Pemilihan Umum telah memanggil kita, seluruh rakyat menyambut gembira. Indonesia akhirnya kembali bersiap untuk menggelar pesta rakyat lima tahunan yang krusial, untuk memilih calon wakil rakyat yang akan merepresentasikan aspirasi dan kepentingan kita setidaknya selama lima tahun ke depan. Pemilu menjadi sebuah tonggak untuk menentukan arah gerak Indonesia untuk satu periode ke depan, penuh optimisme di bawah visi dan misi yang mungkin saja – lebih menyegarkan. Dibagi ke dalam dua fase, termasuk legislatif yang sudah akan dilangsungkan pada 9 April 2014 besok, Indonesia kini membuka opsi untuk masa depan yang lebih baik.
Pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga slogan-slogan anti korupsi, hampir sebagian besar partai politik yang ikut bertarung di pemilihan umum menyuarakan isu-isu krusial ini sebagai “daya tarik” utama. Menjual konsep penuh optimisme yang mungkin terdengar naif, partai politik berusaha menarik perhatian kelompok masyarakat yang memang dipengaruhi oleh isu tersebut secara langsung. Anehnya, hampir mustahil melihat partai politik yang menjadi teknologi sebagai fokus pengembangan hingga beberapa tahun ke depan. Sesuatu yang bisa dimaklumi mengingat status Indonesia sebagai negara berkembang, namun cukup disayangkan, mengingat jumlah penggila teknologi yang sebenarnya potensial untuk menjadi calon pemilih. Termasuk di dalamnya gamer.
Terlepas dari tingkat popularitas yang semakin tinggi sebagai bagian dari industri hiburan tanah air, gamer tidak pernah menjadi fokus sama sekali di mata pemerintah. Berbeda dengan negara maju lain yang mulai mengetatkan aturan, untuk setidaknya meminimalisir efek negatif yang mungkin muncul sekaligus membantu membangun industri game lokal sebagai bagian dari produk kreatif yang potensial, Indonesia tidak pernah ambil pusing. Bayangkan apa yang akan menjadi reaksi sebagian besar dari kita jika ada satu partai politik saja yang secara terbuka mengakui eksistensi para gamer dan melihatnya sebagai kelompok sosial yang pantas untuk diperhatikan. Sebuah imajinasi liar yang terkadang, tumbuh menjadi harapan.
Dari semua imajinasi yang bisa lahir, para politik sebenarnya punya kesempatan untuk menarik hati para gamer Indonesia yang jumlahnya cukup banyak hanya sekedar menawarkan janji. Janji seperti apa? Kami membayangkan dan merangkumnya untuk Anda ke dalam artikel ini. Inilah 10 janji partai politik yang menurut kami, menjadi impian para gamer selama ini!
10. Bangun Kawasan Komersial Khusus untuk Gamer
Sebuah daya tarik turis untuk semua gamer di seluruh dunia, konsep inilah yang akan menjadi timbal balik dari investasi membangun sebuah kawasan komersial khusus untuk gamer. Seperti halnya daya tarik dari kawasan serupa di Jepang – Akihabara, Anda tidak akan hanya menemukan pusat-pusat game arcade dengan teknologi mutakhir, tetapi juga beragam toko yang menjual merchandise-merchandise menarik, bahkan eksklusif untuk franchise-franchise game populer yang ada. Dengan kesempatan untuk mendapatkan game original dengan mudah, sekaligus membuka varian publisher atau vendor luar untuk masuk dan memasarkan produk andalan mereka, kawasan seperti ini akan menguntungkan jangka panjang. Tentu saja, jika dikelola dengan baik.
9. Call Centre Spec PC
Dari semua alternatif janji yang bisa ditawarkan, janji yang satu ini mungkin terdengar paling absurd, namun cukup efektif untuk menarik hati para gamer PC. Berapa banyak dari Anda yang seringkali bingung dengan performa perangkat komputer yang Anda miliki saat ini, apalagi jika dibandingkan dengan kebutuhan optimal yang dituntut oleh rilis game-game terkini. Menjadi sesuatu yang sangat biasa terlihat, dimana gamer mulai menjadikan komunitas dunia maya dan sosial media sebagai tempat bertanya paling efektif. Pertanyaan semacam, “Gan, PC ane bisa main game ini gak sih?” menjadi sesuatu yang seringkali ditemui. Bayangkan jika pemerintah mengakui “permasalahan” ini dan mulai membuka sebuah call centre khusus untuk menjawab pertanyaan gamer di seluruh Indonesia. Hanya sekedar memberi tahu apakah spesifikasi PC Anda bisa menangani game tertentu, atau mungkin mencari tanggal rilis game yang sudah lama Anda antisipasi.
8. Integrasi Gaming dan Pendidikan
Gaming saat ini masih diilihat sebuah media hiburan yang diciptakan untuk sekedar menawarkan kesenangan. Padahal jika menilik kebijakan negara-negara lain yang sudah maju, video game mulai diintegrasikan sebagai bagian dari pendidikan, terutama untuk memastikan anak didik mampu menangkap gambaran sebuah konsep dengan lebih baik lewat pengalaman yang menyenangkan. Sebagai contoh? Ketika belajar soal dilema sosial dan moral serta konsekuensi yang bisa ia hasilkan. Daripada membaca sebuah buku teks panjang yang isinya lebih banyak berputar dan menuntut Anda mengimaginasikan beragam skenario yang bisa tercipta, memainkan game-game seperti The Last of Us atau The Walking Dead bisa menjadi sarana yang tepat untuk berdiskusi. Beragam konflik yang ia tawarkan bisa menjadi bahan perbincangan yang akan menjadi sumber pemahaman yang lebih efektif.
7. Dukung e-Sports!
Sempat heboh di beberapa waktu yang lalu, scene e-Sports di Indonesia memang sempat tenggelam dan tidak lagi terdengar untuk beberapa saat. Namun nadi-nadi kebangkitan mulai terlihat setelah popularitas DOTA 2 kembali menggairahkan aura kompetitif dengan hadiah yang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Namun sayangnya, terlepas dari fakta bahwa negara-negara lain mulai menjadikannya sebagai fokus bahkan menjadikan e-Sports bagian dari olahraga resmi sekelas Catur, Indonesia seperti tidak peduli. Besarnya uang yang mungkin saja berputar di dalamnya tampaknya tidak terlalu menarik bagi pemerintah Indonesia untuk melirik pasar yang satu ini.