Lords of the Rings boleh terbilang sebagai salah satu karya yang seringkali diadaptasikan oleh industri hiburan modern. Semesta kompleks yang diciptakan Tolkien ini tidak hanya dilahirkan kembali dalam wujud sebuah film Hollywood berbudget besar yang epik, tetapi juga video game. Menariknya lagi, pendekatan berbeda terus dilakukan, melahirkan varian game Lords of the Rings dari beragam genre, dari sekedar action hack and slash, RPG, MMO, hingga MOBA sekalipun. Pendekatan baru ditawarkan oleh developer dari seri game FPS ternama F.E.A.R – Monolith. Lewat proyek Middle-earth: Shadow of Mordor, mereka menjajal sebuah konsep Lords of the Rings yang berbeda dan unik di saat yang sama.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran tentang konsep seperti apa yang ditawarkan oleh Shadow of Mordor ini. Dilepas begitu saja di medan pertempuran Mordor yang berbahaya, gamer memang sudah diberi kebebasan untuk melakukan eksplorasi dengan optimal sejak awal permainan. Mekanik pertempuran yang intuitif dan mungkin terasa familiar untuk gamer yang sempat menjadi seri Batman Arkham di masa lalu menjadi nilai jual tersendiri. Didukung dengan kualitas visual yang cukup memanjakan mata, Shadow of Mordor berhasil menawarkan kesan pertama yang begitu kuat. Apalagi implementasi Nemesis System-nya yang terhitung luar biasa.
Lantas, bagiamana dengan performa game ini secara keseluruhan? Mengapa kami menyebutnya sebagai salah satu game open-world terbaik? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
↧
Review Shadow of Mordor: Salah Satu Game Open-World Terbaik!
↧
Grid Autosport Kini Dukung Oculus Rift
Versi PC dari Grid Autosport kini telah di-update untuk memungkinkan penggunaan Oculus Rift. Hal itu tentunya ditujukan agar para gamer bisa merasakan pengalaman gaming dengan sentuhan virtual reality di genre racing.
Meski begitu, menurut Codemasters fitur baru tersebut masih dalam tahap eksperimen. Karena itu, tak heran jika crash menjadi sesuatu yang sering ditemui ketika mencobanya, misalnya saat gamer mengganti resolusi atau mengubah ukuran window.
“Kami telah memikirkan VR selama beberapa waktu dan telah mencapai tahap dimana kami percaya ini bisa berjalan dengan baik, dan kami memutuskan untuk memungkinkan Anda merasakannya sendiri. Jika Anda memiliki Oculus Rift dan ingin mencobanya, Anda bisa mengikuti instruksinya langkah demi langkah,” ujar pihak Codemasters.
Gamer dianjurkan untuk memainkan Grid Autosport di setting ultra-low untuk memastikan PC mereka bisa menjalankannya di frame rate yang seharusnya, yakni 60fps untuk DK1 dan 75fps untuk DK2. Update yang memungkinkan penggunaan Oculus Rift sendiri rencananya akan dirilis melalui Steam di pekan ini.
Bermain game racing menggunakan perangkat virtual reality? Bagaimana menurut Anda?
↧
↧
The Flame in the Flood – Game Baru Racikan Mantan Dev. Bioshock
Sungguh sebuah keputusan yang irasional bagi 2K untuk akhirnya membubarkan Irrational Games, tim yang bertanggung jawab atas kesuksesan franchise Bioshock di masa lalu. Walaupun si seri terbaru – Bioshock Infinite mendapatkan respon yang sangat positif, Ken Levine sebagai tulang punggung studio lebih memilih untuk mengejar proyek game berbasis narasi dalam skala yang lebih kecil. Dengan pecahnya Irrational Games, para talenta yang sempat bernaung di bawah bendera mereka pun menyebar. Salah satu proyek terbaru mereka yang pantas untuk diantisipasi? The Flame in the Hood!
The Flame in the Hood sendiri akan dikembangkan via proyek Kickstarter, yang berarti berdasarkan donasi dari para gamer sendiri. Ia sendiri akan mengambil genre survival sebagai basis, dimana tugas Anda hanya berusaha untuk bertahan hidup dalam sebuah kondisi ekstrim, konsep sama yang sempat ditawarkan oleh games perti Don’t Starve. Bedanya? Anda akan berhadapan dengan terrain yang beragam, termasuk aliran sungai deras yang tampaknya akan menjadi kunci tersendiri. Anda akan berperan sebagai seorang karakter bernama Scout dan anjing peliharaannya – Aesop. Mencari sumber daya, menciptakan peralatan yang lebih baik, menghindari predator, dan melawan penyakit akan menjadi kunci permainan game yang satu ini.
Developer yang menamakan dirinya – The Molasses Flood ini sendiri meminta pendanaan sekitar USD 150.000 dalam 1 bulan ke depan. Konsepnya yang kuat ternyata efektif untuk menarik para donatur. Hanya dalam waktu singkat, mereka sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 1/3 dana yang dibutuhkan. Besar kemungkinan, The Flame in the Flood akan dirilis ke pasaran di masa depan.
The Flame in the Flood sendiri rencananya akan dirilis pada Juli 2015 mendatang, untuk PC dan Mac. Looks awesome!
↧
Spesifikasi PC untuk Sleeping Dogs: Definitive Edition
Kritik memang mengemuka, namun fakta di pasaran dengan jelas memperlihatkan bahwa game-game yang mendapatkan perlakuan HD Remaster ternyata cukup sukses di pasaran. Tidak hanya terjadi di game-game yang sudah dirilis lama, game-game yang berumur di bawah 2 tahun seperti The Last of Us dan Tomb Raider ternyata juga memperlihatkan penjualan yang cukup fantastis. Square Enix kini berusaha menjajal peruntungannya kembali lewat salah satu game open world unik – Sleeping Dogs. Mengumumkan versi Definitive Edition, Sleeping Dogs siap tampil dengan ekstra fitur visual yang lebih memanjakan mata.
Berbeda dengan Tomb Raider Definitive Edition yang hanya meluncur untuk konsol generasi terbaru – Playstation 4 dan Xbox One, Square Enix memutuskan untuk merilis Sleeping Dogs Definitive Edition juga untuk platform terkuat di pasaran saat ini – PC. Peningkatan kualitas tekstur, tata cahaya yang lebih baik, kota yang terasa lebih padat lewat jumlah penduduk yang ditingkatkan, serta memuat semua DLC yang sempat dirilis sebelumnya menjadi nilai jual utama. Lantas seberapa signifikan peningkatan yang terjadi? Setidaknya kebutuhan spesifikasi PC-nya meningkat dari versi original yang dirilis 2012 silam.
Minimum Requirements:
- OS: Windows Vista 64bit, Window 7 64bit, Windows 8 64bit
- Processor: Core 2 Duo 2.4GHz or Athlon X2 2.7GHz
- Memory: 4 GB RAM
- Graphics: DirectX 10 or 11 compatible card, ATI Radeon 3870 or higher, NVIDIA GeForce 8800 GT or higher with 512MB graphics memory, Intel HD Graphics 2500 or higher
- DirectX: Version 10
- Hard Drive: 20 GB available space
- Sound Card: DirectX compatible sound card
Recommended Requirements:
- OS: Windows Vista 64bit, Window 7 64bit, Windows 8 64bit
- Processor: Core i5-2300, Phenom II X4 940 or better
- Memory: 8 GB RAM
- Graphics: DirectX 10 or 11 compatible card, ATI Radeon 7750, NVIDIA GeForce GTX 560 or higher with 1GB graphics memory, Intel HD Graphics 4000 or higher
- DirectX: Version 11
- Hard Drive: 20 GB available space
- Sound Card: DirectX compatible sound card
↧
Dragon Age: Origins Original GRATIS di Origin Sekarang!
Kabar baik bagi Anda yang ingin menambah daftar game original di akun Origin Anda. Game RPG garapan BioWare, Dragon Age: Origins, bisa diunduh secara gratis mulai hari ini hingga 14 Oktober 2014 mendatang!
Seperti diketahui, Dragon Age: Origins pertama kali diluncurkan pada November 2009 lalu untuk PlayStation 3, Xbox 360, dan PC. Game ini mendapat tanggapan yang sangat positif dari para pencinta RPG dan reviewer di website game internasional.
Status gratis yang diberikan kepada Dragon Age: Origins merupakan bagian dari program On The House di Origin. Gamer bisa mengunduh game tanpa dipungut biaya. Perlu diketahui pula, setiap game yang muncul di On The House bukan bersifat trial atau demo. Sekali Anda mengklaimnya, game tersebut selamanya jadi milik Anda.
Sebelum Dragon Age: Origins, program On The House di Origin telah menghadirkan beberapa game menarik. Sebut saja Dead Space, Plants vs Zombies, Battlefield 3, Peggle, Wing Commander III, dan Bejeweled 3. Bagi Anda yang tak mau ketinggalan, langsung saja login ke akun Origin Anda!
↧
↧
The Evil Within versi PC Dikunci di 30fps
Sebagian besar gamer PC saat ini mungkin tengah mempersiapkan rig andalan mereka masing-masing untuk menyambut salah satu game survival horror yang paling diantisipasi – The Evil Within. Sebagai game yang dirilis secara multiplatform, PC tentu saja punya kesempatan untuk mencicipi game ini dalam kualitas visual dan pengalaman bermain paling optimal. Berita buruknya? Memaksimalkan game ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Lewat dua informasi yang mereka rilis secara terpisah, The Evil Within menuntut spesifikasi PC yang tidak main-main. 4 GB VRAM, 50 GB HDD, dan i7? Sayangnya, memenuhi semua hal ini ternyata tidak menjamin Anda bisa menikmati framerate lebih tinggi. Bethesda mengkonfirmasikan akan mengunci framerate The Evil Within versi PC di 30fps.
Keputusan ini disebut-sebut diambil sendiri oleh sang kreator – Shinji Mikami dan developer racikannya – Tango Gameworks. Oleh karena itu, The Evil Within versi PC akan terkunci di 30fps, terlepas dari seberapa kuatnya rig yang Anda miliki. Untuk mereka yang mengejar framerate lebih tinggi, Bethesda akan menyediakan perintah debug, namun kembali , menegaskan bahwa mengubah perintah ini sama sekali tidak direkomendasikan dan didukung. Mereka menyarankan gamer PC untuk bertahan di 30fps, untuk menikmati pengalaman yang berusaha ditawarkan oleh Mikami sendiri. Bethesda juga memungkinkan gamer untuk menikmati The Evil Within ini di resolusi monitor yang lebih tinggi.
The Evil Within sendiri siap meluncur pada 14 Oktober 2014 ini, untuk Playstation 3, Playstation 4, Xbox One, Xbox 360, dan tentu saja – PC.
What the hell, id Tech 5..
↧
Rilis Game Racing Eksklusif PS 4 – Driveclub Bermasalah!
Sempat disebut-sebut sebagai salah satu game yang akan membantu penjualan Playstation 4 di awal rilis, Driveclub memang harus diakui menjadi game racing yang cukup diantisipasi. Ia diperkenalkan sebagai sebuah game “social racing” yang berfokus pada fungsi multiplayer yang ada. Tampil kian menarik, Sony dan sang developer – Evolution Studios bahkan berencana untuk merilisnya sebagai game “gratis” untuk para pemilik PS Plus. Sempat direncanakan meluncur akhir tahun lalu, Driveclub mengalami penundaan selama 1 tahun hingga akhirnya dirilis secara resmi belum lama ini. Namun sayangnya, ekstra waktu 1 tahun ini teranyata tidak bisa membuat Driveclub berbicara banyak. Ia justru mengalami masalah rilis awal yang terhitung fatal.
Apalah artinya sebuah game yang berfokus pada fitur online jika server yang ditawarkan developer ternyata belum cukup kuat untuk memfasilitasi animo yang ada? Masalah inilah yang terjadi dengan Driveclub. Seolah tidak siap, sebagian besar gamer ternyata tidak bisa terkoneksi dengan server, baik mereka yang membeli versi fisik atau yang menikmati versi “gratis” dari PS Plus. Semua fitur andalan yang seharusnya hanya bisa dinikmati secara online dan menjadi kekuatan utama, tidak bisa diakses hingga saat ini. Evolution Studios akhirnya memilih untuk menunda rilis Driveclub untuk region Amerika Serikat dan Eropa hingga batas waktu yang belum ditentukan. Sementara region Asia sudah bisa mengunduh game ini, namun tetap tidak bisa terhubung secara online.
JagatPlay sendiri sebenarnya juga sudah menjajal game ini sejak 2 hari yang lalu dan berharap bisa melemparkan review versi gratis PS Plus secepat mungkin. Namun apa yang kami dapati? Sejak awal memainkannya hingga artikel ini ditulis, Driveclub kami belum bisa terkoneksi sama sekali dengan Social Hub yang ada. Padahal sang developer mengklaim bahwa fitur online adalah intisari dari Driveclub sendiri. Menikmati game ini secara offline? Kesempatan tersebut memang tersedia, namun tentu saja, tidak akan seseru dan semenyenangkan mengadu kecepatan dengan gamer di seluruh dunia.
Oh, Sony.. what a dissapointment..
↧
Square Enix Bantah FF Type-0 HD Akan Hijrah ke PC
Siapa yang pernah menyangka bahwa kata Final Fantasy XIII dan PC bisa berada di dalam satu kalimat yang sama. Benar sekali, game yang selama ini selalu diidentikkan sebagai game konsol ini akhirnya siap meluncur ke PC, dalam format trilogi. Bahkan sang seri pertama sudah siap hadir dalam waktu yang tidak lama lagi. Fakta ini tidak hanya membuat sebagian besar gamer PC berbahagia, tetapi juga menumbuhkan harapan bahwa proses port serupa juga akan terjadi di seri-seri Final Fantasy terbaru selanjutnya. Final Fantasy XV atau Final Fantasy Type-0 HD untuk PC? Mimpi yang mulai terasa sangat rasional.
Harapan ini kian menguat setelah salah satu situs retailer besar – Amazon Italia memuat list produk Final Fantasy Type-0 HD. Menariknya lagi? Tidak hanya mengusung platform rilis Playstation 4 dan Xbox One di deskripsi yang ada, list produk ini juga memuat satu platform ekstra – PC. Spekulasi pun merebak di dunia maya dengan satu pertanyaan yang sama – apakah benar FF Type-0 HD akan menuju PC? Sayangnya, harapan tersebut dimatikan oleh Square Enix secara langsung. Perwakilan dari Square Enix secara resmi menyebut listing produk tersebut sekedar kesalahan input belaka. Square Enix kembali menegaskan bahwa Final Fantasy Type-0 HD tetap menjadi game eksklusif hanya untuk Playstation 4 dan Xbox One.
Jadi untuk Anda – gamer PC yang berharap untuk bisa mencicipi seri Final Fantasy XV atau Final Fantasy Type-0 HD bersamaan dengan versi konsol, Anda tampaknya harus siap gigit jari. Still not coming..
↧
Dev. Kingdom Hearts 3 Berkolaborasi Dengan Idol Virtual – Hatsune Miku!
Hatsune Miku, siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini. Lahir sebagai personifikasi dari program musik milik Yamaha yang memungkinkan para penggiat musik untuk mengekspresikan produk musik mereka secara bebas, popularitas karakter wanita dengan wajah manis dan desain futuristik menjadi sesuatu yang tidak bisa lagi ditahan. Ia menjadi bagian dari kebudayaan Jepang yang menarik diikuti, seorang idol virtual yang bahkan memiliki event konser-nya sendiri. Keunikan inilah yang berusaha diperlihatkan Hatsune Miku Art Exhibition di New York, Amerika Serikat, untuk calon konsumen yang mungkin tidak terlalu familiar dengannya. Namun event in mengandung satu ekstra kejutan yang lain.
Benar sekali, Tetsuya Nomura – salah satu orang penting Square Enix yang kini tengah sibuk menangani Kingdom Hearts 3 juga menyumbang “ide”-nya tentang sosok Hatsune Miku seperti yang ia visikan. Hasilnya? Miku terlihat seperti sebuah karakter yang muncul dari franchise Final Fantasy. Tidak hanya sekedar artwork, Famitsu juga melaporkan bahwa Nomura – bekerja sama dengan CG Studio milik Square Enix – Visual Works juga memperlihatkan sebuah film definisi tinggi yang memuat karakter Miku menurut visinya ini.
Bagian paling menarik? Nomura juga mengungkapkan bahwa terbuka kemungkinan bahwa kerjasama Miku dan Square Enix bisa saja kembali terjadi di masa depan. Dalam bentuk apa? Nomura sendiri tidak banyak berbagi detail.
Sebuah kolaborasi di masa depan? Hatsune Miku di Kingdom Hearts 3? That would be awesome..
↧
↧
Bungie Kembali Berbohong Soal Destiny?
Dari rasa antisipasi tinggi, apalagi mengingat fakta bahwa ia disebut-sebut sebagai game termahal yang pernah diciptakan di industri game, Destiny ternyata tidak semenarik yang dibayangkan. Walaupun cukup membuat Anda sibuk dan teradiksi di awal-awal permainan, game ini pada akhirnya berujung pada mekanisme gameplay repetitif untuk “mengaburkan” fakta bahwa ia menawarkan konten yang sangat minim. Ada sedikit harapan hal ini akan terobati lewat dua event “gratis” dari Bungie dan Activision – Queen’s Wrath dan Iron Banner. Alih-alih melanjutkan cerita yang ada, Queen’s Wrath bahkan bisa terbilang, tidak memberikan ekstra konten apapun. Harapan tersisa tinggal Iron Banner, yang ternyata juga berujung menjadi kekecewaan lainnya.
Untuk apa melakukan grinding berpuluh-puluh jam, mengumpulkan senjata dan armor langka? Ini mungkin jadi pertanyaan besar yang sulit untuk dijawab di Destiny. Semua aktivitas yang memakan waktu puluhan jam ini bisa dimaksimalin untuk dua hal berbeda: Raid yang diposisikan sebagai end-game mission untuk mode kooperatif dan tentu saja Iron Banner untuk Anda yang lebih mencintai mode kompetitif yang ditawarkan. Apa itu Iron Banner? Berbeda dengan mode PvP yang lain yang menihilkan semua buff dan tambahan status yang ditawarkan armor dan senjata Anda, Iron Banner disebut-sebut menghidupkan semua efek tersebut. Semakin baik perlengkapan dan level Anda, semakin besar kemungkinan Anda menang.
Untuk hal inilah, banyak gamer yang akhirnya bertempur habis-habisan, mengumpulkan engram, untuk tampil lebih maksimal di Iron Banner. Namun apa yang mereka dapatkan? Sebuah mode yang ternyata bertolak belakang dengan apa yang selama ini diklaim. Banyak gamer Destiny mengungkapkan bahwa Iron Banner berjalan tak ubahnya mode PvP biasa. Semua armor yang sudah mereka kumpulkan ternyata tidak banyak memberikan efek. Seorang user Youtube – OohaPieceaCandy bahkan membuktikan hal tersebut lewat video yang ia rilis. Hanya berada di level 4 dengan senjata yang terhitung “buruk”, ia mampu mendominasi Iron Banner, menundukkan karakter-karakter level super tinggi yang seharusnya sudah diperkuat persenjataan dan armor yang lebih kuat. Community Chief Bungie – David “Deej” Dague langsung meminta feedback dari gamer terkait hal ini.
Bagaimana dengan Anda yang masih bertahan dengan Destiny dan sudah menjajal Iron Banner? Apakah senjata dan equipment yang Anda kenakan benar-benar tidak memiliki efek apapun?
↧
Koleksi Video Game Ini Dijual Senilai 2 Miliar Rupiah!
Masih ingat dengan Michael Thomasson yang berhasil menjual koleksi game-nya senilai Rp 8,9 miliar? Itu merupakan angka yang sangat fantastis mengingat Thomasson pertama kali membuka penawaran ‘hanya’ seharga Rp 590 juta.
Kini, satu orang lagi siap mengikuti jejak Thomasson dengan menjual koleksi game-nya yang luar biasa. Bedanya, kolektor dengan nama sandi Reel.big.fish ini membuka penawaran di nilai yang jauh lebih tinggi dibanding Thomasson, yakni USD 164,000 atau hampir Rp 2 miliar!
Sang pembeli nantinya akan mendapatkan lebih dari 5700 game dan lebih dari 50 konsol/sistem dari nama-nama legendaris seperti Atari, Nintendo, Sega, hingga konsol modern garapan Sony dan Microsoft.
Yang menarik, di koleksi tersebut ada beberapa versi dari Nintendo 64 dengan warna yang berbeda. Reel-big.fish juga memiliki koleksi game klasik yang dirilis dari tahun 80-an hingga 90-an. Koleksi game Nintendo termasuk yang paling besar dengan lebih dari 4000 judul, atau nyaris 100 persen dari semua game Nintendo yang pernah diluncurkan ke pasaran.
Reel-big.fish menawarkan koleksi game-nya tersebut di eBay, lengkap dengan beberapa foto yang menunjukkan bahwa semuanya tertata dengan rapi dan dalam kondisi yang sebagian besar masih baik. Bagaimana? Berminat membeli koleksi Reel-big.fish?
↧
Capcom Punya Syarat Sebelum Game Bisa Dapatkan Sekuel
Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa game yang menurut Anda tampil dengan kualitas luar biasa dan berhasil menawarkan pengalaman bermain yang begitu mengesankan, justru “ditendang” begitu saja dari publisher? Game-game yang seharusnya punya potensi untuk tumbuh masif di masa depan, justru menghilang peredaran tanpa alasan yang jelas. Benar sekali, alasan yang paling rasional hanyalah satu kata “sederhana”: keuntungan. Industri game adalah sebuah bisnis, dan bisnis tidak akan pernah menjual sesuatu yang dianggap tidak bisa memberikan profit apapun. Publisher seperti Capcom bahkan punya angka pasti sebelum sebuah game berhak mendapatkan sekuel.
Informasi inilah yang dibocorkan oleh Yoshinori Ono – bapak dari franchise game fighting andalan Capcom – Street Fighter. Berbicara dengan media gaming ternama Jepang – Famitsu, Ono menjelaskan mengapa Street Fighter X Tekken tidak pernah mendapatkan sekuel baru terlepas dari respon positif yang diperlihatkan oleh media gaming dan gamer sendiri sebagai konsumen. Ono secara terbuka mengungkapkan mekanisme seperti apa yang berjalan di belakang panggung Capcom.
Capcom ternyata menetapkan target bahwa sebuah game HARUS menjual lebih dari 2 juta kopi sebelum bisa masuk ke dalam tahap perencanaan sekuel baru. Jika tidak, maka tim developer harus bersiap untuk menghentikan franchise tersebut, dan mulai beralih ke judul game baru.
Street Fighter X Tekken sendiri baru terjual sekitar 1,7 kopi di seluruh dunia, menurut data terakhir di Juni 2014 silam. Karena alasan yang sama pulalah, Ono harus berhenti mengembangkan seri terbaru game fighting klasiknya – Darkstalkers karena sang seri terakhir, Resurrection tidak mencapai target yang diinginkan oleh Capcom sendiri.
This is such a sad way to treat your games, Capcom..
↧
Final Fantasy XIII versi PC Adalah Port Buruk?
Berita yang membuat sebagian besar gamer tersenyum riang tentu saja, setelah penantian yang cukup lama, Square Enix akhirnya membawa trilogi Final Fantasy XIII ke PC. Tidak sekaligus tentu saja, melainkan bertahap dengan seri pertama yang akan meluncur di bulan Oktober 2014 ini. Kesempatan untuk mencicipi petualangan awal Lightning serta alasan mengapa seri ini begitu banyak dikritik di masa lalu terbuka lebar untuk para gamer PC. Namun tentu saja proses port ini harus disikapi dengan sedikit perasaan skeptis. Apa pasal? Karena proses port bukanlah kekuatan utama Square Enix, mengingat masalah yang sempat terjadi dengan The Last Remant versi PC di masa lalu. Benar saja, ketakutan tersebut berujung fakta.
Apa yang membuat sebuah game PC menarik? Sebagian besar dari kita tentu saja setuju, bahwa ia tampil dinamis. Anda selalu punya opsi untuk menikmati game secara optimal jika memiliki rig cukup kuat, atau hanya sekedar memastikan game berjalan jika PC Anda berada di bawah spesifikasi yang dibutuhkan. Namun opsi ini ternyata dinihilkan Square Enix di Final Fantasy XIII versi PC.
Game ini tidak memiliki opsi visual sama sekali dan tidak banyak berbeda dengan versi konsol-nya. Tidak hanya itu saja, bukti juga menunjukkan FF XIII versi PC ini hanya berjalan di resolusi 720p, tanpa ada opsi untuk mengubahnya. Berita yang lebih buruk? Bahkan kontrol keyboard-nya sendiri tidak intuitif. Tidak sengaja menekan tombol “Esc” akan secara otomatis menendang Anda keluar dari permainan begitu saja, tanpa notifikasi apapun.
Untungnya, kita selalu bisa mengandalkan para modder untuk bertindak sigap, apalagi jika membicarakan game dengan hype tinggi seperti ini. Seorang modder ternama – Durante sudah mulai mengeluarkan file fix untuk membantu meningkatkan resolusi FF XIII versi PC ini ke 1080p. Belum jelas apakah Durante akan menambahkan ekstra opsi grafis lainnya atau tidak di masa depan.
Final Fantasy XIII versi PC kini sudah tersedia di Steam dengan harga yang cukup bersahabat. Another bad port, huh, Square Enix?
↧
↧
Ubisoft: 30fps Adalah Standar Baru Industri Game
Sebagian besar gamer PC yang kebetulan diperkuat dengan rig yang bisa diandalkan, pasti sangat mengerti betapa nikmatnya memainkan sebuah game di framerate tinggi. Gameplay yang berjalan lebih mulus menjadi nilai jual tersendiri, memastikan setiap aksi berjalan cepat dan seefektif mungkin. Sayangnya standar ini tidak banyak berfungsi di konsol generasi terbaru – Playstation 4 dan Xbox One yang bahkan belum genap berumur 2 tahun. Terlepas dari game-game eksklusif yang berjalan di 60 fps, sebagian besar game multiplatform memutuskan untuk lebih mengarah pada standar 30 fps, seperti yang terjadi dengan Ubisoft dan Assassin’s Creed Unity mereka. Apa yang sebenarnya terjadi?
Nicolas Guerin – World Level Design Director AC Unity dari Ubisoft membantu memberikan sedikit gambaran terkait masalah ini dalam wawancaranya dengan TechRadar. Ia mengungkapkan bahwa pilihan bertahan di 30fps membuat game terasa jauh lebih realistis, menghasilkan kualitas gambar yang juga lebih baik. Tidak hanya Ubisoft, Guerin juga mengungkapkan bahwa standar 60fps kini mulai ditinggalkan oleh developer yang lain.
Di dalam wawancara yang sama, Alex Amancio – Creative Director AC Unity juga mendukung pernyataan yang sama. Ia mengungkapkan bahwa game dengan 30fps akan menghasilkan pengalaman yang lebih sinematik. Game 60fps hanya cocok untuk game-game FPS, namun tidak akan terasa optimal di game-game berbasis action adventure seperti Assassin’s Creed. Tidak hanya itu saja, bertahan di 30fps juga memungkinkan developer untuk mendorong kualitas elemen yang lain hingga batas paling optimal. Hal yang sama juga berlaku di resolusi. Amancio yakin sebagian besar gamer tidak akan terlalu perduli dengan resolusi sebuah game selama ia mampu tampil memanjakan mata.
Bagiamana menurut Anda sendiri? Apakah Anda setuju dengan pernyataan Ubisoft ini? Apakah memang 30fps lebih baik daripada 60fps?
↧
Menjajal Demo Bayonetta 2: Antisipasi Kian Menguat!
Berita buruk, ini mungkin kesan pertama yang meluncur ketika mendegar pengumuman eksistensi Bayonetta 2 untuk pertama kalinya beberapa tahun yang lalu. Reaksi yang tentu saja sangat dimengerti mengingat keputusan Platinum Games untuk merilis seri sekuel yang cukup diantisipas ini hanya untuk Nintendo Wii U saja. Keputusan yang cukup absurd mengingat seri pertama Bayonetta justru tampil solid di konsol kompetitor – Playstation 3 dan Xbox 360. Untungnya, perlahan namun pasti, Platinum sedikit latar belakang di balik keputusan ini, yang sangat bisa dimengerti. Diabaikan dan diacuhkan oleh SEGA, ditolak oleh publisher raksasa yang lain, hanya Nintendo saja lah yang membuka tangan untuk menerima ambisi Platinum untuk mengembangkan Bayonetta 2. Namun sebagai gantinya, penyihir sensual yang satu ini harus menetap di Nintendo Wii U.
Tampil sebagai salah satu game action hack and slash yang paling diantisipasi tahun ini, Bayonetta 2 memang memperlihatkan beberapa kali demo gameplay yang solid. Bayonetta yang sudah tumbuh menjadi karakter yang begitu ikonik ini tidak hanya memperlihatkan desain baru, tetapi juga melemparkan beragam kombinasi serangan yang lebih mematikan. Pertarungan melawan monster kolosal dengan ukuran yang begitu masif menjadi salah satu bagian yang sering diperlihatkan, dengan Bayonetta yang kini juga mampu mengakses kekuatan yang sama. Setelah penantian yang cukup lama, kesempatan untuk mencicipi Bayonetta 2 secara langsung akhirnya tiba juga. Nintendo secara resmi merilis demo berdurasi cukup pendek untuknya.
Lantas impresi pertama seperti apa yang ditawarkan? “Review” demo singkat ini akan membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran.
Visual yang Tidak “Wah”
Nintendo Wii U memang hadir dengan spesifikasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua kompetitor utama – Playstation 4 dan Xbox One, terlepas dari statusnya sebagai konsol generasi terbaru dari Nintendo. Dengan performa yang justru lebih mendekati Playstation 3 dan Xbox 360, menjadi sesuatu yang sangat rasional untuk tidak menilai Bayonetta 2 hanya dari kualitas visualisasi yang ia tawarkan. Walaupun Anda cukup merasa segar dengan desain baru Bayonetta dan semua hal epik yang terjadi di sekitar Anda, Bayontta 2 harus diakui hadir dengan kualitas visualisasi yang tidak istimewa, bahkan cenderung “usang”. Tidak banyak detail yang bisa ditangkap, tekstur resolusi rendah dimana-mana, dan anti-aliasing yang sepertinya tidak hadir sama sekali, Bayonetta 2 akan jadi mimpi buruk tersendiri bagi Anda yang memang lebih mencintai sisi grafis untuk bisa menikmati sebuah game. Apalagi jika Anda terbiasa dengan game-game AAA dari konsol generasi baru atau PC selama beberapa bulan terakhir ini. Sebagai sebuah demo sebuah game yang akan dirilis ke pasaran dalam hitungan minggu, hampir mustahil tampaknya bagi Platinum atau Nintendo sendiri untuk menawarkan sesuatu yang berbeda di versi retail nanti. Berita baiknya, kualitas visual yang tidak terlalu memesona ini mendapatkan kompensasi yang akan membuat gamer pencinta genre hack and slash bergembira. Benar sekali, Bayonetta 2 berjalan penuh di 60fps, memastikan Anda mampu mengeksekusi beragam serangan kombo mematikannya dengan penuh kepercayaan diri. Walaupun demo ini tidak memperlihatkan skenario pertempuran yang hectic dengan jumlah musuh yang terlalu banyak, namun dengan begitu banyak hal yang terjadi di latar belakang, demo ini mampu berjalan cukup stabil di framerate tersebut. Pertukaran yang cukup bisa ditoleransi, apalagi mengingat performa Wii U di atas kertas yang memang tidak terlalu istimewa. Tentu saja, seperti game-game Wii U kebanyakan, Anda bisa mencicipi game ini via monitor atau layar gamepad yang ada, tergantung selera Anda.↧
Football Manager 2015 Dapatkan Tanggal Rilis Pasti
Mungkin sebagian besar dari Anda para pencinta game simulasi yang berhubungan dengan dunia sepak bola sudah tak sabar untuk mencicipi Football Manager 2015. Tak heran, setiap tahunnya game ini selalu ditunggu oleh fansnya yang segudang.
Kabar baiknya, jika sebelumnya hanya bulan peluncuran dari Football Manager 2015 yang dipublikasi, kini pihak developer, Sports Interactive, telah mengumumkan tanggal rilis pastinya.
Football Manager 2015 akan diluncurkan ke pasaran pada 7 November 2014 mendatang. Tidak hanya terkait tanggal rilis, beberapa peningkatan dan fitur baru yang hadir di game ini pun turut diungkap.
Diantaranya adalah opsi personalisasi yang lebih beragam, mendefinisikan gaya bermain Anda, perbaikan untuk Match View, pencahayaan yang lebih baik, peningkatan pada efek physics di bola, peningkatan AI, stadion baru, wawancara kerja, interaksi dengan media, dan masih banyak lagi.
Football Manager 2015 akan hadir di PC, Linux, dan Mac. Tertarik?
↧
Spesifikasi PC untuk PES 2015
Seri terbaru dari salah satu game simulasi sepak bola terpopuler, Pro Evolution Soccer 2015, akan dirilis dalam waktu dekat. Tak hanya ditunggu oleh mereka para gamer konsol, PES 2015 juga sangat dinantikan oleh gamer PC.
Lalu, PC seperti apa yang mampu menjalankan game ini secara optimal? Konami baru-baru ini mengungkap spesifikasi minimum dan yang direkomendasikan untuk dapat memainkan PES 2015 dengan lancar.
Perlu diingat bahwa PES 2015 versi adalah versi ‘hybrid’ yang menggabungkan antara rasa konsol new-gen dan last-gen. Sesungguhnya engine yang digunakan untuk versi PC sama dengan PlayStation 3. Namun Konami mengklaim engine tersebut telah di-upgrade dan ditingkatkan kualitasnya dibanding versi aslinya.
Konami sendiri telah mengumumkan bahwa PES 2015 akan hadir di PC pada 13 November 2014 mendatang bersamaan dengan peluncuran versi PlayStation 4, PlayStation 3, Xbox One, dan Xbox 360. Berikut adalah spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk PES 2015.
Minimum Requirements
- OS: Windows 7 SP1/Vista SP2
- Processor: Intel Core 2 Duo @1.8 Ghz (AMD Athlon II X2 240 atau setara)
- RAM: 1 GB
- VGA: nVidia GeForce 7800/ Ati Radeon X1300/ Intel HD Graphics 2000
- DirectX: 9.0c Compatible Video Card with 512 MB
- Storage: 8 GB
Recommended Requirements
- OS: Windows 7 SP1/Vista SP2
- Processor: Intel Core i3 530 (AMD Phenom II X4 925 atau setara)
- RAM: 2 GB
- VGA: nVidia GeForce 7950/ ATI Radeon HD 2400/ Intel HD Graphics 3000
- DirectX: 9.0c Comaptible Video Card with 1024MB
- Storage: 8 GB
↧
↧
Spesifikasi PC untuk Dragon Age: Inquisition
Penebusan, itulah kata kunci yang dicari oleh Bioware setelah kehadiran Dragon Age 2 yang mengundang begitu banyak kritik pedas dari media gaming dan gamer sebagai konsumen. Setelah seri Origins yang menawarkan mekanik gameplay yang luar biasa dengan kekuatan cerita yang juga pantas diacungi jempol, Bioware justru menawarkan pengalaman gameplay yang terasa jauh lebih “tertutup” di seri keduanya. Kritik mengalir, berusaha mengerti apa yang sebenarnya ingin dijual oleh Bioware sendiri. Untungnya, kesempatan untuk menebus kesalahan tersebut kini terbuka lewat seri perdana untuk platform generasi terbaru – Dragon Age: Inquisition. Diperkuat dengan Frostbite Engine 3.0, Bioware tidak hanya menjanjikan kualitas visual lebih baik, tetapi juga dunia luas, mekanik klasik Origins, hingga cerita yang kuat. Sesuatu yang pantas untuk diantisipasi.
Sebagai sebuah game yang dirilis secara multiplatform, Dragon Age: Inquisition tentu saja punya kesempatan untuk tampil optimal di PC. Bioware memastikan bahwa Dragon Age: Inquisition akan mendukung resolusi hingga 4K dan juga mendukung teknologi AMD Mantle. Tentu saja untuk menjamin kenyamanan bermain menggunakan keyboard dan mouse, versi PC ini akan hadir dengan HUD yang berbeda. Namun pertanyaan terbesar tentu saja satu, PC seperti apa yang akan mampu memastikan game ini berjalan secara maksimal. Bioware akhirnya merilis list spesifikasi seperti yang dibutuhkan. Get yourself ready:
Minimum Requirements
- OS: Windows 7 or 8.1 64-bit
- CPU: AMD quad core CPU @ 2.5 GHz, Intel quad core CPU @ 2.0 GHz
- System RAM: 4 GB
- Graphics CARD: AMD Radeon HD 4870, NVIDIA GeForce 8800 GT
- Graphics Memory: 512 MB
- Hard Drive: 26 GB
- DirectX 10
Recommended Requirements
- OS: Windows 7 or 8.1 64-bit
- CPU: AMD six core CPU @ 3.2 GHz, Intel quad core CPU @ 3.0 GHz
- System RAM: 8 GB
- Graphics Card: AMD Radeon HD 7870 or R9 270, NVIDIA GeForce GTX 660
- Graphics Memory: 2 GB
- Hard Drive: 26 GB
- DirectX 11
↧
Review Roccat Kone XTD: Kustomisasi Tanpa Batas!
Peripheral gaming perlahan namun pasti, mulai tumbuh menjadi sesuatu yang esensial, apalagi di tengah merebaknya game-game yang menjadikan unsur kompetitif sebagai nilai jual utama. Walaupun sempat dicurigai sekedar sebagai “gimmick” tanpa pengaruh yang signifikan ketika bermain game, sebagian besar peripheral yang menyandang status gaming saat ini mulai berhasil membuktikan diri. Tidak hanya sekedar menawarkan kualitas desain yang membuatnya terlihat mencolok dibandingkan produk konvensional pada umumnya, sebagian peripheral ini juga didukung dengan komponen, fitur, dan fungsi yang mampu membuat pengalaman bermain menjadi jauh lebih maksimal. Salah satu nama yang selalu diasosiasikan dengan kekuatan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan, Roccat. Sang produsen dengan logo keren tersebut menawarkan satu jajaran produk mouse gaming yang sulit ditolak pesonanya – Roccat Kone XTD yang akhirnya mampir di meja redaksi JagatPlay. Seperti apa performa yang ditawarkan?
Desain dan Fitur
Sebagian besar Anda yang sudah mengenal jajaran produk Roccat tentu tidak akan asing lagi dengan desain yang ditawarkan oleh Roccat Kone XTD ini. Secara garis besar, hampir tidak ada perbedaan signifikan dari sisi desain yang ditawarkan Kone XTD ini dengan produk Roccat Kone yang sempat dirilis beberapa tahun yang lalu. Berhasil merebut banyak penghargaan sebagai salah satu mouse gaming terbaik dan ternyaman, Roccat tampaknya cukup percaya diri untuk mempertahankan kualitas desain yang sama di produk terbaru mereka ini. “If it ain’t broke, don’t fix it..”, tampaknya menjadi mental Roccat ketika mengembangkan varian terbaru – Kone XTD ini. Jika mengusung kualitas desain yang sama, lantas apa yang membuat keduanya berbeda? Upgrade mungkin menjadi kalimat yang pantas menjelaskan hubungan antara Roccat Kone dan Roccat Kone XTD. Roccat Kone XTD mengusung beberapa spesifikasi dan fitur baru yang sebelumnya tidak ada di versi Kone original, yang secara otomatis, membuatnya tampil sebagai peripheral gaming yang tidak hanya bisa diandalkan namun lebih adaptif. XTD menyempurnakan nilai jual yang sempat membuat Kone tampil begitu luar biasa. Roccat Kone XTD hadir dengan tingkat DPI lebih tinggi, diperkuat dengan processor berbasis Arm, onboard memory lebih banyak, dan teknologi baru – TitanWheel. Desain sama, performa yang lebih baik, inilah yang berusaha ditawarkan oleh nama “XTD” ini. Anda yang belum pernah menjajal Roccat Kone sebelummya akan mudah jatuh hati dengan mouse yang satu ini. Desain yang konvensional dan menjadikan kenyamanan sebagai nilai jual paling utama, Roccat Kone XTD tampil super elegan. Warna hitam dan logo besar yang menyelimuti bagian belakangnya juga meninggalkan kesan garang, cukup untuk membuat identitasnya sebagai peripheral gaming tercermin kuat untuk siapapun yang melihatnya untuk pertama kali. Sementara dari sisi fungsi, ia hadir dengan jumlah tombol standar yang biasanya diusung oleh mouse gaming saat ini. Lima tombol di bagian tengah untuk tiga fungsi utama, termasuk tombol untuk mengatur tingkat sensitivitas secara instan, dan dua timbol ekstra di bagian sisi untuk mengakses fungsi lain secara instan yang bisa Anda kustomisasi nantinya. Semuanya berada di dalam posisi yang nyaman untuk diakses, tanpa perlu meninggalkan rasa canggung. Roccat Kone XTD juga hadir dengan ekstra sisi kosmetik yang unik. Berbeda dengan mouse kompetitor yang sebagian mungkin menyematkan lampu LED di bagian tertentu, seperti logo misalnya, Roccat menyematkan ekstra LED tersebut di kedua sisi bagian mouse dengan kemampuan kustomisasi yang bisa juga disebut sebagai nilai jual ekstra. Lantas spesifikasi seperti apa yang akan diusung oleh Roccat Kone XTD ini?- Pro-Aim Laser Sensor R3 with up to 8200dpi
- 1000Hz polling rate
- 1ms response time
- 12000fps, 10.8megapixel
- 30G acceleration
- 8m/s (150ips)
- 16-bit data channel
- 1-5mm Lift off distance
- Tracking & Distance Control Unit
- 72MHz Turbo Core V2 32-bit Arm based MCU
- 576kB onboard memory
- Zero angle snapping/prediction
- 8m braided USB cable
Roccat Kone XTD, Seberapa Nyaman?
Tidak ada mouse yang lebih nyaman di tangan gamer selain mereka yang menawarkan desain bentuk mouse konvensional, Roccat tampaknya mengerti akan hal tersebut. Roccat Kone XTD bisa disebut menawarkan dseain yang ergonomis, memastikan tangan Anda tetap nyaman menggenggam peripheral ini walaupun harus terlibat dalam sesi gaming yang lama. Didominasi plastik dengan absennya bahan karet di kedua sisi memang meninggalkan kesan yang licin, apalagi jika tangan Anda terhitung mudah berkeringat. Namun untungnya, bentuk yang ia tawarkan akan memastikan Anda tetap mampu melakukan grip mouse dengan nyaman, tanpa menghasilkan banyak masalah. Tombol yang ditawarkan juga diposisikan dalam jarak yang sangat proporsional, bisa diakses tanpa perlu merasa canggung. Menariknya lagi? Roccat juga mengklaim bahwa Kone XTD ini hadir dengan teknologi baru untuk bagian scroll wheel – yang disebut sebagai Titan Wheel. Bagian yang memang seringkali bermasalah di mouse gaming lain ini diklaim dibangun dengan komponen yang lebih kuat dan tahan lama. Ia juga diklaim mampu menghadirkan presisi gerakan yang jauh bisa lebih diandalkan. Sayangnya, bagi kami pribadi, tidak ada kata yang bisa lebih mendefinisikan Titan Wheel ini selain nyaman untuk diguanakan. Terasa pas ketika diputar, mentranslasikan apa yang Anda inginkan dengan sangat baik, salah satu sensasi scroll wheel yang pernah kami rasakan. That’s it.. Berita baik untuk Anda yang cukup sensitif dengan masalah berat mouse untuk mendapatkan sensasi grip yang lebih baik, Roccat Kone XTD juga memfasilitasi hal ini. Dengan menggunakan pemberat yang tersedia dan proses pergantian yang tidak sulit, Anda bisa mendapatkan ekstra modifikasi untuk mendapatkan berat yang menurut Anda, paling nyaman. Dengan semua teknologi yang ia suntikkan dan tingkatkan dari versi Kone original, XTD tentu saja memastikan performa yang cukup untuk memfasilitasi semua kebutuhan gaming Anda. Tingkat sensivitas yang lebih tinggi membuatnya adaptif terhadap genre gaming yang memang menjadikannya sebagai sebuah elemen yang esensial. Translasi perintah yang Anda lemparkan untuk setiap klik yang ada juga sangat dapat diandalkan. Secara performa, Roccat Kone XTD akan memenuhi semua hal yang Anda butuhkan dari sebuah mouse gaming, tidak kurang dan tidak lebih. Namun pada akhirnya, sebagai sebuah mouse yang mengklaim dirinya sebagai sebuah peripheral gaming, Roccat Kone XTD tentu saja harus tampil memesona di fungsi utamanya – gaming. Ergonomis dengan performa yang luar biasa, di atas kertas, Roccat Kone XTD seharusnya bisa mengatasi semua game yang kami lemparkan kepadanya, dan terbukti benar. Di tengah terjangan game baru yang muncul selama beberapa minggu terakhir ini, Roccat Kone XTD menjadi andalan kami ketika menjajal Shadow of Mordor dengan tentu saja game MOBA favorit – DOTA 2. Untuk DOTA 2 yang membutuhkan kombinasi perintah secara konsisten dan cepat, Anda bisa tenang dan yakin bahwa tidak akan ada perintah Anda yang terlewatkan ketika menggunakan Roccat Kone XTD ini. Tingkat sensivitas dengan range yang tinggi juga akan memfasilitasi Anda yang mungkin lebih senang mengatur pergerakan kamera dengan gerakan mouse yang minim. Sementara untuk genre game action third person seperti Shadow of Mordor? Roccat Kone XTD menawarkan pengalaman sempurna, apalagi ketika Anda harus melancarkan kombinasi serangan runtut sembari melihat situasi pertempuran sekitar.↧
Resident Evil akan Dibuat Serial TV?
Siapa tidak pernah mendengar nama Resident Evil. Salah satu franchise terpopuler ini memang punya fans yang sangat banyak. Kehadirannya dalam bentuk video game maupun film layar lebar selalu mengundang perhatian.
Yang menarik, ada kabar yang menyebutkan bahwa Resident Evil akan dirilis dalam bentuk serial TV yang berbasis pada versi game-nya. Informasi yang datang dari berbagai sumber itu menyebut studio asal Jerman, Constantin Film, berminat menggarapnya setelah film Resident Evil terbaru diluncurkan.
Seperti diketahui, film Resident Evil: The Final Chapter sendiri baru akan melanjutkan proses syuting pada musim panas tahun depan setelah sang pemeran utama, Milla Jovovich, memutuskan untuk cuti sejenak selama masa kehamilannya.
Semenjak hadir dalam bentuk film layar lebar, Resident Evil termasuk cukup sukses menarik minat para fans untuk datang ke bioskop. Dua film sebelumnya, Retribution dan Afterlife, meraih pemasukan mencapai USD 240 juta dan USD 300 juta di seluruh dunia. Total pemasukan dari semua film Resident Evil telah menyentuh angka USD 1 miliar.
Apabila Resident Evil benar-benar akan dibuat serial TV, tentunya banyak yang berharap hasilnya harus jauh lebih baik dibanding versi layar lebarnya. Terutama dari segi alur cerita jika memang ingin dibuat dengan berbasis pada versi game-nya. Bagaimana menurut Anda?
↧