Sesuatu yang rasional sebenarnya untuk melihat kebutuhan spesifikasi game-game multiplatform yang dirilis di PC semakin berat dari masa ke masa, apalagi ketika industri game mulai beralih generasi. Dengan kualitas engine baru yang tentu saja memuat lebih banyak data texture, physics, dan AI, PC yang lebih kuat mulai tumbuh menjadi sesuatu yang esensial, terutama di bagian storage. Walaupun demikian, ada beberapa kebutuhan spesifikasi yang mengundang cukup banyak tanda tanya, termasuk dari game multiplayer online yang sangat diantisipasi – Titanfall.

Bagaimana tidak? Respawn mengumumkan bahwa Titanfall versi PC akan membutuhkan storage sekitar 50 GB, jumlah yang terhitung luar biasa jika dibandingkan dengan game-game rilis PC selama beberapa bulan terakhir ini. Parahnya lagi, Respawn tidak pernah menjelaskan mengapa kebutuhan Titanfall bisa sebegitu besar, padahal secara logika, ia tidak membutuhkan hal tersebut. Dibangun dengan engine lawas – Source yang terkenal ringan terlepas dari modifikasi yang dilakukan, Titanfall tidak mengusung mode single player sama sekali. Dengan puluhan map yang tidak terhitung luas dan beberapa mode, bahkan game multiplayer lebih besar sekelas Battlefield 4, DayZ, atau Planetside 2 tidak membutuhkan space sebesar itu.

35 GB hanya untuk file audio? Gila!

Dengan rilis yang tinggal menghitung hari, beberapa gamer yang sudah mendapatkan kopi resmi Titanfall mereka akhirnya berbagi sedikit informasi di situs komunitas dan forum-forum dunia maya. Lewat data yang diunduh via Origin, diketahui bahwa sebagian besar dari kebutuhan 50 GB tersebut ternyata tidak berasal dari gameplay. Percaya atau tidak, disinyalir bahwa sekitar 35 GB atau hampir 70% darinya berisi file audio. Respawn dipercaya menyuntikkan file-file audio yang tidak dikompres dari semua bahasa yang tersedia - English, French, German, Italian, Japanese, Korean, Polish, Portuguese, Russian, Spanish dan Traditional Chinese. Tidak ada kesempatan untuk memilih untuk hanya menggunakan bahasa yang Anda mengerti.

Respawn sendiri masih belum memberikan komentar resmi terkait klaim yang menyebar kian kencang di dunia maya ini. Sebagai salah satu gamer PC dengan daya tampung data yang semakin menipis, kami berharap Respawn bisa mengatasi “masalah” yang satu ini, setidaknya dengan memberikan opsi untuk hanya memilih bahasa yang ingin digunakan untuk meminimalisir kebutuhan storage yang ada. What a waste of storage..

Popularitas yang semakin tinggi di mata para developer, setelah penantian yang cukup lama, PC akhirnya mulai dilihat sebagai pasar potensial yang tidak boleh terlewatkan oleh beberapa franchise raksasa. Dengan puluhan juta pengguna di seluruh dunia, resmi maupun tidak resmi, serta kemiripan arsitektur konsol generasi terbaru, PC memang menjadi primadona. Bahkan beberapa publisher raksasa sekelas Square Enix dan Konami juga memperlihatkan dukungan yang kian jelas, memperlihatkan ketertarikan mereka untuk meluncurkan franchise populer mereka. Namun sembari menunggu semua itu, PC akan kedatangan satu judul yang tidak boleh terlewatkan – Dark Souls 2.

Seperti kebiasaan rilis multiplatform game lainnya, Dark Souls 2 memang akan meluncur terlebih dahulu untuk Playstation 3 dan Xbox 360 beberapa hari ke depan. Setelah sempat terkatung-katung, From Software dan Bandai Namco akhirnya mengkonfirmasikan tanggal rilis Dark Souls 2 versi PC yang siap meluncur pada 25 April 2014 mendatang. From Software sendiri menjanjikan bahwa keterlambatan satu bulan dibandingkan versi konsol ini akan dikompensasi dengan framerate dan kualitas tekstur yang tentu saja lebih baik. Yang Anda butuhkan saat ini? Tentu saja memastikan PC Anda siap untuk terlibat dalam salah satu perjalanan paling sulit yang mungkin akan Anda hadap ini. Berikut adalah spesifikasi yang dibutuhkan:

Can your PC handle the battle?

Minimum Requirements:

• OS: Windows XP SP3, Vista SP2, Windows 7 SP1, Windows 8
• Processor: AMD® Phenom II™ X2 555 3.2Ghz or Intel® Pentium Core ™ 2 Duo E8500 3.17Ghz
• Memory: 2 GB RAM
• Graphics: NVIDIA® GeForce® 9600GT, ATI Radeon™ HD 5870
• DirectX: Version 9.0c
• Network: Broadband Internet connection
• Hard Drive: 14 GB available space
• Sound Card: DirectX 9 sound device
• Additional Notes: Controller support: Microsoft Xbox 360® Controller for Windows® (or equivalent) recommended

Recommended Requirements:

• OS: Windows 7 SP1
• Processor: Intel® CoreTM i3 2100 3.10GHz or AMD® A8 3870K 3.0GHz
• Memory: 4 GB RAM
• Graphics: NVIDIA® GeForce® GTX 465 or higher, ATI Radeon™ HD 6870 or higher
• DirectX: Version 9.0c
• Network: Broadband Internet connection
• Hard Drive: 14 GB available space
• Sound Card: DirectX 9 sound device
• Additional Notes: Controller support: Microsoft Xbox 360® Controller for Windows® (or equivalent) recommended

Bagaimana dengan PC Anda sendiri? Siap menangani Dark Souls 2?

Jepang selama ini mungkin dikenal sebagai salah satu negara dengan konsep “tabu” yang cukup terbuka. Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia ini selalu menawarkan sesuatu yang unik, baik yang berada dalam konotasi positif, maupun negatif. Namun siapa yang menyangka, di balik semua kesan keterbukaan tersebut, Jepang ternyata punya standar tersendiri, apa yang sebenarnya pantas dan tidak pantas. Sensor masih berlaku dan diadaptasikan untuk semua konten multimedia yang dianggap mengantongi konten-konten yang dirasakan terlalu sensitif. Salah satu “korban” terbarunya? Proyek next-gen pertama Kojima yang sangat diantisipasi – MGS V: Ground Zeroes.

Menurut laporan dari salah situs gaming Perancis – JeuxVideo, Metal Gear Solid V: Ground Zeroes akan akan mengalami sedikit penyensoran konten di Jepang. Dengan komitmen Kojima untuk menawarkan sensasi dan atmosfer perang yang “realistis”, Ground Zeroes memang sempat diperlihatkan memuat segudang adegan sinematik yang brutal dan penuh darah.

Berangkat dari kejadian inilah, pemerintah Jepang akan memotongnya, termasuk adegan operasi Paz yang sempat terlihat di trailer “Red Band” tahun lalu. Kojima tentu saja kecewa dengan keputusan ini, menyayangkan ketidakmampuan pemerintah Jepang untuk melihat arti di belakang semua kejadian ini.

Metal Gear Solid V: Ground Zeroes akan dirilis untuk Playstation 3, Playstation 4, Xbox 360, dan Xbox One pada 18 Maret 2014 mendatang. Censorship and Japan? Not a combination that i’m aware of after a lot of…..well, you know… 

Tentunya masih segar di ingatan Anda tentang Angry Birds Stella yang baru-baru ini diumumkan oleh Rovio. Meski belum terlalu lama, developer asal Finlandia itu lagi-lagi merilis bocoran tentang game anyar Angry Birds lainnya.

Dalam video teaser-nya, nampak sesosok prajurit yang mengenakan jubah perang abad pertengahan (medieval). Beberapa detik kamera berjalan mengitari prajurit tersebut yang diikuti dengan kemunculan salah satu karakter Angry Birds.

Video berdurasi 28 detik ini juga memperlihatkan bahwa Rovio menyebut game Angry Birds terbarunya sebagai “the most epic soft launch ever”. Game-nya sendiri dipastikan akan menuju ke Australia dan Kanada terlebih dahulu sebelum nantinya hadir di negara lain.

Sayang, belum ada kejelasan terkait judul, gameplay, dan jadwal peluncuran. Yang menarik, sosok prajurit berjubah perang yang muncul dalam video mengingatkan kita akan game Dark Souls yang sekuelnya siap dilepas ke pasaran dalam waktu dekat.

Reboot adalah salah satu proses paling populer di industri game saat ini, sesuatu yang tidak bisa lagi disangkal. Jauh lebih mudah dikembangkan karena dasar franchise yang sudah terbentuk solid, reboot juga menjanjikan keuntungan yang lebih menjanjikan – menjaring basis fans baru yang belum pernah mengenal franchise ini sebelumnya, sekaligus menarik pangsa pasar lawas yang memiliki memori tertentu dengannya di masa lalu. Proses serupa yang ditempuh oleh Tomb Raider, Deus Ex: Human Revolution, dan DmC ini terbukti menjadi formula yang sangat efektif. Berangkat dari kesuksesan inilah, Square Enix menjajal peruntungan baru dengan menghidupkan kembali seri stealth action klasik – Thief.

Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Thief. Secara visual, ia memang tidak menawarkan kualitas ynag membuatnya pantas disebut sebagai proyek next-gen, terlepas dari permainan tata cahaya yang pantas untuk diacungi jempol. Kesan pertama yang ditawarkan cukup kuat, setidaknya untuk mendefinisikan sosok sang karakter utama – Garrett sebagai seorang pencuri handal yang memang memanfaatkan kegelapan sebagai teman terbaik. Walaupun demikian, ada beberapa kelemahan yang pantas dicatat untuk game yang satu ini.

Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Thief? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang akan menuntut Anda untuk bermain dalam kegelapan?

Plot

Anda tetap akan berperan sebagai Garrett – si master pencuri.

Mengikuti seri-seri Thief sebelumnya, seri reboot ini juga akan memosisikan Anda sebagai Garrett – seorang master pencuri yang sepak terjangnya memang sudah dikenal luas. Setelah ingatannya kembali, Garrett akhirnya harus berhadapan dengan sang kota utama – The City yang kini jatuh di bawah tangan seorang diktator tanpa rasa kemanusiaan – The Baron. Jurang sosial yang begitu lebar terjadi antara mereka yang miskin dan kaya, golongan rakyat biasa dan para aristokrat, dan mereka yang hidup di dalam rumah besar yang nyaman dan yang harus hidup di jalan – berhadapan dengan mimpi yang bahkan jauh lebih buruk, sebuah wabah penyakit “misterius” – The Gloom. Berhadapan dengan gelombang revolusi yang mulai bergerak di bawah tanah, Garrett mulai terlibat dalam beragam aksi untuk menggulingkan The Baron dan membantu The City untuk menciptakan hidup yang lebih serasi dan seimbang. Namun di saat yang sama, ia juga harus terus berhadapan dengan sebuah masa lalu yang seolah sulit untuk dihilangkan begitu saja – Erin.

Terlibat dalam sebuah insiden, Garrett yang akhirnya kembali menemukan The City yang kini begitu berbeda.

The City tidak hanya harus berhadapan dengan jurang sosial yang mematikan, tetapi juga wabah penyakit misterius bernama – The Gloom.

Mulai bergerak di bawah tanah, Garrett juga terpanggil untuk mencari Erin yang menghilang sejak insiden terakhir.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Erin? Mampukah Garrett membantu menggulingkan The Baron?

Hilangnya masa lalu Garrett berarti memaksanya untuk menemukan kembali semua hal tentang Erin, apa yang sebenarnya terjadi setelah jatuhnya ia di tengah sebuah ritual mistik. Perjalanan untuk mengitari The City dan mencari lebih banyak informasi pun dilakukan. Lantas, mampukah Garrett menundukkan kekuasaan The Baron? Mampukah ia kembali menemukan sosok Erin? Perjalanan seperti apa yang harus ditempuh oleh Garrett? Semua dari pertanyaan ini akan bisa Anda jawab dengan memainkan Thief ini.

Hampir sebagian besar dari Anda yang mengikuti anime atau manga scan dari Naruto tentu saja sudah sangat memahami besarnya peran Akatsuki dalam membentuk dunia dan cerita yang dibangun oleh Masashi Kishimoto ini. Sebagai kelompok dimana sebagian besar tokoh antagonis ikonik Naruto bergabung, Akatsuki adalah mimpi buruk dan sekaligus terror yang menghancurkan keseimbangan di dunia. Jika Anda termasuk salah satu gamer yang juga kebetulan menjadikan anggota-anggota Akatsuki sebagai favorit, maka Anda akan berbahagia dengan berita yang satu ini. Game terbaru racikan Bandai Namco dan CyberConnect 2 – Naruto Shippuden Ultimate Ninja Storm Revolution akan mengupas lebih detail tentang latar belakang kelompok mematikan yang satu ini.

Tidak main-main, CyberConnect 2 kabarnya akan menyuntikkan lebih dari 50 menit konten eksklusif animasi baru untuk menyelami kisah-kisah terbentuknya Akatsuki, animasi yang belum pernah Anda temukan di versi animenya. Anda akan berkesempatan untuk mengambil bagian dalam kisah lahirnya Akatsuki dari kacamata anggota-anggota yang ada. Scan iklan terbaru memperlihatkan sosok Pain, Konan, Hidan, Kakuzu, Kisame, Itachi, Sasori, Deidara, Orochimaru, dan Tobi di dalamnya. Karakter-karakter ini juga kabarnya akan hadir dengan beberapa kostum dan moveset serangan yang lebih mematikan.

Naruto Shippuden: Ultimate Ninja Storm Revolution kabarnya akan meluncur di tahun 2014 ini, walaupun Bandai Namco sendiri belum memberikan tanggal rilis pasti apapun. Ia juga baru dikonfirmasikan untuk versi Xbox 360 dan Playstation 3, tanpa ada kepastian untuk versi PC. 50 menit animasi original terkait Akatsuki? Godaan yang terlalu berat untuk gamer penggemar berat Naruto..

Dari trailer gameplay yang telah dirilis, Watch Dogs memang berpotensi menghadirkan pengalaman gaming yang menarik. Konsep open-world dan kemampuan dari sang karakter utama untuk meretas sebuah program membuat Watch Dogs terlihat menawan.

Lalu, bagaimana dengan mode multiplayer-nya? Watch Dogs dipastikan bisa menampung hingga 8 player. Tak banyak memang, namun ke-8 gamer tersebut bisa menjelajahi kota secara bebas dengan tetap mengusung gaya open world!

Dalam sebuah sesi tanya jawab di Twitch.tv Ubisoft tak lupa memberi penjelasan seperti apa Watch Dogs bila dimainkan secara online. Menurut Danny Belanger dari Ubisoft, gamer bisa langsung masuk dan bergabung dengan gamer lainnya yang sedang bermain.

atch Dogs dipastikan bisa menampung hingga 8 player. Tak banyak memang, namun ke-8 gamer tersebut bisa menjelajahi kota secara bebas dengan tetap mengusung gaya open world!

Meski begitu, jika gamer tak ingin keseruannya terusik karena banyaknya player lain yang tiba-tiba masuk ke game-nya, fitur online ini bisa dinonaktifkan. Belanger menambahkan, multiplayer Watch Dogs bukanlah tentang menjadi agresif dan menyerang sesama gamer, namun lebih berfokus pada gaya ‘petak umpet’ dimana sesorang bisa meretas dan diretas.

Tak banyak memang yang bisa digali dari mode multiplayer game ini. Sekedar mengingatkan, Watch Dogs rencananya meluncur pada 27 Mei 2014 mendatang untuk PC, PS4, PS3, Xbox One, dan Xbox 360. Semakin dekat ke tanggal yang ditentukan, pastinya semakin banyak pula informasi yang akan terungkap. Kita tunggu saja!

Pergantian management memang menjadi momok tersendiri di perusahaan-perusahaan raksasa. Dengan pengalihan tanggung jawab penuh dan kebijakan yang bebas mereka ambil, para pemangku jabatan tinggi ini memang berpotensi untuk mengubah arah pergerakan perusahaan, tak ubahnya seorang nahkoda di atas kapal. Percabangan jalan inilah yang tengah dihadapi Microsoft setelah pergantian CEO – Satya Nadella dan boss besar untuk divisi Xbox – Stephen Elop. Rumor pun berkembang. Beberapa spekulasi sempat menyebutkan bahwa Microsoft akan menjual  brand Xbox ke pihak ketiga agar dianggap tidak menguntungkan. Kekhawatiran yang akhirnya terbantahkan.

Meluncur dari mulut salah satu petinggi populer Xbox – Phil Spencer, Microsoft kembali menegaskan komitmen mereka untuk terus mempertahankan nama dan produk Xbox sendiri. Ini berarti, Microsoft tidak akan keluar dari pasar gaming dalam waktu dekat ini. Spencer menegaskan bahwa percakapannya dengan Elop dan Nadella hanya mengindikasikan satu hal, bahwa mereka sangat ingin mempertahankan Xbox.

Setelah sempat diterpa rumor tak sedap, Microsoft kembali menegaskan komitmen mereka pada Xbox.

Fokus pada dunia gaming berarti tidak hanya mengembangkan game untuk platform konsol ini, tetapi juga memastikan lebih banyak game meluncur ke produk Microsoft yang lain seperti Windows dan Windows Phone. Spencer juga menambahkan bahwa Xbox adalah brand yang sangat penting untuk Microsoft, dan menjadi salah satu produk Microsoft yang paling dicintai.

Pernyataan ini tentu saja sangat melegakan. Dengan komitmen untuk terus mempertahankan brand Xbox, ini berarti kita akan melihat lebih banyak komitmen Microsoft untuk pasar gaming, yang mungkin akan didefinisikan lewat segudang game super keren yang ditelurkan untuk semua platform gaming ini. Karena pada akhirnya, apalah arti sebuah bisnis tanpa sebuah persaingan, bukan? Keep fighting, Xbox!

Dari semua publisher yang berada di industri game saat ini, Ubisoft memang tengah tumbuh menjadi salah satu kekuatan yang kian disegani. Walaupun mengusung kebijakan yang hampir sama dengan EA dan Activision soal franchise rilis tahunan, Ubisoft menjadi primadona berkat keberanian mereka untuk terus menjajal judul-judul game baru yang lahir dalam variasi genre yang luas. Kita tidak hanya membicarakan The Division atau Watch Dogs, tetapi juga keberhasilan mereka untuk membuat Rayman Legends dan Child of Light sebagai proyek  yang memesona. Lantas game apa lagi yang mereka persiapkan?

Dalam event SXSW yang diselenggarakan beberapa hari yang lalu, Jade Raymond – boss besar dari Ubisoft Toronto memberikan sedikit gambaran kesibukan Ubisoft saat ini. Ia mengaku, studio developer yang ia kepalai ini tengah mengembangkan lima buah game besar yang tentu saja akan sangat diantisipasi oleh para gamer – dan, tidak ada satupun dari game ini yang sudah diperkenalkan kepada publik. Raymon mengaku dua di antara game ini juga akan dikembangkan bersama dengan studio Ubisoft yang lain.

Jade Raymond menyatakan bahwa Ubisoft saat ini tengah mempersiapkan lima buah game baru yang belum diperkenalkan kepada publik. Kelima game ini terdiri dari: Assassin’s Creed, Splinter Cell, dua judul game baru, dan satu seri teranyar dari franchise terbesar Ubisoft yang tentu saja – masih dirahasiakan.

Lantas game apa saja yang dimaksud? Raymond hanya bisa membicarakan dua proyek saat ini – seri teranyar Assassin’s Creed dan Splinter Cell. Sementara dua game lainnya adalah judul game yang sama sekali baru. Sementara game terakhir, diakui Raymond, merupakan seri teranyar dari salah satu franchise terbesar milik Ubisoft. Apakah ia tengah membicarakan Beyond: Good & Evil 2? Atau mungkin Far Cry 4? Atau mungkin si “anak hilang” – Rainbow Six: Patriots? Raymond menolak untuk memberikan ekstra detail apapun saat ini.

Satu game Assassin’s Creed, satu game Splinter Cell, dua judul game yang baru, serta semua game anyar dari franchise terbesar Ubisoft? Dengan gudang game seperti ini, memang tidak berlebihan untuk menyebut Ubisoft sebagai publisher yang paling diperhatikan gamer saat ini. Keep on the good work, Ubisoft!

Resolusi memang tengah menjadi momok terbesar Xbox One saat ini. Terlepas dari statusnya sebagai konsol generasi terbaru dari Microsoft, pemilihan jeroan yang ternyata lebih lemah dari sang kompetitor – Playstation 4 kini memang mulai memperlihatkan beberapa konsekuensi fatal. Untuk game-game yang dirilis secara multiplatform, Xbox One seringkali tidak mampu menghadirkan pengalaman yang optimal, yang tercermin lewat resolusi atau framerate permainan yang lebih rendah. Hal ini ternyata juga terjadi di salah satu pondasi kekuatan Xbox One – Titanfall yang baru saja meluncur ke pasaran. Setelah rilis resminya, Respawn ternyata masih berkutat dengan resolusi aneh – 792p untuk game ini.

Resolusi 792p Titanfall versi Xbox One ini memang mengemuka di masa beta beberapa minggu yang lalu. Menjadi sorotan, Respawn sempat menjanjikan resolusi tersebut akan ditingkatkan di versi komersial, menjadi setidaknya 900p paling minimum. Namun apa yang terjadi? Gamer Xbox One yang sudah membeli versi rilis penuh Titanfall ternyata harus menemukan resolusi yang tidak berubah dengan versi betanya. Benar sekali, Titanfall versi Xbox One tetap dirilis dalam resolusi 792p. Apa yang sebenarnya terjadi?

Berbicara dengan situs gaming Eropa – Eurogamer, Richard Baker dari Respawn berbagi sedikit alasan di balik keputusan ini. Baker mengemukakan bahwa Respawn saat ini masih berkutat dengan dua opsi yang bisa ditempuh untuk memperbaiki resolusi Titanfall di Xbox One, yang tentu akan meluncur dalam bentuk patch nantinya. Ia mengaku Respawn tengah bereksperimen untuk mencapai hal tersebut dan akhirnya jatuh pada dua opsi paling rasional – mengejar 1080p tanpa anti-aliasing atau 900p dengan efek FXAA.

Titanfall Xbox One versi final tetap akan mengusung resolusi aneh 792p. Walaupun demikian, Respawn meyakinkan akan membenahi resolusi tersebut dalam bentuk patch nantinya. Mereka tengah bereksperimen dengan dua opsi saat ini: 1080p tanpa anti-aliasing atau 900p dengan FXAA.

Trik utamanya adalah bermain dengan jumlah ESRAM yang ditawarkan Xbox One saat ini, dan hasilnya memang tidak cukup memuaskan bagi Baker sendiri. Namun ia menegaskan bahwa masih ada banyak ruang untuk optimalisasi, setidaknya juga untuk memastikan framerate stabil di 60 fps terlepas dari segudang efek partikel dan physics objek yang bertebaran.

Titanfall sendiri akan meluncur untuk Xbox One dan PC pada tanggal 11 Maret 2014 ini, sementara versi Xbox 360 akan meluncur dua minggu kemudian. Bicara tentang resolusi, apakah Anda termasuk gamer yang sangat mementingkan resolusi game atau Anda tidak pernah ambil pusing?

Diperkenalkan bersama dengan pengumuman Playstation 4 tahun lalu, Driveclub memang sempat digembar-gemborkan sebagai salah satu game eksklusif dari Sony  yang pantas untuk dinantikan. Game racing yang akan memungkinkan Anda berkompetisi dengan gamer di seluruh dunia ini tampil kian menarik, setelah Sony sempat mengumumkan bahwa ia akan ditawarakan secara cuma-cuma untuk para pemilik akun PS Plus. Sempat ditunda dan direncanakan untuk dirilis bersama Playstation 4 versi Jepang, Driveclub tidak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Percaya atau tidak, game yang sudah hampir jadi ini ternyata harus dibuat ulang.

Informasi inilah yang berhasil ditarik dari salah satu petinggi Sony – Scott Rohde. Dalam wawancara terbarunya dengan IGN, Rohde secara terbuka mengaku bahwa Driveclub saat ini berada dalam proses pengembangan kembali, dari awal. Ia juga menyatakan bahwa game racing yang satu ini sebenarnya sudah mendekati proses akhir, namun dianggap tidak memiliki kualitas yang cukup pantas untuk dirilis kepada publik. Memaksakan rilis game ini, Sony merasa bahwa keputusan tersebut akan terasa tidak adil untuk para gamer yang menantikannya.

Mengejutkan memang. Sempat beberapa kali ditunda, Sony mengaku mengulang proses pengembangan Driveclub kembali dari awal. Alasannya? Kualitas “versi” sebelumnya tidak pantas untuk diluncurkan ke publik.

Satu yang menarik, Rohde tidak bisa secara tegas menyakinkan Driveclub tetap akan meluncur di tahun 2014 ini. Lantas kualitas seperti apa yang sebenarnya membuat Sony sangat tidak puas dan akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan game ini  kembali dari awal? Tidak ada detail lebih jauh. Apapun alasannya, semoga penantian ini akan berbuah sangat manis.

Ada kabar baru tentang game yang dikembangkan dalam sebuah proyek Kickstarter, Star Citizen. Baru-baru ini, Chris Robert mewakili pihak developer mengumumkan bahwa donasi yang terkumpul telah mencapai USD 40 juta.

Yang menarik, angka tersebut dicapai dari sumbangan sekitar 405 ribu backers. Ini artinya, masing-masing penyumbang kurang lebih memberi USD 100! Hampir dua kali lipat dari harga sebuah game AAA original.

Seperti pada pencapaian sebelumnya, dengan raihan dana sebesar USD 40 juta, Star Citizen kembali membuka dua system baru di game-nya, yaitu Kabal System dan Oretani System. Chris Robert pun segera mengumumkan target baru yang akan dirilis jika dana mencapai USD 41 juta.

Seperti pada pencapaian sebelumnya, dengan raihan dana sebesar USD 40 juta, Star Citizen kembali membuka dua system baru di game-nya, yaitu Kabal System dan Oretani System. Chris Robert pun segera mengumumkan target baru yang akan dirilis jika dana mencapai USD 41 juta.

Sekedar mengingatkan, Star Citizen adalah sebuah game berbasis CryEngine dengan visualisasi menawan yang menawarkan kebebasan dan semesta yang sangat luas untuk dieksplorasi. Game tersebut memang belakangan menjadi fenomena khususnya dalam dunia KickStarter.

Bayangkan, sebelum mencuatnya popularitas Star Citizen, proyek Kickstarter dengan dukungan terbesar dipegang oleh jam tangan Pebble e-Paper dengan nilai sekitar USD 10 juta. Proyek sukses lainnya yang berhubungan dengan dunia game sendiri hanya Ouya yang berhasil mendapatkan dana sebesar USD 8,5 juta.

Jika dibandingkan dengan game populer, saat membuat Gears of War pertama Epic Games hanya membutuhkan biaya USD 10 juta. Seharusnya dengan dana mencapai USD 40 juta dan potensi gameplay yang menawan, Star Citizen bisa menjadi salah satu game terbaik yang pernah dibuat. Peluncurannya sendiri diprediksi terjadi pada 2015, eksklusif untuk PC.

Titanfall, judul game yang satu ini memang sudah menjadi sorotan sejak diperkenalkan oleh Respawn Entertainment dan EA tahun lalu. Lahir dari otak di belakang COD: Modern Warfare, Respawn memang menjanjikan sensasi gameplay first person shooter yang unik, bahkan bisa terbilang – pertama kalinya di industri game. Menjadikan multiplayer sebagai basis gameplay utama, Anda tidak hanya akan bertempur dengan prajurit berteknologi tinggi yang dibekali dengan mobilitas super tinggi, tetapi juga kesempatan untuk memanggil para mecha raksasa untuk membantu Anda dalam pertempuran. Menariknya lagi, ia juga menyuntikkan sistem AI dan sensasi single player yang cukup kentara di dalamnya.  Setelah menunggu cukup lama, kesempatan untuk mencicipi Titanfall versi penuh akhirnya tiba!

Kesan Pertama

Secara garis besar, sensasi yang Anda dapatkan tidak akan banyak berbeda dari versi beta yang sempat dibuka beberapa minggu yang lalu. Kualitas visual dan mekanik gameplay yang ditawarkan pada dasarnya sama, namun tentu saja dengan ekstra konten yang jauh lebih banyak. Anda masih akan terlibat dalam pertempuran adiktif yang terhitung cukup seimbang, terlepas apakah Anda tetap berperan sebagai pasukan infanteri ataupun menjadikan Titan Anda sebagai ujung tombak yang lebih efektif. Walaupun demikian, ada beberapa penambahan menarik yang membuat Titanfall ini kian jauh lebih menarik dan sempurna, dibandingkan dengan versi beta terdahulunya.

Salah satu yang akan cukup menarik perhatian Anda adalah variasi map yang ditawarkan. Tidak lagi sekedar bertempur di landscape kota, Titanfall ternyata juga menyuguhkan medan pertempuran dengan variasi tema yang cukup banyak, dan tentu saja didesain dengan sangat indah. Anda akan bertemu dengan beberapa momen menakjubkan yang selama ini dirumorkan termasuk monster berukuran raksasa. Benar sekali, beberapa level juga memuat kehidupan liar binatang berukuran masif yang terlihat memesona di latar belakang pertempuran, yang namun sayangnya, tidak lebih dari sekedar kosmetik. Di sisi gameplay, Anda kini juga bisa menggunakan zipline untuk bergerak lebih cepat dan tentu saja kesempatan untuk menguasai turret di beberapa level untuk memberikan sedikit keuntungan dalam pertempuran.

Satu yang lebih menarik dari Titanfall, adalah fakta bahwa ia ternyata juga menyediakan mode campaign di dalamnya. Namun tidak seperti mode single player di game-game FPS kebanyakan, mode campaign Titanfall ini juga harus dimainkan secara multiplayer, namun kini dengan ekstra latar belakang cerita dan dramatisasi untuk mengintegrasikan sensasi single player yang  lebih mendalam. Dengan dibukanya level cap yang ada di versi beta, Titanfall juga masih menyediakan varian senjata, perk, dan jenis Titan yang lebih banyak untuk Anda gunakan.

Sejauh permainan kami yang sudah berjalan lebih dari 7 jam, Respawn pantas mendapatkan acungan jempol karena keberhasilan mereka untuk meluncurkan game yang sangat diantisipasi ini dengan cukup lancar, apalagi mengingat statusnya sebagai sebuah game online. Tidak seperti game-game serupa sekelas Diablo 3 dan SimCity yang harus bermasalah dengan padatnya server selama beberapa hari, bahkan minggu pertama, Anda relatif tidak akan menemukan masalah ini di Titanfall. Server yang disediakan tampaknya lebih dari cukup untuk mengakomodasi kebutuhan gamer, setidaknya hingga artikel ini ditulis. Sayangnya ada satu kekurangan yang cukup terasa di jam awal permainan kami ini. Titanfall tampaknya tidak menyuntikkan sistem auto team balance yang mumpuni, sehingga tidak jarang Anda akan melihat bagaimana sekelompok user level rendah harus bertempur dengan user di tingkat level tinggi yang terlampau jauh. Padahal, level tinggi sangat mengindikasikan varian senjata yang bisa digunakan, dan tentu saja – pengetahuan map yang lebih mendalam.

Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, dan tentu saja mencari tahun apa saja yang bisa kami dapatkan di level karakter yang lebih tinggi, izinkan kami untuk membantu Anda memberikan sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Titanfall. Semua gambar ini kami ambil di setting mentok kanan untuk memberikan gambaran akan kualitas visual, desain, dan gameplay yang kami dapatkan. Satu yang pasti, jam-jam pertama Titanfall benar-benar membuat kami ketagihan. Drop your Titan!

PS: Klik Gambar untuk Memperbesar

Dilematis, ini mungkin perasaan yang tengah dialami oleh Ubisoft saat ini. Bagaimana tidak? Setelah memenuhi permintaan begitu banyak gamer dengan akhirnya mengkonfirmasikan tanggal rilis salah satu gamenya yang sangat diantisipasi – Watch Dogs, Ubisoft justru memancing lebih banyak reaksi negatif dari para gamer di dunia maya. Alasannya? Karena perbedaan kualitas grafis yang cukup kentara di trailer gameplay terbaru yang mereka rilis bersamaan dengan pengumuman tersebut. Cukup fatal, hingga membuat banyak gamer menuduh bahwa Ubisoft telah menurunkan kualitas visual Watch Dogs dengan sangat drastis.

Tuduhan ini memang bukannya tidak beralasan. Di awal pengenalannya di ajang E3 2012 yang lalu, Watch Dogs memang tampil sebagai salah satu game dengan kualitas visual yang mengagumkan. Sang engine yang menjadi pondasi – Disrupt bahkan sempat menuai pujian. Untuk sebuah game open-world dengan skala besar, kualitas detail dan tata cahaya yang ditawarkan memang memperlihatkan citra next-gen yang pantas untuk diantisipasi. Namun hal ini tidak terlihat sama sekali di trailer terbaru Watch Dogs. Detail karakter utama, tata cahaya, hingga detail mobil dan lingkungan yang ada justru bertolak belakang dari apa yang selama ini dinantikan.

Watch Dogs di E3 2012

Watch Dogs di trailer gameplay terbaru – 2014. Anda lihat perbedaannya?

Gambar dari trailer terbaru Watch Dogs 2014 vs E3 2012.

Gamer pun mulai menyuarakan rasa frustrasi mereka akan fakta yang satu ini lewat beragam forum diskusi yang ada. Serangkaian screenshot perbandingan pun dirilis untuk mendukung fakta ini dan lumayan mendapatkan banyak dukungan. Namun hal ini tentu saja dibantah oleh Ubisoft. Tessa Vilyn dari Ubisoft Benelux menegaskan bahwa Watch Dogs sama sekali tidak mengalami penurunan kualitas visual dan tetap akan mengakar pada identitasnya sebagai sebuah proyek next-gen. Apakah mungkin trailer terbaru ini berasal dari Playstation 3 atau Xbox 360? Atau mungkin PS 4 dan Xbox One, sementara gameplay di E3 2012 berasal dari PC high-end? Ubisoft sama sekali tidak memberikan detail apapun untuk menenangkan keresahan ini.

Watch Dogs sendiri akan dirilis pada 27 Mei 2014 mendatang untuk PC, Playstation 4, Playstation 3, Xbox One, dan Xbox 360, sementara versi Wii U akan menyusul kemudian. Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah menurut Anda – Ubisoft telah menurunkan kualitas visual Watch Dogs berdasarkan gambar komparasi di atas?

Tak dapat dipungkiri bahwa persaingan konsol kini terpusat pada PlayStation 4 dan Xbox One. Meski masih ada Nintendo Wii U, nampaknya tak banyak pihak yang setuju bahwa konsol tersebut bisa menyaingi produk garapan Sony dan Microsoft.

Sejak PS4 dan Xbox One dirilis, banyak pihak yang berdebat soal mana yang lebih baik. Meski sama-sama bertitel next-gen, terbukti PS4 yang diakui sebagai konsol yang lebih bertenaga. Walaupun demikian, umur keduanya yang masih sangat muda membuat siapa pun belum bisa menarik kesimpulan mana yang lebih baik.

Yang menarik, baru-baru ini Sony dikabarkan segera membuat pengumuman tentang ‘senjata rahasia’ mereka untuk mengalahkan Xbox One! Laporan dari IGN menyebutkan bahwa pengumuman tersebut akan terjadi di Game Developers Conference pada 18 Maret 2014 mendatang.

Rumornya, Sony akan mengumumkan tentang headset berbasis Virtual Reality yang siap bersaing satu lawan satu dengan VR Oculus Rift.

Menurut Sony, pihaknya akan mendiskusikan tentang sebuah inovasi di PlayStation dan masa depan gaming. Memang tak banyak yang bisa digali dari pernyataan tersebut. Jika mengacu pada prediksi dari IGN, Sony akan mengumumkan tentang headset berbasis Virtual Reality yang siap bersaing satu lawan satu dengan VR Oculus Rift.

Menarik untuk menantikan senjata rahasia seperti apa yang akan menjadi andalan Sony dalam memenangkan persaingan melawan Xbox One. Kita tunggu saja penyelenggaraan GDC pada pekan depan. Pantau terus JagatPlay jika tak mau ketinggalan info terbarunya!

Linux, setelah sempat menjadi anak tiri dari industri game untuk waktu yang cukup lama, akhirnya tumbuh menjadi kekuatan baru yang sangat diantisipasi. Statusnya yang open-source dan distribusikan secara cuma-cuma sebenarnya membuatnya potensial, jika tidak karena kompleksitasnya di mata pengguna PC awam. Kini dengan keputusan Valve untuk mendasari dua produk utamanya: Steam Machine dan Steam OS pada Linux, dengan arahan dukungan Steam yang juga mengarah ke sana, Linux tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Dukungan dari developer dan publisher meluncur, termasuk dari salah satu developer yang terkenal lewat enginenya yang memukau – Crytek.

Setelah sempat mengungkapkan keinginannya di masa lalu, Crytek akhirnya mewujudkan mimpinya untuk mendukung Linux sebagai sistem operasi potensial di masa depan. Dalam sebuah press release resmi menyambut Game Developer Conference (GDC) 2014 yang akan diselenggarkan pada 19 Maret – 21 Maret 2014 mendatang, Crytek mengungkapkan bahwa mereka akan memperlihatkan untuk pertama kalinya, varian terbaru CryEngine yang akan mendukung Linux secara penuh. Walaupun belum jelas demo seperti apa yang akan ditunjukkan oleh engine teranyar ini.

Lewat sebuah rilis pers resmi, Crytek mengungkapkan bahwa mereka akan memperlihatkan varian CryEngine terbaru yang mendukung Linux secara penuh pada ajang GDC 2014 mendatang.

Dengan konfirmasi Crytek ini, masa depan gaming berbasis Linux tentu saja terlihat semakin cerah, setidaknya untuk memastikanya siap untuk berhadapan dengan game-game next-gen di masa depan. Dukungan secara penuh ini juga akan membuat SteamOS terlihat sebagai pilihan yang lebih menggiurkan, setidaknya di mata para gamer. Who’s next?

Sebuah game RPG yang menantang, luar biasa memukau di sisi visual dan desain, dan tampil menarik di mekanik gameplay yang disuntikkannya, The Witcher memang tumbuh menjadi primadona baru di genre yang satu ini. Pengakuan dari para kritikus dan gamer, sekaligus kesuksesan yang diwakili dengan angka penjualan yang terhitung manis, membuat The Witcher tampil tak ubahnya raksasa baru. Reaksi antisipasi yang begitu tinggi terhadap sang seri penutup dan next-gen pertama – The Witcher 3: Wild Hunt juga menjadi bukti yang valid. Namun jika Anda, seperti layaknya kami, yang menjadikan The Witcher 3 sebagai salah satu game yang paling ingin Anda mainkan saat ini, Anda tampaknya harus kecewa. Bersiaplah untuk kembali menguji kesabaran.

Benar sekali, terlepas dari gelombang penantian yang begitu masif, The Witcher 3: Wild Hunt secara resmi ditunda! Konfirmasi ini meluncur dari mulut sang developernya sendiri – CD Projekt Red sebuah rilis blog resmi. Sempat direncanakan akan dirilis di tahun 2014, ambisi CD Projekt untuk menciptakan dunia yang lebih luas dan kaya, konsep permainan yang lebih bebas dan kompleks, serta kualitas audio dan visual yang luar biasa akhirnya menghasilkan konskuensi tersendiri. CD Projekt meminta lebih banyak waktu untuk merampungkan The Witcher 3, hingga kualitas yang ditawarkan cukup untuk memuaskan mereka dan tentu saja kita sebagai calon konsumen.

Beralasan bahwa mereka masih membutuhkan banyak waktu untuk membangun The Witcher 3 hingga batas kualitas yang memuaskan, CD Projekt memastikan menunda perilisan The Witcher 3: Wild Hunt hingga Februari 2015 mendatang.

Karena alasan inilah, The Witcher 3: Wild Hunt akan ditunda selama satu tahun dan baru akan meluncur pada bulan Februari 2015 mendatang. Game ini sendiri rencananya hanya akan meluncur untuk platform next-gen: PC, Playstation 4, dan tentu saja – Xbox One.

Apakah Anda termasuk gamer yang kecewa dengan keputusan ini? Melihat sepak terjang CD Projekt selama beberapa tahun terakhir ini, kami sendiri yakin bahwa penundaan ini memang akan berbuah manis pada Februari 2015 mendatang, apalagi dengan segudang optimalisasi yang bisa mereka capai dengan platform generasi terbaru ini. Dan bagi Anda gamer PC? This is the right time to save some money and upgrade the hell out of your rig..

Apa yang Anda harapkan ketika mendengar game yang tengah Anda antisipasi saat ini ternyata membutuhkan storage yang sangat besar? Sebagian besar dari kita tentu saja akan mengambil sikap sangat memaklumi dan berharap bahwa kebutuhan akan kapasitas sebesar itu akan terbayarkan dengan kualitas gameplay yang ada. Karena seperti kebiasaan pada umumnya, kebutuhan seperti ini biasanya berisikan file-file tekstur dan efek yang tentu saja – relevan dengan peralihan generasi industri game saat ini. Namun hal ini ternyata tidak terjadi di Titanfall versi PC. Hampir 70% dari total kebutuhan data 50 GB yang ia usung ternyata berisi file audio saja. Apa yang sebenarnya terjadi? Respawn akhirnya memberikan sedikit gambaran.

Dalam wawancaranya dengan Eurogamer, kepala engineer Respawn – Richard Baker mengakui bahwa Titanfall versi PC memang menyuntikkan sekitar 35 GB file audio di dalamnya. Namun di saat yang sama, ia juga mengungkapkan justifikasi dari kebijakan yang mereka ambil ini. Baker menegaskan bahwa 35 GB file audio yang tidak mengalami kompresi ini semata-mata untuk membantu gamer PC dengan spesifikasi lebih rendah untuk dapat menikmati Titanfall dengan lebih optimal.

Respawn menjelaskan bahwa keputusan menyuntikkan 35 GB file audio ke Titanfall versi PC semata-mata untuk membantu gamer dengan spesifikasi yang rendah. File audio yang tidak dikompress berarti menihilkan kebutuhan CPU untuk melakukan proses decompress, yang membuatnya bisa lebih difokuskan untuk “menjalankan” Titanfall.

Dengan menyuntikkan file mentah audio seperti ini, CPU tidak akan dibebani dengan pekerjaan melakukan decompress file audio yang menurut Baker, bisa saja memakan satu core sendiri. Dengan logika CPU hanya bertugas menangani game, Titanfall akan berjalan lebih lancar di PC yang lebih lambat. Hal ini memang terbukti dengan kebutuhan spesifikasi minimal yang memang tidak seberat game-game dengan identitas “next-gen” yang lain.

Apakah ini termasuk alasan yang valid untuk “membenarkan” aksi 35 GB untuk file audio ini? Sayangnya bagi kami, yang sudah mencicipi Titanfall sendiri, tetap tidak bisa masuk dalam logika. Mengapa? Karena jika Respawn berangkat dari pertimbangan ini, mereka sebenarnya bisa menyiasati kebutuhan audio ini dengan memberikan opsi hanya meng-install bahasa yang Anda mengerti tanpa perlu memaksakan instalasi bahasa yang lain. Ini tentu akan membantu gamer menghemat jauh lebih banyak storage bagi gamer PC. Mereka seolah lupa bahwa ada gamer PC di luar sana yang juga harus berjuang dengan terbatasnya ruang data mereka.

Optimize it more, Respawn, please!

Dituduh merilis sebuah game yang sebenarnya belum rampung sepenuhnya ke pasaran, lebih banyak kritik memang meluncur ke arah EA setelah masalah Battlefield 4 yang tidak kunjung selesai. Walaupun sudah disuguhkan dengan beragam patch sejak rilisnya akhir tahun lalu, game FPS yang berfokus pada mode multiplayer ini ternyata masih mengalami beberapa masalah esensial – termasuk server di awal rilisnya. Hal ini tentu saja mengingatkan banyak gamer, pada kasus serupa di SimCity yang juga berada di bawah bendera EA. EA beralasan bahwa semua masalah ini terjadi karena satu kata – inovasi.

Absurd memang, namun inilah yang digunakan EA sebagai alasan utama. Dalam sesi tanya jawab yang ia selenggarakan via Twitter, CEO EA – Andrew Wilson menyebut bahwa sebagian besar permasalahan teknis yang terjadi di beberapa game rilis terbaru EA – Battlefield 4 dan SimCity terjadi karena inovasi yang berusaha disematkan EA di dalamnya. Wilson menyatakan bahwa proses membangun game bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, dan ketika inovasi berusaha disuntikkan di dalamnya, developer seringkali melupakan detail kecil yang lain karena terlalu berfokus di sana.

EA beralasan bahwa beragam permasalahan teknis yang terjadi di game-game rilis terbarunya seperti SimCity dan Battlefield 4 semata-mata terjadi karena inovasi yang berusaha disematkan di dalamnya.

Wilson juga menegskan bahwa EA akan belajar dan mengubah proses ini di masa yang akan datang supaya masalah yang sama tidak terjadi lagi. Berkaca dari apa yang terjadi, pernyataan dari Wilson ini tentu saja terhitung cukup absurd, mengingat ada begitu banyak game yang menawarkan inovasi di luar sana, namun tidak mengalami masalah seberat Battlefield 4 dan SimCity. Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah ada korelasi yang kuat antara inovasi dan masalah?

Flappy Bird sempat menghebohkan dunia mobile game karena kepopulerannya. Gameplay yang sederhana namun sangat adiktif disinyalir menjadi penyebab mengapa Flappy Bird begitu fenomenal.

Sayang, popularitas Flappy Bird tak bertahan lama karena sang creator, Dong Nguyen, menarik game tersebut dari toko aplikasi. Perlahan tapi pasti, ketenaran Flappy Bird pun mulai menurun.

Meski begitu, ada satu hal yang menarik terkait pernyataan dari Dong Nguyen baru-baru ini. Menurut si pria asal Vietnam dalam sebuah wawancara dengan majalah Rolling Stone, dirinya sedang mempertimbangkan untuk merilis ulang Flappy Bird ke App Store dan Google Play!

Jika hal itu benar-benar terjadi, Nguyen akan menambahkan semacam peringatan agar para gamer yang memainkannya meluangkan waktu sejenak untuk beristirahat. Tentunya Anda masih ingat saat Nguyen menyebutkan bahwa tingkat adiktif yang sangat tinggi adalah salah satu alasan ia menarik Flappy Bird dari peredaran.

Meski begitu, ada satu hal yang menarik terkait pernyataan dari Dong Nguyen baru-baru ini. Menurut si pria asal Vietnam dalam sebuah wawancara dengan majalah Rolling Stone, dirinya sedang mempertimbangkan untuk merilis ulang Flappy Bird ke App Store dan Google Play!

Apapun itu, kehadiran kembali Flappy Bird di ranah mobile mungkin tetap disambut antusias khususnya oleh mereka yang belum sempat mencicipinya. Bagaimana dengan Anda? Apakah saat ini Flappy Bird masih ter-install di perangkat Anda dan sering dimainkan?