The Sims 4 Ternyata Punya Sistem Anti-Bajakan!
Universitas di Korea Selatan Buka Kelas Pelajari Playstation
Way of The Samurai 4 Menuju PC!
Penampakan Pertama Disgaea 5 untuk PS 4
Mighty No. 9 Justru Terinspirasi dari Onimusha?
Berapa Harga Satu Game Original Sebenarnya?
Film Shadow of the Colossus Dapatkan Sutradara Baru
Mortal Kombat X Dapatkan Tanggal Rilis Pasti!
Project Cars: PS4 Vs PC
Remedy Bicarakan Kemungkinan Alan Wake 2
Review Thermaltake TteSports Poseidon ZX: Lugas, Ringkas, Terjangkau!
Desain dan Fitur
Sebelum kita membahas Thermaltake Poseidon ZX secara lebih mendalam, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu perbedaan antara setiap varian produk Poseidon yang diluncurkan oleh Thermaltake selama beberapa tahun terakhir ini. Thermaltake Poseidon merupakan keyboard mekanikal mainstream dengan beragam ekstra fitur, namun ditawarkan di range harga normal. Untuk membuatnya lebih terjangkau, Thermaltake merilis sebuah varian baru yang secara garis besar mirip – Poseidon Z. Bedanya? Ia ditawarkan di harga yang lebih terjangkau, berkat implementasi teknologi switch pabrikan China. Jika Poseidon masih bertahan dengan si “raja” – Cherry MX dari Jerman, Poseidon Z sudah beralih ke Kailh Switch dari China. Ia bahkan diklaim sebagai salah satu keyboard mekanikal termurah di pasaran saat ini. Lantas, apa yang ditawarkan oleh varian baru Thermaltake Poseidon ZX ini? Secara kasat mata, ia memang masih mendukung desain standar sebuah keyboard Poseidon yang selama ini kita kenal, dengan LED berwarna biru yang menjadi identitas utama.Bedanya? Thermaltake Poseidon ZX didesain sebagai sebuah keyboard mekanikal Tenkeyless (TKL), yang berarti Anda tidak akan lagi menemukan bagian numpad di keyboard yang satu ini. Dengan hilangnya satu sesi ini, Thermaltake Poseidon ZX tampil jauh lebih ringkas. Namun menariknya, ia tetap mengusung ukuran tuts normal sebuah keyboard mainstream, memastikan bahwa pengalaman menggunakannya akan tampil konsisten dan tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi. Jari Anda akan menari dengan bebas sejak pertama kali Anda menggunakannya. Dari sisi desain sendiri, ia terhitung sebagai sebuah keyboard yang minim kosmetik. Selain LED biru yang menyala terang bagaikan laut, yang mendukung tema nama utama yang ia usung, Thermaltake Poseidon ZX terlihat elegan. Anda hanya akan bertemu dengan satu logo kecil di bagian spasi, dan logo Thermaltake di atas bagian Arrow key. Tidak lebih. Lantas, spesifikasi seperti apa yang ditawarkan oleh Thermaltake Poseidon ZX ini? Berikut adalah spesifikasi lengkap dari situs resmi Thermaltake:- Color: Black
- No. Macro Keys: N/A
- No. Game Profiles: N/A
- Graphical UI: No
- Weight: 970 Grams
- Gold-Plated USB: Yes
- Dimension: 363 x 143 x 40MM
- Interface: USB
- Membrane, Mechanical, Plunger: Mechanical
- On-Board Fan Device: No
- Anti-Ghosting Keys: Full N-Key Rollover
- On-Board Memory Size: N/A
- Back-Light: Yes, Full Back-Light
- Wrist Rest: No
- Smart Cable Management: Yes
- USB Cable Detachable: No
- Multimedia Keys: 7
- On-Board USB Port: No
- Keystroke Lifecycle: 50 Million
- Cable Length: 1,8 M
Thermaltake Poseidon ZX, Seberapa Nyaman?
Secara garis besar, pengalaman menggunakan Thermaltake Poseidon ZX sendiri memang tidak banyak berbeda dengan sensasi kenyamanan yang ditawarkan oleh Poseidon Z. Identitasnya sebagai sebuah keyboard TKL memang membuatnya terlihat jauh lebih ringkas dan kecil dibandingkan varian produk yang lain, namun tidak lantas berpengaruh langsung pada pengalaman Anda menggunakannya. TKL benar-benar hanya membuang bagian numpad dan memastikan tidak ada ekstra tombol untuk mendukung desain lebih padat, sementara semua bagian lain, dipertahankan layaknya sebuah keyboard mekanikal normal. Ukuran tuts, jarak antara tuts, dan beragam fungsi lain tetap dipertahankan. Hasilnya? Anda bisa menggunakannya secara optimal sejak hari pertama Anda menggunakannya. Tidak ada perasaan canggung. Sayangnya, usaha untuk melahirkan sebuah keyboard ringks juga berarti “mematikan” beberapa fitur lain yang mungkin seringkali dilihat sebagai sebuah standar tersendiri, dari ketersediaan slot USB untuk memudahkan Anda mengaplikasikan peripheral lain ke dalamnya, hingga ekstra tombol yang selama ini mungkin dilihat esensial untuk fungsi makro. Thermaltake Poseidon ZX tidak menawarkan semua fitur ini untuk memastikan desain keyboard TKL yang tetap bertahan dengan identitas utamanya. Dengan absennya ekstra tombol, Thermaltake Poseidon ZX juga didukung dengan perangkat lunak apapun yang memungkinkan modifikasi fungsi makro. Pengaturan intensitas cahaya LED dan berbagai fungsi multimedia sudah disematkan dalam bentuk shortcut di deretan tombol teratas. Dengan desain dan fitur seperti ini, sangat jelas bahwa Thermaltake Poseidon ZX memang didesain sebagai sebuah keyboard gaming dengan nilai jual yang sederhana, ditujukan untuk gamer yang punya mobilitas yang tinggi. Lebih kecil, lebih ringan, mudah dibawa kemanapun Anda butuhkan, dan selalu bisa diandalkan, Thermaltake Poseidon ZX akan berperan tak ubahnya sebuah senjata yang bisa Anda andalkan dimanapun. Satu yang pasti, Thermaltake Poseidon ZX didesain untuk memastikan setiap perintah yang Anda lontarkan, seberapa cepat pun, akan mampu dieksekusi secara akurat berkat imlepementasi fitur anti-ghosting yang pantas untuk diacungi jempol. Dikombinasikan dengan Blue Switch yang populer, Thermaltake Poseidon ZX menghadirkan sensasi tactile yang maksimal, nyaman, dengan akurasi respon yang selalu bisa diandalkan, dari sekedar melakukan tugas-tugas yang produktif hingga tentu saja, bermain game. Berapa cepatpun jari Anda bergerak, Thermaltake Poseidon ZX akan mampu memastikan setiap perintah yang dilontarkan berakhir menjadi hal yang Anda inginkan. Namun ingat, terlepas dari sensasi “surga” Blue Switch di tangan Anda, ia juga dikenal sebagai varian switch dengan tingkat kebisingan super tinggi. Bunyi yang dimunculkan mungkin akan terdengar tak ubahnya musik bagi si user, namun bisa berujung menjadi polusi tersendiri bagi orang-orang yang berada di sekitar Anda. Blue Switch terasa begitu nyaman ketika kami menjajal beberapa game yang tengah populer di pasaran saat ini. Kami menjajal Thermaltake Poseidon ZX di DOTA 2 sebagai ujung tombak genre MOBA, Dead Rising 3 – game third person shooter yang fun, serta Lichdom: Battle Mage – sebuah game first person berbasis magic yang cukup unik di industri game. Hasilnya? Luar biasa. Untuk game-game First Person dan Third Person yang memang tidak membutuhkan gerak cepat dan peralihan dari satu key ke key lainnya, Thermaltake Poseidon ZX mampu berjalan begitu sempurna, tanpa masalah. Hal yang sama, secara fantastis juga terjadi di DOTA 2. Bermain sebagai Meepo yang selama ini dikenal sebagai Hero yang membutuhkan peralihan key super cepat, Thermaltake Poseidon ZX akan memastikan tidak ada satupun perintah yang terlewatkan. Secara garis besar, Thermaltake Poseidon ZX membuktikan diri sebagai sebuah keyboard mekanikal TKL yang bisa diandalkan.Claire Redfield Kembali di Resident Evil: Revelations 2
- Claire Redfield dipastikan kembali sebagai karakter protagonis utama yang akan dikendalikan oleh gamer sendiri. Okabe menyebut Claire sekarang sebagai seorang veteran yang berpengalaman. Beberapa screenshot dari majalah juga memperlihatkan desain yang kini lebih dewasa.
- Tidak hanya sendiri, perjalanan Claire akan dibantu oleh karakter baru bernama Moira Burton. Benar sekali, Moira Burton merupakan anak perempuan dari Barry Burton, salah satu karakter legendaris Resident Evil.
- Mode campaign bisa dimainkan secara single player ataupun co-op multiplayer.
- Claire lebih difokuskan utnuk bertempur, sementara Moira adalah karakter AI yang tugasnya sebagai support. Moira akan memberikan herbs, senter, atau apapun yang dibutuhkan oleh Claire.
- Status Game Over akan ditentukan dari keselamatan Claire sendiri, tidak Moira. Tetapi Moria akan berusaha untuk memastikan Claire tetap selamat, sembari menyembuhkan dirinya sendiri.
- Setting yang diusung adalah sebuah pulau fasilitas detensi.
- Timeline cerita akan berada di antara cerita Resident Evil 5 dan Resident Evil 6.
- Cerita Resident Evil: Revelations 2 akan dibuka dengan adegan Claire dan Moira yang diculik secara misterius.
- Seperti halnya RE: Revelations pertama, gameplay akan lebih difokuskan pada atmosfer survival-horror.
- Akan ada tipe musuh baru yang terlihat seperti zombie, tapi berujung pada sesuatu yang berbeda.
- Musuh akan bergerak cepat dan mampu menghasilkan damage sangat besar pada Claire. Karena hal inilah, Claire akan lebih didorong untuk menundukkan mereka secara stealth atau take down, demi menjaga jumlah peluru.
- Resident Evil: Revelations 2 akan berjalan di 1080 60fps di PC, Playstation 4, dan Xbox One. Belum jelas berapa resolusi dan framerate untuk konsol generasi sebelumnya.
Ryse: Son of Rome Turunkan Spesifikasi PC!
Sejak ia diumumkan sebagai salah satu game eksklusif rilis untuk Xbox One, Ryse:Son of Rome memang diposisikan sebagai sebuah “demo” visualisasi untuk konsol generasi terbaru dari Microsoft tersebut. Crytek sendiri menyematkan generasi varian CryEngine terbaru yang belum pernah diadaptasikan di game apapun sebelumnya, memperlihatkan detail yang luar biasa. Walaupun sempat dikritik karena gameplay yang disebut monoton, Ryse: Son of Rome mengeksekusi “tugasnya” dengan sangat baik. Kini, tidak hanya Xbox One yang akan menjadi saksi tersebut, tetapi juga PC. Crytek sendiri memang sudah memastikan proses port yang ada.
Selain memberikan tanggal rilis pasti, Crytek juga sempat merilis detail spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk dapat memainkan game ini secara optimal. Namun sayangnya, informasi ini justru berpotensi membingungkan. Apa pasal? Spesifikasi yang mereka rekomendasikan ternyata tidak ditujukan hanya untuk memastikan game ini bisa berjalan di setting terbaik, tetapi juga di resolusi 4K. Pertanyaan terbesar menjadi tidak terjawab, spesifikasi seperti yang harus disiapkan gamer jika mereka tidak memiliki monitor 4K, yang tentu saja menjadi mayoritas. Sebagai respon atas reaksi ini, Crytek akhirnya membenahi informasi spesifikasi yang ada menjadi tiga bagian. Apa saja?
Minimum Requirements:
- CPU: Dual core with HyperThreading technology or quad core CPU. Examples: Intel Core i3 2.8 GHz (3220T) or AMD Phenom II X4 3.2 GHz (945)
- Memory: 4 GB RAM.
- GPU: DirectX 11 graphics card with 1 GB video RAM. Examples: NVIDIA GeForce GTX 560 or AMD Radeon HD 7770
- OS: 64 bit Windows (Vista, 7, 8)
- HD: 26GB
Recommended Requirements:
- CPU: Quad Core or Six Core CPU. Examples: Intel Core i5 3.3 GHz (2500k) or AMD FX-6350 3.9 GHz
- Memory: 8 GB RAM
- GPU: DirectX 11 graphics card with 2 GB video RAM. Examples: NVIDIA GeForce GTX 660Ti or AMD Radeon 260x or 7850
- OS: 64 bit Windows (Vista, 7, 8)
- HD: 26GB
Recommended Requirements (4K Gameplay):
- CPU: Quad Core or Eight Core CPU. Examples: Intel Core i7 3.5 GHz (2700k) or AMD FX-8350 4.0 GHz
- Memory: 8 GB RAM
- GPU: DirectX 11 graphics card with 4 GB video RAM. Examples: NVIDIA GeForce GTX 780/ Titan or AMD Radeon 290x
- OS: 64 bit Windows (Vista, 7, 8)
- HD: 26GB
Bagiamana dengan PC Anda sendiri? Kini kuat untuk menangani Recommended Requirements yang baru?
Maxis: Tidak Akan Ada Sims 5 Jika Sims 4 Gagal!
ESPN: eSports itu Bukan Olahraga
JagatPlay NgeRacau: Video Game itu Biang Masalah!
Tuduhan dengan Dasar
Dari kacamata orang awam, yang mungkin juga kemakan usia dan enggak terlalu ngerti teknologi, video game selalu jadi porsi kekhawatiran sendiri, apalagi kalau udah jadi hobi orang-orang yang dia cintai. Fakta kalau gamer seringkali ngelupaiin waktu, terlalu fokus untuk sesuatu yang sekedar disebut sebagai “hobi”, bahkan ngehabisin uang banyak karenanya dillihat sebagai sebuah simtom yang mengkhawatirkan. Hal ini makin parah kalau ini dilakuin oleh orang dewasa, dengan anggap kalau video game itu lebih cocok buat anak-anak. Tapi terlepas dari berbagi tuduhan yang terdengar sangat “ofensif”, ada beberapa yang memang diselingi argumen yang cukup berdasar dan mungkin aja memang dialamin oleh beberapa gamer di luar sana.Gamer itu Anti-Sosial
“Ansos lu!”, ini mungkin jadi prejudice yang sering banget dilemparin orang awam buat gamer yang kayaknya “keserap” banget sama game yang lagi mereka mainin. Kalau dilihat sepintas, ini stigma memang ada benernya juga, kalau kita mau ngomong jujur. Gimana enggak? Bayangin aja, untuk nyelesaiin sebuah game favorit kita, apalagi JRPG, kita bisa butuh waktu sekitar 20-50 jam. Waktu yang tentu aja kagak cepet, apalagi kalau kita juga disibukin sama kegiatan sehari-hari yang nyita waktu. Hasilnya? Setiap kali ada waktu, kita fokus buat nyelesaiin game ini. Durasi main sekitar 6-8 jam setiap kali main dengan mudah dijabanin. Efek yang bahkan lebih dahsyat juga dirasaiin di game-game online macam DOTA 2 yang bisa bikin kita betah 12 jam depan komputer, enggak lihat sinar matahari sama sekali. Enggak heran dicap anti-sosial, karena video game memang simply bikin kita enggak ada waktu buat bersosialisasi sama orang lain, ketemu langsung, dan berinteraksi secara fisik. Berbulan-bulan enggak ketemu temen pas weekend? We can bear with that..Video Game Bikin Kesehatan Buruk
Memang sih, sulit untuk diakuin, tapi intensitas gaming itu juga memang erat hubungannya sama kesehatan. Kita enggak cuman ngomongin gimana kita ngehabisin 12 jam tanpa ngelihat sinar matahari sama sekali, yang kadang dilakuin berkala juga, tapi semua efek jangka panjang yang mungkin muncul. Satu yang pasti, udah pasti soal mata. Ngelihatin layar monitor atau televisi dalam jangka waktu panjang, udah jadi semacam ramalan, kalau kita bakalan rabun jauh dan berujung pada kacamata. Duduk di depan monitor juga berarti minim aktivitas fisik. Obesitas jadi masalah klasik, sama tubuh yang pelan tapi pasti, udah enggak kuat buat ngejalanin aktivitas yang kayaknya di orang lain, terasa gampang banget dilakuin. Pelan tapi pasti, kalau sampai lupa makan dan minum juga, lambung dan ginjal juga bisa jadi masalah. Semata-mata muncul karena game yang lu mainin, memang sulit ditolak, bahkan untuk urusan sedetik pun.Konsentrasi yang Terbagi
Kadang bisa disebut nguatin, kadang disebut ngelemahin. Video game emang jadi pedang bermata dua untuk urusan yang satu ini. Fakta kalau video game secara konsisten minta lu buat ngikutin instruksi di layar, merhatiin, dan laksanaiin secara teori, memang seharusnya bikin konsentrasi lu ningkat. Tapi faktanya, dia justru jadi pengalih konsentrasi yang berbahaya, apalagi kalau buat anak-anak.. Gara-gara rasa penasaran atau ngebet pengen nyelesaiin game yang lagi dimainin, enggak heran kalau anak-anak kadang ngebawa pikiran soal video gamenya, bahkan ke sekolah. Fokus otaknya sekarang jadi “Entar kalau udah di rumah, gua gimana cara nyelesaiin puzzle yang ini yak?”, dengan pikiran yang terus berputar di sana-sana aja. Hasilnya? Apa yang lagi dijelasin sama guru di depan papan tulis kagak ada yang nyangkut sama sekali. Enggak cuman anak-anak, ini masalah juga kadang terjadi sama orang dewasa. Penasaran dan rela buat mainin game sampai larut malam, bahkan pagi, bikin waktu tidur jadi makin nipis dan enggak bisa akomodir kebutuhan butuh yang notabene butuh istirahat. Ketika di kantor atau lagi kuliah, otak juga gak mampu lagi jaga kondisi “waspada” untuk menaruh perhatian pada apapun. Simply yang dibutuhin, cuman tidur.Pemalas
Berhubungan erat sama point yang sebelumnya, karena energi yang kurang dan kesulitan buat berkonsentrasi inilah, gamer terus dicap jadi pemalas. Gamer jadi enggak punya cukup tenaga buat fokus nyelesaiin beragam kewajiban yang dilemparin ke mereka, baik di sekolah maupun tempat kerja. Hasilnya? Dicap tidak kompeten dan pemalas di saat yang sama.Belajar Ngomong Kotor!
Game Online itu memang enggak pernah didesain untuk anak yang enggak cukup umur, yang sayangnya, enggak pernah jadi pusat perhatian di Indonesia. Banyak orang tua yang masih awam sama masalah ini dan ngebebasin anaknya nyicipin game online lokal, terlepas dari fakta kalau rating umur enggak berlaku di sono. Alhasil? Pergaulan anak yang awalnya sehat-sehat aja secara fisik, mulai ngeadopsi begitu banyak bahasa kotor lewat interaksi di dunia maya. Anonimitas dalam dunia maya emang bikin orang-orang jadi bebas ngebacot apapun, sekasar apapun, tanpa ada konsekuensi yang nyata sama sekali. Alhasil? Anak-anak yang selama ini tutur bahasanya bagus dan sopan, mulai belajar kata-kata enggak pantas yang sering banget dikeluarin buat ninggalin kesan “tough”. Kalau yang satu ini, emang bikin ngelus-ngelus dada tetangga dah.Senjata Mutakhir Militer AS Dikendalikan Dengan Kontroler Xbox 360
Idol AKB48 Ikut Promosikan Super Smash Bros. 3DS
Sony Umumkan Jajaran Game untuk Tokyo Game Show 2014
PlayStation 4
- Astebreed (Playism)
- Bladestorm: The Hundred Years’ War & Nightmare (Koei Tecmo)
- Bloodborne (SCE)
- Dead or Alive 5: Last Round (Koei Tecmo)
- Destiny (SCE)
- Disgaea 5 (NIS)
- Dragon Ball Xenoverse (Bandai Namco)
- Driveclub (SCE)
- Earth Defense Force 4.1: The Shadow of New Despair (D3 Publisher)
- EA Sports UFC (EA)
- The Evil Within (Bethesda Softworks)
- FIFA 15 (EA)
- Guilty Gear Xrd: Sign (Arc System Works)
- LEGO Movie: The Game (Warner Bros.)
- LittleBigPlanet 3 (SCE)
- Minecraft: PlayStation 4 Edition (Mojang)
- Octodad: Dadliest Catch (Young Horses)
- Omega Quintet (Compile Heart)
- One Upon Light (Singapore University of Technology and Design)
- The Order: 1886 (SCE)
- The Playroom (SCE)
- Pro Evolution Soccer 2015 (Konami)
- Resident Evil: Revelations 2 (Capcom)
PS Vita
- Airship Q (Cygames)
- Chaos Rings III: Prequel Trilogy (Square Enix)
- Deadman’s Cross (Square Enix)
- Deemo: Last Rehearsal (Rayark)
- Dengeki Bunko Fighting Climax (Sega)
- God Eater 2: Rage Burst (Bandai Namco)
- Gundam Breaker 2 (Bandai Namco)
- Jikkyou Powerful Pro Yakyuu 2014 (Konami)
- The Legend of Heroes: Sen no Kiseki II (Falcom)
- Minecraft: PlayStation Vita Edition (Mojang)
- Murasaki Baby (SCE)
- OlliOlli (Roll7)
- Phantasy Star Nova (Sega)
- TorqueL (Playism)
- Samurai Warriors Chronicles 3 (Koei Tecmo)
PlayStation 3
- Kingdom Hearts HD 2.5 Remix (Square Enix)
- Tales of Zestiria (Bandai Namco)