix kini menjadi pemilik game-game racikan Eidos di masa lalu, tidak hanya Thief dan Hitman. Game-game fenomenal lawas Eidos seperti Gex, Fear Effect, dan Anachronox akhirnya punya kesempatan untuk kembali lagi ke industri game di masa depan. Lewat program Square Enix Collective, publisher asal Jepang ini siap untuk membuka peluang bagi developer indie untuk “menghidupkan” kembali franchise ini lewat program crowd-funding. Mereka diperkenankan untuk melemparkan ide-ide segar menggunakan ketiga game lawas ini. Square Enix juga berjanji untuk melakukan hal yang sama untuk lebih banyak game klasik mereka.
Sebuah ide yang tentu saja, pantas didukung. Kesempatan untuk menikmati kembali Fear Effect – salah satu game klasik yang super kontroversial? Bring it on! Bagaimana dengan Anda sendiri? Game klasik apa yang ingin Anda lihat hidup kembali di masa depan?
↧
↧
Sony Pastikan The Last Guardian Tidak Batal!
Sebagian dari Anda mungkin sempat kecewa dengan rumor yang menyebutkan bahwa Sony kemungkinan membatalkan proyek The Last Guardian. Bagaimana tidak, belum lama ini merek dagang The Last Guardian dilaporkan terlantar begitu saja.
Menurut dokumentasi dari United States Patent and Trademark Office, sebuah pemberitahuan telah dikirim ke pihak Sony pada Juli tahun lalu, dimana isinya adalah tentang kewajiban memperpanjang status merek dagang dari The Last Guardian.
Sejak beberapa tahun sebelumnya, Sony selalu melakukan perpanjangan. Namun pada surat pemberitahuan terakhir, tidak ada tanggapan dari perusahaan asal Jepang tersebut. Wajar jika akhirnya banyak yang beropini The Last Guardian batal dirilis.
Kabar baiknya, Sony langsung menanggapi rumor yang beredar dan memastikan bahwa The Last Guardian masih dalam proses pengembangan! Konfirmasi tersebut disampaikan langsung oleh Sony kepada website GameSpot.
Sayang, tak ada informasi lainnya terkait sudah sejauh mana pengembangan The Last Guardian. Bocoran terakhir tentang game tersebut adalah soal perpindahannya ke konsol new-gen, PlayStation 4.
Seperti diketahui, The Last Guardian pertama kali diperkenalkan pada tahun 2009 lalu untuk PlayStation 3. Sejak saat itu, kabar soal pengembangannya terbilang minim dan statusnya menjadi tidak jelas. Walaupun saat ini pun semuanya masih menjadi misteri, setidaknya konfirmasi dari pihak Sony bisa menimbulkan kembali harapan dari para gamer yang telah lama menantikan The Last Guardian.
↧
Lagi Lagi, Rilis Project CARS Ditunda!
Bagi para penggemar genre racing di seluruh dunia, tidak ada judul game yang lebih menggoda di tahun 2015 ini selain proyek racikan Slightly Mad Studios – Project CARS. Bagaimana tidak? Sejak pertama kali ia diperkenalkan, Project CARS seolah didesain untuk memenuhi semua mimpi gamer genre racing, terutama dari kualitas visualisasinya yang mumpuni. Detail mobil, interior, track, hingga efek cuaca yang dramatis seolah menjanjikan pengalaman berkendara yang luar biasa dan imersif. Namun sayangnya, terlepas dari antisipasi yang begitu kuat, Project CARS tidak kunjung dirilis. Game ini justru terus mengalami penundaan.
Setelah sempat ditunda beberapa kali, Bandai Namco – sang publisher yang bertanggung jawab atas distribusi game ini secara global kembali hadir dengan berita buruk yang sama. Benar sekali, Project CARS dipastikan akan ditunda kembali rilisnya!
Sempat direncanakan akan dirilis Maret 2015 mendatang, Bandai Namco meminta ekstra waktu untuk penyesuaian akhir game ini, walaupun tidak dijelaskan secara mendetail. Slightly Mad Studios sendiri mengaku bahwa keputusan untuk menggeser tanggal rilis seperti ini tidak pernah mudah. Ia mengerti rasa frustrasi gamer, namun ia merasa bahwa ekstra waktu ini begitu esensial untuk memastikan pengalaman bermain yang lebih sempurna.
Project CARS kini akan dirilis pada 7 April 2015 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC. Here comes the waiting game, again..
↧
PlayTest: Gaming Dengan ASUS ROG G20
Hanya dengan sekali melihat saja, ASUS ROG G20 sudah langsung menarik perhatian gamer berkat bentuknya yang begitu mencolok, terutama karena bentuk casingnya. bahkan, sepintas lalu gamer bisa salah mengira PC Gaming ini sebagai console nextgen baru seperti PlayStation4 dan XBOX One. Namun, bandrol harganya yang cukup tinggi, yaitu sekitar 18 jutaan tidak diragukan lagi mampu menggoyahkan gamer yang ingin membelinya. Apakah PC ini mampu mengimbangi harganya dalam aspek kinerja, bukan hanya tampilan mentereng saja?
Untuk meringankan kebimbangan Anda, kami mencoba memainkan beberapa game populer terbaru pada ASUS ROG G20. Melalui PlayTest ini, Anda bisa memutuskan sendiri apakah PC ini cocok dengan kebutuhan bermain dan kenyamanan yang Anda cari; tanpa memperhitungkan tampilan luarnya. Nah, sebelum kami menggelar fakta yang ditemukan ketika memainkan game di sistem ini, berikut kekuatan yang ada di balik ASUS ROG G20:
Prosesor: Intel i7 4790
Memory: 12 GB
Graphics Card: NVIDIA GTX760 2GB GDDR5
HDD: 1TB SATA3 & 64GB SSD SATA3
Game yang kami gunakan untuk melihat langsung kemampuan ASUS ROG G20 adalah Call of Duty Advanced Warfare, Far Cry 4, Assassin’s Creed Unity, DoTA2, dan GRID Autosports. Selain sebagian besarnya adalah game terbaru, Anda juga dapat menemukan beragam genre game pada PlayTest ini, yaitu First Person Shooter, Adventure Action, Open World, Strategy, dan Racing. Jadi, hampir semua genre dalam game yang membutuhkan banyak tenaga untuk dimainkan terwakili. Semua game juga dimainkan pada resolusi 1920×1080 yang notabene merupakan kondisi ideal bermain game kualitas nextgen. Tanpa membuang lebih banyak waktu, berikut pengalaman yang berhasil kami dapatkan!
Prosesor: Intel i5 2500K
Memory: 8GB
Graphics Card: NVIDIA GTX760 4GB
HDD: 55GB
Untuk memainkan game ini, kami menggunakan preset tertingginya, yaitu Extra tanpa mengubah setting lain. Ternyata ASUS ROG G20 mampu memainkannya dengan baik dan nyaman. Hal ini membuat kami ingin bereksperimen lebih jauh, yaitu memaksimalkan semua setting yang ada pada Advanced Graphics. Akibatnya sangat fatal, yaitu game hanya mampu berjalan di bawah 5 Frame per Second (Fps); sama sekali tidak bisa dimainkan.
Setelah diselidiki, ternyata opsi Supersampling pada Anti-aliasing adalah sumber malapetaka Fps tersebut. Hanya dinaikkan ke 2x saja sudah mampu menurunkan kinerja hingga tidak enak di mata. Oleh karena itu, kami sepakat untuk mematikannya dan tetap menghidupkan semua opsi di maksimal. Nah, pada titik ini kami menemukan masalah baru.
Game memang berjalan dengan lancar dan nyaman, terutama dalam pertempuran yang melibatkan banyak unit dan efek. Akan tetapi, kami menyadari sesuatu; teksturnya ternyata Low! Padahal kami sudah menggunakan pengaturan tekstur Extra. Setelah diselidiki lebih lanjut, masalah tersebut merupakan bug dalam graphics di CoD AW. Kami harus mematikan Cache Sun Shadow Maps dan Cache Spot Shadow Maps dalam opsi Shadows. Barulah semua kembali menjadi indah dan game masih mempertahankan playability yang baik, pada kisaran framerate 50-an.
Playable?: CoD AW dapat dimainkan dengan baik pada setting Extra, dengan syarat Anda mematikan beberapa opsi, seperti Supersampling yang mampu menjatuhkan framerate secara luar biasa. Anda juga perlu memperhatikan bug pada graphics yang mampu menghilangkan tekstur.
Call of Duty Advanced Warfare (CoD AW)
Game ini merupakan salah satu game action yang paling ingin dimainkan oleh gamer awal tahun 2015. Namun, pada saat bersamaan, game ini juga mimpi buruk untuk komputer yang menjalankannya. Alasan utamanya terpusat pada permintaan spesifikasi yang sangat tinggi, setidaknya untuk gamer dengan penghasilan menengah. Berikut permintaan spesifikasi Recommended dari CoD AW:↧
Rock Band Akan Hidup Lagi untuk New-Gen?
Jika ada satu genre yang harus diakui, kian dekat dengan kepunahan, maka rhythm game boleh dibilang sebagai salah satu yang gagal mempertahankan tingkat popularitasnya. Di satu atau dua generasi gaming sebelumnya, game-game seperti Guitar Hero dan Rock Band seolah menjadi proyek yang selalu dirilis, dengan ekstra peripheral yang siap untuk membuat pengalaman bermain terasa lebih imersif. Namun sayangnya, terlepas dari ratusan lagu keren yang berhasil membuat Anda merasa tampil tak ubahnya seorang rockstar, kedua proyek ini lenyap begitu saja dan dilihat tidak lagi menguntungkan. Untungya, nafas baru dihembuskan oleh platform generasi terbaru.
Menurut laporan yang dirilis oleh Bloomberg Business yang mengklaim informasinya datang dari “orang dalam” yang bisa dipercaya, Harmonix disebut-sebut akan menghidupkan kembali franchise andalannya – Rock Band untuk Playstation 4 dan Xbox One. Harmonix sendiri masih memilih tutup mulut terkait informasi ini. Mereka tidak secara terbuka mengkonfirmasi atau membantah laporan dari Bloomberg tersebut. Harmonix hanya menyebut bahwa mereka akan selalu tertarik untuk menghidupkan kembali Rock Band jika mereka merasa waktunya memang tepat.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda termasuk gamer Playstation 4 dan Xbox One yang akan tertarik untuk bermain Rock Band jika ia memang dihidupkan kembali?
↧
↧
Capcom: Deep Down Kini Sudah Berubah
Kabar terbaru datang dari Capcom soal game mereka yang telah lama dikembangkan, Deep Down. Setelah belakangan jarang ada informasi terbaru soal proses pengerjaannya, Capcom akhirnya punya sesuatu yang bisa dibagikan kepada para gamer.
Menurut pihak perusahaan, Deep Down akan mengalami berbagai perubahan besar, dimana sang produser, Yoshinori Ono, menjelaskan bahwa hal ini akan menyebabkan proses pengembangan Deep Down menjadi lebih lama dari yang direncanakan.
“Sepertinya banyak yang mulai bertanya ‘apakah pengembangannya dihentikan?’, tapi nyatanya tidak seperti itu. Kami berpikir untuk memperlihatkan sesuatu yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya kami tampilkan, meski mungkin harus menunggu lama dari sekarang,” kata Ono.
Ono menjelaskan bahwa ide Capcom untuk Deep Down adalah membuatnya jauh lebih besar dari yang pertama kali mereka umumkan di Gamescom 2013. Menurutnya, ide yang mereka punya di masa itu tidak akan cukup untuk membuat Deep Down menjadi game yang luar biasa saat ini.
Deep Down nantinya tetap akan berfokus sebagai game online free-to-play yang menyisipkan transaksi mikro. Capcom ingin membangun semua fitur online dan hal-hal lainnya yang membuat gamer terus terikat dengan game ini. Bagi Ono, mewujudkan ide itulah yang sangat sulit dan sangat membutuhkan waktu.
“Ketika berbicara tentang layanan pada game online, ini adalah tantangan jangka panjang, maka kami harus yakin untuk mengerjakan bagian-bagian yang penting secara benar ketika meluncurkannya. Ketika melihat kembali ide Deep Down sebelumnya, kami tidak yakin ini dapat menarik minat banyak gamer sesuai yang kami mau, karena itu kami memutuskan untuk memberi lebih banyak waktu bagi pengembangannya,” tambah Ono.
Hingga saat ini memang belum ada kepastian kapan Deep Down akan dirilis. Capcom sendiri ingin menjadikan game yang menggunakan engine Panta Rhei terbaru tersebut sebagai game dengan visual terindah. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya dan semoga segera ada trailer baru yang menggambarkan lebih jauh seperti apa Deep Down.
↧
Spawn Bergabung di Mortal Kombat X?
Tak dapat dipungkiri dari beberapa trailer dan screenshot yang telah dirilis, Mortal Kombat X tampil sangat menawan. Tak heran jika cukup banyak gamer, khususnya para fans Mortal Kombat, yang sangat menantikan kehadirannya April nanti.
NetherRealm sejauh ini telah mengungkap beberapa karakter yang akan hadir di game tersebut, dimana sebagian besar merupakan karakter ikonik yang sangat dikenal oleh para gamer. Namun yang menarik, ada kemungkinan satu karakter baru akan ikut meramaikan Mortal Kombat X.
Ya, Spawn! Kemunculan Spawn di Mortal Kombat X dimungkinkan karena adanya kerjasama dengan Warner Bros. Sang pencipta Spawn, Todd McFarlen, juga telah memberi izin kepada pihak developer jika memang ingin membawa Spawn ke game mereka.
“Mereka punya akses untuk menggunakan karakter tersebut di beberapa game mereka, jika mereka mau. Ini tergantung pada keputusan mereka,” ujar McFarlen.
McFarlen sendiri ingin membuat nama Spawn menjadi lebih besar. Setelah menghadirkan Spawn melalui film dan TV, ia percaya akan lebih mudah bagi Spawn untuk bergabung di berbagai video game. Jika Spawn benar-benar muncul di Mortal Kombat X, ini bukan pertama kalinya ia hadir di game dengan genre fighting. Sebelumnya Spawn sempat tampil di Soul Calibur 2.
Seperti diketahui, Mortal Kombat X akan meluncur pada 14 April 2015 mendatang untuk PlayStation 4, PlayStation 3, Xbox One, Xbox 360, dan PC. Bagaimana menurut Anda jika Spawn hadir di Mortal Kombat X?
↧
Tales of Zestiria Akan Hijrah ke PC?
Memang sudah bukan rahasia lagi jika banyak publisher Jepang yang akhir-akhir ini “giat” melirik PC sebagai platform rilis yang potensial. Dengan basis user yang tumbuh pesat, terutama versi digital dengan Steam dari Valve, ia kian dilihat sebagai rumah yang akan berujung pada hasil yang menguntungkan. Salah satu publisher yang kian gencar melakukan hal tersebut adalah Bandai Namco, yang sudah merilis banyak franchise raksasa mereka yang dulunya hanya eksklusif konsol ke PC. Namun tidak hanya game fighting atau action saja, JRPG juga menemui tren yang sama. Setelah Valkyria Chronicles dan Final Fantasy XIII, kini kabarnya seri Tales yang akan ikut hijrah.
Setidaknya informasi inilah yang tercermin dari listing SteamDB yang baru. Database yang biasanya bermuatkan nama-nama game baru yang akan tiba di platform digital milik Valve tersebut secara gamblang menuliskan nama JRPG baru racikan Bandai Namco – Tales of Zestiria di dalamnya. Nama tersebut langsung buru-buru diganti menjadi sekedar “ToZ” setelah NeoGaf membuat rumor ini meledak. Apakah benar ini berarti Tales of Zestiria memang akan dirilis secara resmi untuk PC? Bandai Namco masih tutup mulut.
Sebuah seri game JRPG raksasa lain untuk PC? Dan kali ini hadir dari seri Tales? Semoga saja rumor ini berakhir menjadi kenyataan. Adakah dari Anda yang akan tertarik mencicipinya jika memang ada?
↧
Dev. Star Ocean Dibeli Publisher Game Mobile Jepang
Mobile memang menjadi primadona di Jepang. Dengan mobilitas penduduk yang tinggi, dengan sebagian besar waktu yang dihabiskan di luar, konsep gaming yang bisa dilakukan kapanpun dimanapun menarik bagi gamer di negeri matahari terbit ini. Sebagai hasilnya? Kita melihat bagaimana Nintendo 3DS senantiasa menjadi jawara, dengan pertumbuhan mobile gaming yang juga tidak kalah pesat. Begitu kuat, hingga beberapa publisher bahkan tidak ragu melemparkan seri game terbaru dari franchise raksasa mereka ke platform yang satu ini. Sayangnya, bagi kita gamer yang berada di luar Jepang, ini tak ubahnya mimpi buruk. Sifat game mobile yang seringkali eksklusif membuat kita tidak pernah bisa mencicipi dan menemukan seberapa menariknya mereka. Tidak cukup itu, kita bahkan bertemu dengan berita yang lebih buruk.
Sebagian besar gamer penggemar JRPG sudah pasti tidak asing lagi dengan nama Tri-Ace. Benar sekali, ia merupakan developer di balik franchise game JRPG ternama – Star Ocean yang memang sudah lama tidak menelurkan seri terbaru.
Parahnya lagi, harapan untuk melihat seri terbaru Star Ocean untuk pasar konsol atau PC boleh dibilang sudah pupus. Tri-Ace sudah dipastikan akan dibeli oleh Nepro Japan – sebuah perusahaan raksasa Jepang yang berfokus pada pasar mobile. Nepro memang secara terbuka mengaku bahwa kehadiran Tri-Ace akan difokuskan untuk memperkuat lini mobile mereka ini, apalagi dengan pengalaman developer yang sepak terjangnya sudah tidak perlu diragukan ini.
Apakah ini berarti Tri-Ace akan secara terus-menerus berkecimpung di pasar mobile Jepang? Apakah ini berarti selamat tinggal untuk “Star Ocean” yang begitu dicintai gamer JRPG seluruh dunia? Jika melihat tren yang ada, kemungkinan tersebut terlewat besar untuk tidak dipertimbangkan. So, goodbye Star Ocean?
↧
↧
Dev. Guilty Gear Tangani Game Baru Dragon Ball
Arc System Works, menyebut nama satu ini saja sudah cukup untuk membuat banyak gamer penggemar genre fighting mengerti game seperti apa yang bisa mereka antisipasi. Developer di balik franchise raksasa seperti Guilty Gear dan BlazBlue ini memang selalu menawarkan kualitas game fighting jempolan. Kombinasi gerakan cepat, timing yang ketat, dipadukan dengan kombinasi visual yang memanjakan mata, setiap game racikan Arc selalu pantas untuk diantisipasi. Sekarang bayangkan apa yang terjadi jika mereka akhirnya diberi kesempatan untuk menangani judul yang mungkin tidak pernah Anda prediksikan sebelumnnya. Benar sekali, Dragon Ball!
Sebagai salah satu franchise manga – anime yang sukses besar di industri game, Bandai Namco sebagai pemilik hak tampaknya tidak segan untuk terus mengeksploitasi petualangan Goku dkk ini. Setelah teaser yang sempat meluncur di majalah Jump, Bandai Namco akhirnya mengkonfirmasikan eksistensi Dragon Ball Z: Extreme Butoden.
Lebih dari 100 karakter akan ditawarkan di sini, walaupun tidak semua bisa digunakan untuk bertarung. Sistem pertarungan solo dan tim juga akan disematkan di dalamnya. Bagian terbaiknya? Arc System Works dipastikan akan bertanggung jawab atas seri ini dan akan mempertahankan kekuatan game fighting 2D mereka, setidaknya inilah yang diperlihatkan oleh beberapa screenshot teranyar yang dirilis. Serangan pemungkas bernama “Ultimate Arts” dan karakter support seperti Bulma dan Chichi dengan mekanisme “Z Assist” diungkapkan, walaupun tanpa detail lebih lanjut.
Dragon Ball Z: Extreme Butoden sendiri akan dirilis eksklusif untuk Nintendo 3DS, walaupun masih tanpa tanggal rilis pasti. Belum ada kejelasan juga soal kepastian apakah ia akan menuju pasar Barat atau tidak. Can’t wait to see the gameplay..
↧
The Witcher 3 Tidak Jadikan 60fps Sebagai Prioritas
Perbandingan frame rate dan resolusi di video game era new-gen belakangan marak diperbincangkan. eberapa developer berusaha untuk menghadirkan 1080p dengan 60fps, sementara yang lainnya menganggap 1080p dengan 30fps sudah cukup dan justru mampu lebih baik.
The Witcher 3 adalah salah satu judul yang sempat menargetkan untuk berjalan di 1080p dengan 60fps. Meski begitu, laporan terakhir menyebutkan bahwa CD Projekt selaku developer memastikan game garapannya itu harus berjalan dengan frame rate yang lebih rendah.
Ketika menjawab pertanyaan dari GamingBolt soal apakah penurunan frame rate menjadi 30fps adalah karena batasan hardware, Senior Art Producer The Witcher 3, Michal Krzeminski, mencoba mengungkapkan alasannya.
“Kami tidak berpikir seperti itu. Ketika Anda memiliki visi untuk menciptakan sebuah (game) RPG yang akan memberikan impresi jangka panjang, Anda tidak berpikir tentang resolusi atau frame rate. Anda berpikir tentang petualangan, dunia kehidupan, dan semua hal yang bisa Anda lakukan di dunia. Aspek teknis bukan kebutuhan utama, dimana tentunya bukan berarti kami tidak ingin membuat visual yang menawan,” katanya.
Seperti diketahui keputusan akhir dari CD Projekt terkait The Witcher 3 adalah berjalan di 1080p dengan30fps untuk PlayStation 4, dan 900p dengan 30fps untuk Xbox One. Game ini sendiri akan dirilis pada Mei 2015 mendatang. Bagaimana menurut Anda? Apakah game yang mampu menghadirkan resolusi 1080p dengan 60fps di konsol menjadi hal yang penting saat ini?
↧
Review Evolve: Konten yang Rapuh!
Nama besar Turtle Rock Studios sebagai salah satu developer kawakan untuk game-game yang berfokus di sisi multiplayer memang tidak perlu diragukan lagi. Lewat tangan dingin mereka, game zombie yang memungkinkan Anda untuk bertempur secara kooperatif ataupun kompetitif – Left 4 Dead diracik. Sebuah konsep yang ternyata berhasil merebut hati jutaan gamer di seluruh dunia karena pengalaman memacu adrenalin yang secara konsisten ia hadirkan. Gamer mana yang tidak akan ketakutan ketika mendengar suara tangis Witch menggema di kejauhan, seolah membawa atmosfer kematian yang terasa lebih kentara. Dengan popularitas yang sudah begitu tinggi, tidak mengherankan jika banyak gamer yang menantikan kehadiran proyek teranyar mereka – Evolve. Game yang akan membawa level kompetitif yang ada ke tingkat yang berbeda. Setidaknya itulah yang diklaim oleh Turtle Rock Studios sendiri.
Untung menjamin rilis yang tidak bermasalah, Turtle Rock Studios bahkan membuktikan komitmen mereka lewat masa alpha dan beta yang mereka selenggarakan jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan membagi konten yang sedikit, Anda yang cukup mengikuti artikel JagatPlay tentu saja sudah cukup memahami impresi pertama seperti apa yang mereka tawarkan. Terlepas dari gameplay yang memang seru, kami sempat menuliskan beberapa hal yang sempat menjadi perhatian utama – seperti betapa bergantungnya game ini pada gamer yang memainkan si Monster atau konten yang terhitung minim. Kini setelah penantian yang cukup lama, kesempatan untuk mencicipi pengalaman penuh sebuah “Evolve” akhirnya tiba!
Lantas, bagaimana dengan performa Evolve di versi finalnya ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game dengan konten yang rapuh? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Gameplay yang Tidak Berbeda
Terlepas dari statusnya sebagai sebuah versi retail, Evolve yang Anda bayar dengan harga penuh ini sebenarnya tidak banyak berbeda dengan versi demo yang mungkin sudah pernah Anda cicipi sebelumnya. Secara garis besar, ia tetap mengusung inti mekanik gameplay yang sama, hanya saja kini “dipermak” dengan ekstra mode, map, dan tentu saja – Monster dan Hunters yang bisa digunakan. Berangkat dari fakta inilah, impresi yang kami dapatkan di masa beta yang lalu sebenarnya masih bisa diaplikasikan di sini. Anda masih akan berhadapan dengan konsep pertempuran 4 vs 1 yang diterapkan hampir di semua mode yang ada, terlepas dari nama yang berbeda. 4 orang akan berperan sebagai Hunters melawan 1 user lain yang berperan sebagai Monster – sebuah entitas raksasa yang terlihat tidak akan berkeberatan untuk menghancurkan tulang Anda hingga berkeping-keping. Hunters sendiri diwakili dengan empat kelas berbeda: Assault – sang damager, Support – damager yang juga punya skill untuk mendukung tim, Trapper – yang berfokus melacak dan mengunci gerakan Monster, serta Medic – yang tentu saja, sesuai namanya akan terus menjaga Anda untuk terus hidup. Setiap kelas ini punya tiga varian karakter yang masing-masing juga hadir dengan senjata dan skill yang berbeda. Mengkombinasikan karakter dan skill yang ada adalah kunci kemenangan esensial bagi Hunters. Sementara bagi Monster? Fokusnya adalah memperkuat diri dengan mengkonsumsi binatang di sekitar, berevolusi, membangun kombinasi skill dari empat varian yang ada, dan tentu saja – bersenang-senang. Pada dasarnya, itulah yang ditawarkan Evolve. Berburu atau diburu adalah tagline yang bisa disematkan untuk masing-masing pihak ini. Monster tidak harus selalu berperan sebagai pihak yang diburu. Ada kalanya, ia akan bisa balik menjadi sumber kematian yang menakutkan, tanpa ada solusi untuk ditundukkan. Salah satu mekanisme terbaik yang kami dapatkan di versi demo tetap dipertahankan di versi retail ini. Benar sekali, kita tengah membicarakan sistem skala prioritas peran yang berfungsi dengan sangat baik untuk memastikan semua gamer mendapatkan peran yang ingin mereka dapatkan. Gamer dapat memilih peran yang paling ingin mereka mainkan – hingga yang paling ingin mereka hindari, dan sistem matchmaking akan berjuang untuk mencari pertempuran dimana Anda berkemungkinan besar mengisi peran tersebut. Sejauh kami menjajalnya, sistem ini bekerja dengan sangat baik. Dengan prioritas utama berperan sebagai Support di posisi pertama dan Monster di posisi kedua, hampir 75% pertempuran menyediakan peran tersebut untuk kami. Beberapa pertarungan memang memaksa kami untuk menjajal peran lain, namun sebagian besar terjadi ketika kami bergabung untuk mengisi kekosongan di match yang sudah berlangsung. Terdengar sederhana memang, namun sistem ini begitu revolusioner untuk sebuah game yang berfokus pada pertempuran 4 vs 1. Membayangkan bagaimana jutaan gamer yang bergabung di dalam room yang sama harus berebut memainkan peran tertentu sendiri sudah terdengar seperti sebuah mimpi buruk yang tidak pernah ingin kita temui. Sistem seperti ini menyelesaikan masalah tersebut. Untuk urusan yang satu ini, Evolve pantas untuk mendapatkan acungan jempol. Dari masa alpha dan beta yang sempat mereka rilis sebelumnya, Turtle Rock Studios memang tidak menawarkan perubahan gameplay yang cukup signifikan. Ia tetep menawarkan mekanik gameplay yang sama dengan ekstra konten semata. Ia tetap seimbang, tetap menyenangkan terlepas dari apakah Anda berperan sebagai sang Hunter atau Monster. Namun tetap saja, pengalaman bermain Anda akan sangat bergantung pada seberapa baik sang player yang berperan sebagai Monster bermain. Apakah ia menawarkan tantangan yang cukup untuk membuat adrenalin Anda terpompa kencang? Ataukah ia seorang monster cupu yang ternyata sudah bisa ditaklukkan di 5 menit permainan? Terlepas dari fakta rilis final yang ada, “masalah” yang satu ini tetap menghantui.↧