Menuju layar lebar, ini tampaknya tengah menjadi tren baru di industri game. Kesempatan untuk mengeksploitasi lebih jauh sebuah franchise populer yang sudah memiliki basis fans serta kesempatan untuk memperkenalkannya ke lebih banyak calon konsumen non-gamer tentu saja menjadi nilai jual yang sulit untuk ditolak. Beberapa publisher raksasa seperti Ubisoft dan Square Enix terus menjajal opsi ini, bahkan sudah mempersiapkan beberapa proyek yang kabarnya, akan mereka awasi sendiri. Namun jika berbicara soal adaptasi game menjadi film seperti ini, maka nama Capcom juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Setelah Resident Evil yang kini sudah mendekati akhirnya, franchise Capcom yang lain – Dead Rising siap menempuh proses yang sama.
Sempat dikonfirmasikan eksistensinya beberapa waktu yang lalu, beragam detail terkait film adaptasi dari game open-world bertema zombie ini akhirnya mengemuka. Film ini akan menyandang nama Dead Rising: Watchtower dan akan ditangani oleh Legendary Pictures sebagai publisher. Menariknya lagi? Film ini dipastikan akan mengusung kisah Frank West yang akhirnya menemukan pemeran utamanya – Rob Riggle. Sebagian Anda yang pernah menonton film komedi – 21 Jump Street atau 22 Jump Street tentu tidak asing lagi dengan aktor yang satu ini. Frank West tidak menjadi satu-satunya aktor utama. Ia akan ditemani oleh tiga karakter utama lain ketika berjuang bertahan hidup melawan serbuan zombie ini.
Menariknya lagi? Dead Rising: Watchtower ini ternyata tidak akan diluncurkan ke layar lebar seperti halnya film-film adaptasi game yang lain. Ia akan ditawarkan sebagai film digital yang akan didistribusikan dalam format online dan DVD. Namun Legendary sendiri belum memberikan kepastian tanggal rilis sama sekali.
Rob Riggle sebagai Frank West? Setujukah Anda, atau ada aktor yang menurut Anda lebih pantas?
↧
Film Adaptasi Dead Rising Dapatkan Aktor Utama!
↧
Developer Game Indie Ancam Bunuh Bos Valve
Seperti diketahui Steam merupakan sebuah ekosistem gaming yang sangat besar. Salah satu yang membuat Steam semakin diminati adalah karena banyaknya game indie yang cukup menarik dan dijual dengan harga yang terjangkau.
Meski begitu, ternyata tidak semua developer game indie merasa puas ketika karyanya muncul di Steam. Contohnya adalah Mike Maulbeck, developer dari game shooter berjudul Paranautical Activity.
Maulbeck kesal karena Paranautical Activity di Steam tertulis Early Access. Padahal, game tersebut sudah dalam versi final. Kesalahan dari pihak Steam ini membuat Maulbeck menumpahkan kemarahannya di Twitter.
Ia pun berkicau macam-macam yang sebagian besar merupakan kata-kata makian untuk Steam. Puncaknya, Maulbeck menulis akan membunuh sang Managing Director dari Valve Corporation. “Aku akan membunuh Gabe Newell. Ia akan mati,” tulis Maulbeck di akun Twitter pribadinya.
Walaupun tak diketahui apakah ia benar-benar berniat melakukan apa yang ditulisnya tersebut, pihak Steam menyebut hal ini sebagai ancaman. Hasilnya, Paranautical Activity dihapus dari Steam.
“Kami telah menghapus halaman penjualan dari game (Paranautical Activitiy) dan memutus hubungan dengan developer setelah ia mengancam akan membunuh salah satu karyawan kami,” kata juru bicara Valve ketika diwawancarai oleh Kotaku.
Perlu diketahui bahwa ini bukan kali pertama sebuah game ditarik dari Steam. Awal tahun 2014, valve secara misterius menghapus The Stomping Land dari Steam Early Access, dimana game tersebut telah menerima donasi sebesar USD 100 ribu dari program Kickstarter.
↧
↧
Tekken 7 versi Arcade Meluncur Awal 2015
Hampir sebagian besar gamer yang menggemari genre fighting, tentu tahu pesona yang ditawarkan oleh Tekken – franchise game fighting andalan dari Bandai Namco. Medan pertarungan tiga dimensi, karakter dengan desain ikonik, dan pertarungan yang bisa beralih menjadi kemenangan siapa saja menjadi salah satu nilai jual yang sulit ditolak. Popularitas inilah yang membuat banyak gamer mengantisipasi kehadiran Tekken 7 yang akan ditenagai oleh engine generasi terbaru – Unreal Engine 4. Beberapa detail pertama sudah mengemuka dari uji coba Bandai Namco di beberapa daerah di Jepang, termasuk kehadiran jurus andalan sinematik ala Street Fighter yang akhirnya diadaptasikan ke dalamnya. Namun pertanyaan utamanya sendiri belum terjawab, kapan kita akan bisa menikmati game ini?
Dengan proses uji coba yang berlangsung cukup lancar, termasuk respon positif yang diperlihatkan gamer terhadap perubahan mekanisme gameplay, mode kustomisasi, dan kehadiran beberapa karakter baru di dalamnya, Bandai Namco tampaknya tidak perlu menunggu lama untuk membawa Tekken 7 ke pasaran. Bandai Namco mengkonfirmasikan bahwa game ini sudah akan meluncur pada awal Februari 2015 mendatang. Namun jika Anda termasuk gamer yang mengantisipasi kehadiran seri ini, ini tidak akan seperti yang Anda bayangkan.
Rilis Februari 2015 hanya ditujukan untuk Tekken 7 versi mesin arcade dan hanya akan didistribusikan di Jepang. Mesinnya sendiri akan ditawarkan dengan harga sekitar USD 15.737 atau 190 juta Rupiah untuk versi Mishima. Sementara PCB boardnya sendiri akan ditawarkan dengan kisaran harga USD 11.222 atau 135 juta Rupiah. Sayangnya, masih belum ada detail lebih jauh kapan game ini akan meluncur untuk konssol generasi terbaru dan PC, seperti yang sempat dikonfirmasikan sebelumnya.
Please come to Indonesia, also… with Time Crisis 5!
↧
Review NBA 2K15: Paduan Visual dan Gameplay Keren!
Untuk para gamer yang menggunakan PC sebagai media utama bermain game dan menggemari game olahraga, NBA 2K15 tampaknya merupakan game yang sudah ditunggu sejak awal tahun 2014 ini. Hal tersebut tentunya tidak lain disebabkan oleh keputusan Visual Concept, developer dari NBA 2K Series, dan 2K Sports menghadirkan sebuah game NBA 2K14 “baru” untuk menyambut PlayStation 4 dan Xbox One, yang ternyata memiliki kualitas berbeda dari yang ada di PC, Xbox 360, dan PlayStation 3. Harapan akan hadirnya sebuah game dengan kualitas yang menyamai, atau bahkan melebihi versi PlayStation 4 dan Xbox One itulah yang pastinya menjadi dasar para PC gamer menantikan game yang satu ini.
NBA 2K15 sendiri akhirnya dirilis pada tanggal 7 Oktober 2014 lalu. Kami mendapatkan kesempatan mencoba game tersebut, tentu saja untuk versi PC, beberapa hari setelah game tersebut dirilis. Kesan pertama kami terhadap game tersebut akhirnya mampu menghapus rasa kecewa kami atas kualitas NBA 2K14 versi PC, yang sebenarnya sudah cukup baik menurut penilaian kami, yang sayangnya dihancurkan sendiri oleh versi console next-generation. Ya, game tersebut tampil lebih sempurna dari versi console next-generation dan mampu memberikan pengalaman yang rata-rata bisa dikatakan menyenangkan. Kami akan mencoba membahasnya dalam review berikut ini!
Pengalaman Baru yang Menyenangkan
Segudang pengalaman baru yang akan didapatkan dari game ini benar-benar terlihat sejak menu utama dari game ini tampil. Menu tersebut berbeda dari menu utama di NBA 2K14, baik versi console next-generation maupun versi lama. Anda akan mendapati menu yang lebih interaktif, di mana bila Anda diam beberapa saat di menu tersebut, sebuah video yang menjelaskan bagaimana Visual Concept menggarap NBA 2K15 akan diputar. Di menu utama tersebut, Anda akan mendapatkan gambaran seperti apa isi dari game NBA 2K15 ini. Visual Concept dan 2K Sports menghadirkan beberapa mode baru, seperti MyTeam, MyPark, dan MyGM ke dalam game baru ini. Mode-mode tersebut melengkapi mode permainan lain yang sudah ada sebelumnya tetapi dihadirkan kembali dengan nama baru, yaitu MyLeague dan MyCareer. Kami akan membahas lebih lanjut mode-mode tersebut di bagian lain dari review ini. Terkait mode permainan yang ada, Anda mungkin tidak mendapatkan akses ke semua mode tersebut tergantung dari koneksi game tersebut ke Internet. Beralih ke sistem kontrol, pihak pengembang tidak terlalu banyak melakukan perubahan terhadap kontrol di game ini. Mereka mempertahankan Pro Stick yang diperkenalkan di NBA 2K14 dan hanya membuat perubahan minor untuk menyempurnakan kontrol tersebut. Anda tidak akan membutuhkan waktu lama untuk mempelajari sistem kontrol Pro Stick yang sedikit diperbaiki tersebut. Pihak pengembang juga kembali menghadirkan tim-tim dari Euroleague Basketball ke dalam NBA 2K15 ini. Namun, jumlah dari tim yang hadir tahun ini jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya. Mereka juga menyertakan beberapa tim klasik dan juga dua tim All Star berdasarkan dengan NBA All Star Weekend tahun 2014 ini.Tampilan Visual yang Makin Memukau
Hal pertama yang terlintas di kepala kami begitu mendengar bahwa Visual Concepts akan menggunakan engine baru untuk versi PC dari game ini adalah peningkatan kualitas visual dari game ini. Ya, NBA 2K15 untuk PC ini jauh terlihat lebih baik dibandingkan dengan NBA 2K14, yang sebenarnya juga telah terlihat memukau. Anda bahkan bisa merasakan perbedaan tersebut begitu Anda mulai memainkan pertandingan pertama Anda dalam game ini! Bila Anda terbiasa dengan tampilan dari NBA 2K14 versi PlayStation 4 dan Xbox One, mungkin kualitas visual dari NBA 2K15 ini akan terlihat biasa saja, karena Anda telah merasakan kejutan kualitas tampilan tersebut saat memainkan game terdahulu di console “next-generation”. Namun, untuk gamer yang menggunakan PC, perubahan tampilan yang ada di game ini akan terasa luar biasa. Anda akan mendapati wajah-wajah pemain yang kian mendekati rupa asli dari sang pemain, efek ekspresi wajah pemain di lapangan yang menggambarkan kondisi mereka, serta keringat yang akan membasahi tubuh pemain saat mereka telah berada di lapangan selama beberapa saat. Sayangnya, untuk elemen-elemen selain pemain dan pelatih, Visual Concept tampaknya tidak terlalu memperhatikannya. Anda akan menemukan beberapa elemen pendukung di sekitar lapangan dengan kualitas detail tampilan yang berada cukup jauh di bawah pemain dan pelatih, seperti petugas kebersihan dan juga penonton di pinggir lapangan. Perbedaan kualitas detail tersebut memang tidak akan mengubah serunya game basket ini. Terlebih lagi, tampilan untuk elemen-elemen pendukung tersebut sudah jauh lebih baik bila dibandingkan dengan di NBA 2K14 versi non-console next generation yang benar-benar terkesan asal. Elemen lain yang sayangnya kurang diperhatikan oleh pengembang game ini adalah hiburan di jeda pertandingan. Saat awal memainkan game ini, Anda memang akan menemukan beberapa sexy dancer dengan tampilan yang jauh lebih baik dari sebelumnya yang mungkin akan menghibur Anda. Sayangnya, setelah beberapa pertandingan, Anda akan mulai menyadari kekurangan mendasar yang mungkin membuat Anda bosan. Kekurangan apakah tersebut? Lebih baik Anda mencoba merasakannya sendiri.↧
Jumlah Petisi untuk Xenosaga HD Remaster Belum Cukup!
Antisipasi yang begitu tinggi namun menghasilkan cabang respon yang bertolak belakang, eksistensi Xenosaga memang menjadi catatan tersendiri untuk genre JRPG di industri game. Banyak gamer yang berharap tinggi pada franchise racikan Bandai Namco dan Monolith Soft ini karena semesta yang disebut-sebut akan berkaitan erat dengan salah satu game JRPG terbaik yang pernah ada – Xenogears. Hadir dalam tiga seri berbeda dengan cerita yang berkesinambungan, petinggi Bandai Namco – yang juga merupakan otak di balik seri Tekken – Katsuhiro Harada mengungkapkan ketertarikannya untuk membawa Xenosaga ke platform gaming yang lebih modern. Sebagai syaratnya? Gamer harus “meneriakkan” ketertarikan tersebut di dunia maya.
Harada meminta gamer untuk menyuarakan keinginan mereka untuk menikmati Xenosaga HD Remaster ke Bandai Namco via ragam petisi yang bisa diracik di dunia maya. Gamer pun berusaha memenuhi hal tersebut. Membuka petisi di Avaaz dengan agenda untuk menuntut Bandai Namco merilis Xenosaga HD Remaster, lebih dari 5.000 tanda tangan sudah dikumpulkan dalam waktu yang cukup singkat.
Mengetahui aksi ini, Harada secara terbuka mengungkapkan lewat akun Twitter resminya, bahwa angka “5.000” ini masih terhitung rendah. Harada menyatakan bahwa untuk mendorong Xenosaga HD Remaster, gamer butuh untuk mengumpulkan tanda tangan setidaknya beberapa puluh ribu, walaupun ia sendiri tidak memberikan angka yang pasti.
Beberapa puluh ribu tanda tangan untuk Xenosaga HD Remaster? What kind of game is this, Harada?
Anda yang tertarik dengan proses HD Remaster Xenosaga ini bisa ikut berkontribusi lewat petisi yang satu ini.
↧
↧
Halo: Master Chief Collection Butuh Update 20GB
Anda para fans game Halo tentunya termasuk sebagai gamer yang menantikan kehadiran Halo: Master Chief Collection. Rencananya, game tersebut akan dirilis bulan depan. Sayang, ada kabar yang mungkin akan membuat gamer yang ingin segera memiliki Halo: Master Chief Collection sedikit kecewa.
Pasalnya, di hari pertama peluncurannya nanti, 343 Industries langsung menyediakan update. Ukurannya pun bisa dibilang sangat besar, yakni 20GB. Bayangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengunduh update tersebut, apalagi jika internet Anda tidak kencang.
Sesungguhnya ada opsi lain yang bisa dilakukan oleh 343 Industries selaku developer untuk mendistribusikan update 20GB ini, yakni dengan memberi disc kedua. Sayangnya, mereka justru memutuskan untuk tetap merilisnya secara digital.
“Game tersebut didesain untuk berjalan sebagai satu produk. Digital memang lebih baik, tapi kami juga menginginkan gamer yang menggunakan disc mendapatkan pengalaman yang sama, tanpa harus mengganti disc (ke disc 2),” ujar Frank O’Connor dari 343 Industries.
Karena itu, gamer yang membeli Halo: Master Chief Collection versi digital akan langsung mendapatkan konten update tersebut bersama game intinya. Untungnya, O’Connor tak lupa menjelaskan bahwa gamer tetap bisa memainkan keempat campaign dan mode multiplayer tanpa harus mengunduh update.
“Kami sadar langkah ini tidak ideal bagi semua orang, tapi ini adalah jalan untuk mendapatkan pengalaman (bermain Halo: Master Chief Collection) yang lebih baik,” tambah O’Connor.
Seperti diketahui, Halo: Master Chief Collection berisi empat buah game sekaligus, yakni Halo: Combat Evolved, Halo 2, Halo 3, dan Halo 4, serta termasuk akses ke multiplayer beta dari Halo 5: Guardians. Game ini diluncurkan secara ekslusif untuk Xbox One pada 11 November 2014 mendatang.
↧
The Evil Within Juga Tak Berkutik di Depan FIFA 15
Sebuah perjuangan yang seharusnya berat, apalagi mengingat waktu rilis yang begitu berdekatan dengan game-game raksasa racikan para developer besar lainnya, namun fakta justru membuktikan kondisi yang bertolak belakang untuk game olahraga andalan EA Sports – FIFA 15. Bagiamana tidak? Sepak terjangnya di pasar Inggris sejak dirilis terlihat sangat nyaman terlepas dari kompetisi yang harus mereka hadapi. Menjadi yang terdepan selama beberapa minggu berturut-turut, FIFA 15 berhasil menundukkan game-game sekelas Destiny, Shadow of Mordor, bahkan yang terakhir – Alien: Isolation. Kini satu game raksasa lainnya juga harus ikut berada di jajaran korban FIFA 15.
Menjadi salah satu game survival horror yang paling diantisipasi tahun ini, The Evil Within yang diracik oleh “bapak” Resident Evil – Shinji Mikami harus berhadapan dengan kekuatan FIFA 15 di pasar Inggris yang tampaknya sulit untuk ditundukkan. The Evil Within harus puas bercokol di posisi kedua bersama dengan seri terbaru Borderlands – The Pre-Sequel yang menempati posisi ketiga. Ini menjadi kemenangan beruntun FIFA 15 di pasar Inggris selama empat minggu, sebuah dominasi yang tampaknya tidak akan bergeser dalam waktu dekat ini. Lantas, game apa saja yang berhasil menempati posisi 10 besar lainnya:
- FIFA 15
- The Evil Within
- Borderland: The Pre-Sequel
- Middle-earth: Shadow of Mordor
- Forza Horizon 2
- Alien: Isolation
- Destiny
- Driveclub
- Minecraft
- F1 2014
↧
Dev. The Evil Within Tidak Ingin Karakter Wanita Erotis dan Lemah
Shinji Mikami, nama yang satu ini memang sudah seringkali Anda dengar selama beberapa bulan terakhir ini. Bagaimana tidak? Nama besar yang berhasil melahirkan salah satu franchise game survival horror paling populer di industri game – Resident Evil ini akhirnya memutuskan untuk kembali berkarya lewat seri game berbeda. Didukung studio developer barunya – Tango Gameworks dan juga Bethesda, Mikami melahirkan The Evil Within, sebuah visi survival horror modern yang sudah lama ia idamkan, sekaligus sebagai reaksi dari arah perkembangan Resident Evil yang justru kian lebih berat ke genre action. Satu hal yang menarik, The Evil Within tetap mengusung beberapa identitas seri RE yang dikembangkan Mikami dahulu. Salah satunya? Karakter wanita yang kuat.
Tidak pernah sebagai objek, inilah yang dijanjikan Mikami pada setiap karakter wanita yang ia racik dalam sesi wawancaranya dengan The Guardians. Mikami secara terbuka menyebutkan bahwa ia tidak ingin jatuh pada kualitas karakter wanita seperti franchise game lain, yang berusaha menghadirkan physics payudara realistis dan nilai jual erotisme yang tinggi. Ia juga tidak suka dengan karakter wanita yang terlihat lemah dan begitu tunduk pada karakter pria yang lain. Seperti Claire Redfield dan Jill Valentine, ia selalu ingin memosisikan karakter wanita sebagai sosok yang memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan, sekaligus mampu menundukkan setiap tantangan yang dilemparkan padanya.
Walaupun demikian, Mikami juga mengaku bahwa ia sempat menciptakan karakter wanita yang ia pribadi, tidak pernah suka. Karakter tersebut, tidak lain adalah anggota S.T.A.R.S – Rebecca Chambers. Karakter yang sempat menjadi tokoh protagonis utama Resident Evil Zero ini disebut terlalu submisif dan kurang independen. Mikami mengaku bahwa ia sempat ingin “mematikan” karkater yang satu ini, namun karena alasan tertentu, para staff yang lain berkata lain. Rebecca Chambers sendiri menjadi karakter yang cukup populer di Jepang.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda termasuk gamer yang senang dengan karakter wanita yang dicitrakan kuat atau justru yang sekedar menjual sensualitas yang memanjakan mata?
Mikami and strong woman character? *uhuk* Ashley Graham *uhuk*
↧
Ubisoft Ingin Rilis Lebih Banyak Seri Assassin’s Creed: Chronicles
Sejarah ikonik, setting yang menarik, dan permainan plot yang menawan, tiga hal ini mungkin menjadi alasan utama mengapa Assassin’s Creed tidak akan lekang dimakan masa. Ubisoft terlihat selalu punya cara kreatif untuk mengeksploitasi franchise ini, bahkan cukup efektif untuk menghasilkan dua seri Assassin’s Creed terpisah untuk tahun 2014 ini – Unity dan Rogue. Namun ada satu pendekatan menarik lainnya yang berusaha dilakukan oleh developer raksasa asal Perancis ini lewat seri terbaru – Assassin’s Creed Chronicles. Diposisikan sebagai konten ekstra season pass untuk AC: Unity, Ubisoft berusaha menawarkan pengalaman yang lebih “ringan” lewat gaya platformer dunia dimensi yang indah. Sebuah konsep baru yang tampaknya akan rutin dirilis di masa depan.
Assassin’s Creed Chronicles: China menjadi yang pertama, dimana karakter yang sempat muncul di versi film AC: Embers sebelumnya – Shao Jun diposisikan tokoh protagonis utama. Selain fakta bahwa ia akhirnya menjadi seri pertama Assassin’s Creed dengan setting Asia Timur yang sudah lama didengungkan oleh gamer, AC Chronicles: China muncul dengan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan seri-seri AC pada umumnya. Dengan gaya gameplay dua dimensi side-scrolling dan gaya visual layaknya lukisan basah, Shao Jun terlibat beragam aksi khas franchise yang satu ini. Satu yang pasti, AC Chronicles: China ini tidak akan menjadi seri yang terakhir. Bahkan bisa lebih aman disebut sebagai yang pertama.
Alex Amancio – Creative Director AC Unity, dalam wawancaranya dengan Eurogamer, mengungkapkan rasa sukanya pada konsep side-scrolling seperti ini, yang ia akui terinspirasi dari game indie – Mark of the Ninja. Amancio melihat mekanik seperti ini menjadi alternatif terbaik bagi Ubisoft untuk mengeksplorasi lebih banyak setting sejarah berbeda untuk Assassin’s Creed itu sendiri. Dikembangkan oleh developer asal Inggris – Climax Studios, ia berambisi untuk menghadirkan gaya art yang berbeda sesuai dengan setting yang diusung nantinya. Walaupun masih belum jelas dalam format seperti apa ia akan dirilis, namun Amancio kembali menegaskan keseriusannya untuk mengeksploitasi semesta Assassin’s Creed lebih jauh lewat Chronicles ini.
So, can we get AC Chronicles: Japan now?
↧
↧
Game Attack on Titan Segera Dirilis di Barat?
Anda para penggemar manga dan anime tentunya sudah tak asing dengan Attack on Titan. Judul populer ini memang punya cukup banyak fans di seluruh dunia. Ketika pertama kali diumumkan akan dirilis dalam versi video game, pastinya banyak fans Attack on Titan yang sudah tidak sabar untuk segera memainkannya.
Sayangnya, setelah meluncur untuk konsol Nintendo 3DS dengan judul Attack on Titan: The Last Wings of Mankind, tak semua gamer bisa menikmatinya. Ya, hingga saat ini game tersebut memang hanya tersedia dalam versi Jepang.
Kabar baiknya, ada kemungkinan Attack on Titan: The Last Wings of Mankind tengah dalam proses untuk dirilis dalam versi barat. Isu ini berhembus setelah website Australian Classification Board memasukkan game tersebut dalam daftar dan mendapat rating MA 15+.
Memang tidak ada keterangan yang menyebutkan tentang tanggal rilisnya di Australia. Setidaknya, kabar ini merupakan titik terang bagi mereka yang ingin memaingkan Attack on Titan: The Last Wings of Mankind namun terbatas oleh bahasa.
Seperti diketahui, Attack on Titan: The Last Wings of Mankind adalah game action yang memungkinkan gamer mengendalikan tiga tokoh utama, yaitu Eren, Mikasa, dan Armin. Sejak dirilis untuk 3DS di Jepang Desember tahun lalu, game ini mampu menghasilkan angka penjualan yang sangat baik.
↧
Hearthstone Segera Tuju Tablet Android!
Salah satu game paling adiktif saat ini, predikat yang satu ini memang pantas disandang oleh game kartu dari Blizzard – Hearthstone. Ia mungkin tidak menawarkan kualitas visual memesona atau bahkan konsep cerita sama sekali, namun game pertempuran kartu ini akan membuat Anda menghabiskan waktu permainan hingga berjam-jam tanpa diasadari. Menyusun kombinasi deck yang Anda anggap akan efektif untuk digunakan dalam beragam situasi yang ada, menyusun strategi, mengatur resource, dan rasa puas yang muncul ketika rencana terbukti berhasil menyisakan sensasi yang sulit untuk ditinggalkan. Entah berita baik atau berita buruk, namun adiksi ini kini menemukan ruang baru untuk menyita perhatian Anda dimanapun, kapanpun.
Benar sekali, Hearthstone akhirnya dikonfirmasikan akan meluncur untuk tablet berbasis sistem operasi Android. Konfirmasi ini keluar dari mulut Blizzard sendiri lewat post blog resmi mereka di Battle.net. Mereka mengaku hanya butuh memoles sedikit lagi elemen di dalam game ini sebelum akhirnya siap dirilis. Blizzard menargetkan Hearthstone versi tablet ini seharusnya sudah siap dimainkan sebelum akhir tahun ini. Namun sayangnya, tidak demikian dengan versi smartphone yang juga sedang dalam proses pengembangan. Blizzard meminta waktu lebih banyak untuk menghadirkan game ini di smartphone iOS dan Android dan rencananya baru akan siap meluncur tahun 2015 mendatang.
Blizzard kembali menegaskan bahwa mereka akan berusaha untuk membuat Hearthstone versi tablet dan smartphone ini akan tampil intuitif seperti halnya di versi PC. Mereka mengaku bahwa tantangan tersulit adalah merombak user-interface yang ditawarkan untuk membuatnya tetap nyaman untuk dimainkan. Tidak hanya itu saja, mereka juga harus memastikan bahwa terlepas dari ukuran tablet atau smartphone yang dimiliki oleh gamer, pengalaman Hearthstone ini tidak akan banyak berbeda.
Jika Anda termasuk gamer yang belum pernah menjajal game ini sebelumnya dan menginginkan sebuah game yang akan menyita waktu Anda dalam format yang super menyenangkan? You should definitely try it!
↧
Review Ryse – Son of Rome: Pertempuran Memanjakan Mata!
Disebut-sebut sebagai game eksklusif yang memang didesain untuk mendemonstrasikan seberapa kuatnya konsol generasi terbaru Microsoft – Xbox One, Crytek memang punya tanggung jawab yang cukup berat di Ryse: Son of Rome. Mereka harus memastikan CryEngine generasi terbaru mereka memang mampu memfasilitasi hal tersebut dengan sangat baik. Namun siapa yang menyangka bahwa eksklusivitas tersebut ternyata hanya bersifat sementara. Menyusul Dead Rising 3 dari Capcom yang akhirnya menuju ke PC, Ryse: Son of Rome juga akhirnya tiba di platform yang sama. Kesan pertama yang ia tawarkan memang cukup kuat.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan cukup banyak gambaran nilai jual seperti apa yang ditawarkan oleh Ryse: Son of Rome versi PC ini. Kami bahkan tidak tanggung-tanggung mengkategorikannya sebagai salah satu game PC dengan kualitas visualisasi terbaik saat ini. Di setting mentok kanan, CryEngine generasi terbaru ini tampil begitu memanjakan mata, menawarkan detail karakter dan lingkungan yang begitu memesona. Namun di saat yang sama, ada catatan ekstra tentang mekanisme gameplay terlampau sederhana yang diusung. Cerita yang ditawarkan memang cukup memancing rasa penasaran, namun apakah cukup kuat untuk terus membuat Anda mengikuti setiap titik momen yang ada? Bagiamana dengan mode multiplayer yang ditawarkan? Kedua elemen ini tentu akan menjadi fokus pembahasan di review kali ini.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Ryse: Son of Rome ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai pertempuran yang memanjakan mata? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Roma adalah salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada di sejarah perkembangan dunia, ini menjadi fakta yang tidak bisa terbantahkan. Tidak hanya berhasil membangun sistem politik dan pemerintahan yang kuat, Roma juga dikenal dengan kekuatan militer taktis tanpa rasa takut, yang efektif untuk menangkal beragam bentuk ancaman. Jumlah masif, strategi perperangan yang cerdas, teknologi senjata yang dikembangkan, Roma dengan mudah menguasai belahan dunia yang besar, tanpa rasa ampun. Di masa keemasan Roma inilah, Ryse: Son of Rome mengambil setting utama, dimana kota dan kebudayaan yang mereka usung terlihat begitu maju pada masanya. Anda akan berperan sebagai Marius Titus, seorang Jenderal Pasukan Roma yang kesetiaannya hanya pada Kekaisaran dimana ia bernaung dan tidak lebih. Berangkat dari keluarga militer yang sama, Marius perlahan namun pasti, membuktikan diri mengapa ia pantas menyandang gelar sebagai salah satu pasukan Roma terbaik. Perperangan demi perperangan ia menangkan, dengan membuktikan keberaniannya di garis depan. Berhasil menundukkan pasukan Barbarian yang mengancam, bukan hidup bahagia yang didapatkan Marius, melainkan tragedi. Pasukan Barbarian berhasil memasuki Roma dan berakhir menghabisi kedua orang tuanya dan sang adik perempuan yang ia cintai. Bernaung di bawah Commander bernama Vitallion dan pasukan XIV Legion, Marius bersumpah untuk menuntut balas. Misi balas dendam itu akhirnya membawa Marius dan pasukan Roma menuju Britain, sumber dari para Barbarian yang berhasil menawan Commodus, anak laki-laki dari Emperor Nero, Kaisar Roma. Namun Commodus ternyata tidak berada di sana. Para barbarian telah menukarkan tawanan penting ini dengan suku “misterius” lain di bagian utara yang selama ini lebih dikenal sekedar sebagai mitos, sebuah suku kanibal yang dari satu kisah ke kisah lainnya, disebut sebagai manusia-manusia dengan kepala binatang. Marius kembali mengemban tugas suci sebagai ujung tombak supremasi Roma dan bergerak tanpa rasa takut, berusaha merebut kembali Commodus. Menariknya lagi? Marius ternyata tidak sendiri. Tidak hanya dilindungi oleh pasukan yang bernaung di bawah komandonya, Marius juga senantiasa dikunjungi oleh sesosok wanita cantik misterius yang mengesankan vibe yang kentara, bahwa dirinya bukanlah manusia biasa seperti halnya sebagian besar musuh yang kita hadapi. Commodus berhasil diselmatkan, namun Marius harus berhadapan dengan fakta lain yang jauh lebih menyakitkan. Seperti cerita Damocles – sang jenderal legendaris dalam hikayat yang dikhianati, mati, dan dibangkitkan kembali oleh dewi balas dendam – Nemesis, Marius menemukan bahwa keluarga yang ia cintai ternyata tidak serta merta begitu saja tewas karena invasi para Barbarian. Marius mulai mencium bau-bau pengkhianatan, dari Kekaisaran yang selama ini ia cintai. Lantas apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya musuh utama Marius? Siapa sosok wanita yang “menemani” perjuangannya selama ini? Semua misteri ini akan bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.↧
Driveclub Versi PS Plus Belum Bisa Dipastikan
Sejak dirilis beberapa waktu yang lalu, Driveclub versi PS Plus masih bermasalah. Padahal, kehadiran game yang bisa diunduh secara gratis oleh para gamer PS4 yang berlangganan PS Plus tersebut cukup ditunggu.
Pihak Evolution selaku developer sendiri hingga saat ini belum memiliki informasi terbaru terkait perkembangan dari proses perbaikan masalah yang ada.
“Kabar mengenai (Driveclub) PS Plus Edition akan hadir secepatnya setelah kami mendapatkan info yang pasti,” ujar pihak developer melalui akun Facebook resminya.
Masalah server yang menimpa gamer Driveclub sangat berpengaruh pada keseluruhan game. Hasilnya, para gamer tidak bisa terhubung secara online. Padahal fitur online gaming tersebut adalah salah satu nilai jual utama dari Driveclub.
Walaupun pihak Evolution belum memberi pengumuman terbaru, sebagian besar gamer saat ini justru mengaku sudah bisa terkoneksi dengan server. Meski begitu, di ‘jam sibuk’ dimana banyak gamer yang mencoba online, masalah kembali muncul.
“Kami melihat sebagian dari Anda para gamer sudah bisa bermain online. Tapi kami tahu ketika ‘peak times’ sulit untuk bisa terhubung. Jadi kami masih bekerja keras untuk memperbaikinya di setiap update yang kami lakukan,” jelas pihak Evolution.
Evolution pun menyadari bahwa meski sudah ada gamer yang bisa terkoneksi dengan server, beberapa dari mereka tetap sulit untuk masuk ke mode multiplayer. Posting ke leaderboard pun terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama.
Seperti diketahui Driveclub versi PS Plus hadir bersamaan dengan versi retailnya sekitar dua pekan yang lalu. Terlepas dari adanya masalah pada server, Evolution tetap berencana merilis konten baru setiap bulannya.
↧
↧
GTA: San Andreas Akan Dapatkan Proses HD Remaster?
Merilis ulang game yang sempat populer di masa lalu dengan kualitas visualisasi yang lebih baik dan pantas untuk disandingkan dengan game-game keluaran konsol generasi saat ini atau terdahulu, proses HD Remaster memang tengah menjadi primadona baru para publisher raksasa di industri game. Tidak perlu berpikir keras menentukan konsep dari awal, dengan basis fans yang masih membuka diri untuk menikmatinya, beberapa proyek HD Remaster terbukti berhasil meraih penjualan yang cukup tinggi. Namun siapa yang menyangka bahwa Rockstar tampaknya juga ikut terseret ke dalam pusaran godaan yang sama. Selain mempersiapkan GTA V untuk Playstation 4, Xbox One, dan PC, developer kawakan ini kabarnya juga mempersiapkan proses HD Remaster untuk seri populer GTA yang lain – San Andreas.
Baik Rockstar maupun Take Two sebagai pemilik franchise memang belum membuka mulut sama sekali, namun indikasi secara kuat mengarah pada potensi rilis ulang GTA: San Andreas dalam format HD Remaster. Rockstar secara tiba-tiba menarik GTA: San Andreas dari rilis klasik Playstation Network dan Xbox Live. Menariknya lagi? Sebuah achievements baru terkait game ini justru bocor di dunia maya, memperkuat dugaan bahwa GTA: San Andreas memang akan dirilis ulang dalam resolusi natif untuk Playstation 3 dan Xbox 360. Apalagi mengingat bahwa GTA: San Andreas segera akan merayakan hari jadinya yang ke-10, setelah dirilis pada 26 Oktober 2004 silam.
Lantas, seberapa tepatnya spekulasi yang satu ini? Rockstar sendiri masih belum melemparkan respon resmi apapun.
Sebuah seri HD Remaster? Atau sekedar menyuntikkan sistem achievements ke dalamnya? Kita tunggu saja hingga Rockstar angkat bicara. Well, hope so..
↧
Return of the Obra Dinn – Game Baru dari Dev. Papers Please
Sebagian besar dari Anda yang sudah mencicipi game indie – Papers Please tentu saja setuju akan satu hal, bahwa ia menawarkan sebuah pengalaman bermain unik yang belum pernah ditawarkan game manapun sebelumnya. Posisi sang developer – Lucas Pope untuk tetap bertahan di jalur indie terbayarkan, menghasilkan sebuah game inovatif yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Siapa yang menyangka bahwa game yang sekedar meminta Anda untuk memeriksa dan memisahkan dokumen mampu menawarkan tidak hanya tantangan, tetapi juga perjalanan emosional yang kuat. Anda yang jatuh hati dengan developer yang satu ini dan tidak sabar lagi dengan gebrakan mereka selanjutnya boleh bergembira. Sebuah proyek teranyar akhirnya diumumkan.
Lucas Pope akhirnya memperkenalkan game terbaru yang tengah ia racik – Return of the Obra Dinn. Tidak perlu menunggu lama hingga menemukan keunikan game yang satu ini. Mengambil perspektif kacamata orang pertama, game ini akan mengusung gaya visual layaknya game-game klasik di masa lalu, dengan hitam putih dan gaya titik-titik kecil untuk menciptakan gambar. Obra Dinn disebut sebagai game misterius yang akan meminta Anda untuk memecahkan misteri di atas sebuah kapal dagang, yang sempat disinyalir hilang selama 6 tahun lamanya. Mencari clue, menyatukan mereka, dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi akan menjadi tugas utama Anda.
Menariknya lagi, alih-alih sekedar mengumumkannya, Lucas Pope juga langsung merilis alpha build game ini untuk dijajal game lewat situs resminya. Versi alpha ini memang belum memuat konten apapun, namun menjadi acuan seperti apa hasil akhir gamenya nanti. Pope belum punya kepastian kapan Return of the Obra Dinn ini akan dirilis penuh secara komersial.
Tertarik? Anda bisa menjajal build alphanya di sini!
↧
Spesifikasi PC Assassin’s Creed Unity Bocor di Dunia Maya
Meninggalkan platform yang sudah tidak lagi mampu memfasilitasi apa yang mereka visikan dan berfokus hanya di konsol generasi terbaru dan PC, keputusan Ubisoft untuk Assassin’s Creed Unity ini memang pantas untuk diacungi jempol. Tidak lagi menahan diri dan berusaha mati-matian mengoptimalkan performa perangkat keras yang lebih kuat, serangkaian screenshot dan trailer yang sempat dirilis kian menguatkan alasan mengapa Unity menjadi proyek game yang layak untuk diantisipasi. Setting menawan, visualisasi ciamik, dan perubahan mekanik gameplay yang kian disempurnakan menjadi salah satu alasan utama. Namun bagi gamer PC, Unity masih misteri dan mimpi buruk tersendiri. Pertanyaannya tentu saja satu, PC seperti apa yang akan mampu menangani game seperti ini?
Rumor sempat menyebar, menyebut bahwa AC Unity akan memuat data sekitar 50 GB dan setengah darinya – atau sekitar 25 GB berisikan konten data untuk tata cahaya. Tidak hanya itu saja, dengan klaim bahwa game ini juga mampu memuat ribuan AI dalam satu layar, dengan dunia lebih luas dan detail lingkungan yang lebih baik dibandingkan seri pendahulunya, AC Unity memperkuat posisinya sebagai sebuah game generasi terbaru. Sebuah tantangan yang tentu saja tidak mudah untuk para gamer PC yang menantikannya, apalagi yang berambisi untuk menikmatinya dalam kualitas paling optimal. Jika Anda termasuk salah satunya, Anda mulai harus memperkuat rig Anda, sekuat yang Anda bisa.
Ubisoft sendiri memang belum merilis secara resmi spesifikasi PC untuk Assassin’s Creed Unity, namun hal ini tentu saja tidak menghalangi dunia maya untuk mencari informasi “bocoran”. Ucapan terima kasih pantas dilayangkan untuk Intra Games – distributor game resmi untuk Ubisoft Korea yang memuat informasi tersebut di situs resmi mereka. Jadi apa yang Anda butuhkan untuk menikmati AC Unity versi PC ini? Gamer PC, bersiaplah berteriak:
Minimum Requirements
- OS: Windows 7 SP1, Windows 8/8.1 (Only 64-bit supports)
- CPU: Intel Core® i5-2500K @ 3.3 GHz or AMD FX-8350 @ 4.0 GHz or above
- RAM: 6 GB
- GPU: NVIDIA GeForce® GTX 680 or AMD Radeon HD 7970 or above (Graphic Memory minimum – 2GB)
- Sound Card: DX9.0c-compatible
- HDD: 50 GB
- Multiplayer: 256 kbps Upload bandwith or higher
Recommend Requirements
- OS: Windows 7 SP1, Windows 8/8.1 (Only 64-bit supports)
- CPU: Intel Core® i7-3770 @ 3.4 GHz or AMD FX-8350 @ 4.0 GHz or above
- RAM: 8 GB or above
- GPU: NVIDIA GeForce® GTX 780 or AMD Radeon R9 290X or above (Graphic Memory Recommended – 3 GB)
- Sound Card: DX9.0c-compatible
- HDD: 50 GB
- Multiplayer: 256 kbps Upload bandwith or higher
↧
Dev. Hatred Tegaskan Game Mereka Bukan Simulator!
Kontroversi dengan begitu banyak reaksi negatif yang mengemuka, developer asal Polandia – Destructive Creations tampaknya memang sudah mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan hal ini ketika mengumumkan game perdana mereka – Hatred. Bagaimana tidak? Mereka memutuskan untuk membawa isu sensitif ke ranah yang lebih “gila” dan bahkan menjadikanya sebagai nilai jual utama. Hatred akan meminta Anda berperan sebagai seorang psikopat tanpa motif jelas yang hanya memiliki sekedar rasa benci. Misi utamanya? Membantai orang-orang tidak bersalah dengan rentetan peluru senapan mesin, bahkan juga dengan gaya eksekusi sinematik yang brutal. Walaupun banyak media dan gamer yang “mengutuk” game ini, developer Hatred tetap tidak bergeming. Mereka menjelaskan sikap mereka.
Dalam wawancaranya dengan situs gaming – Gamona.de, Jaroslaw Zielinski dari Destructive Creations menjelaskan latar belakang dan sikap mereka terkait Hatred. Satu yang pasti, mereka tidak akan menarik diri hanya karena reaksi negatif yang muncul di industri game. Mengaku terinspirasi dari seri original Postal, mereka menegaskan bahwa Hatred tidak didesain untuk membenarkan pembunuhan atas orang sipil. Namun memang konsep utama game ini adalah membunuh, dan mereka tidak ingin “membungkus”-nya dengan nilai moral semua. Tidak banyak berbeda dengan GTA yang karakter utamanya membunuh karena serakah, karakter utama di Hatred beraksi karena motif rasa benci. Itu saja, jelas Zielinski.
Menanggapi ketakutan bahwa Hatred akan membuat citra gamer terlihat sebagai orang yang cinta kekerasan, Zielinski menyebut bahwa pandangan seperti ini terlalu berlebihan. Ia menyebut bahwa sebagian besar game saat ini semuanya berfokus pada membunuh orang lain. Yang mereka lakukan di Hatred, hanya menyajikannya secara sederhana dan jujur. Ia juga yakin, dengan bukti yang sudah ada, bahwa kontroversi tidak akan membuat industri game tewas begitu saja. Ia juga menegaskan bahwa Hatred bukanlah sebuah game simulator pembunuhan, tetapi sebuah game arcade yang didesain untuk bersenang-senang. Selain Postal, ia juga mengaku terinspirasi dari film-fim Hollywood seperti Rampage dan Natural Born Killers.
Beberapa saran memang sempat mengemuka, meminta Destructive Creations untuk mengubah tema game ini menjadi sekedar “pembantaian” Zombie, namun Zielinski menolak menyanggupi permintaan tersebut. Ia secara jujur mengaku bahwa jika tema ini diubah, orang-orang mungkin tidak akan pernah mendengar nama Hatred sebelumnya. Sebagai sebuah tim developer kecil dengan dana yang sangat terbatas, kontroversi menjadi sarana marketing yang begitu efektif untuk mempopulerkan game ini ke seluruh dunia. Berhadapan dengan “media” Amerika yang sensitif setelah beragam kasus penembakan di area publik dan ancaman terhadap itu, Zielinski secara tegas menegaskan bahwa kasus seperti ini tidak pernah terjadi di Polandia dan tidak menginspirasi mereka sama sekali.
Di wawancara yang sama pula, Zielinski menegaskan bahwa terlepas dari tujuh buah misi yang harus Anda selesaikan di Hatred, Anda tidak akan pernah punya kesempatan untuk mengenal sosok karakter utamanya lebih dalam. Mereka tetap ingin mempertahankan sosoknya sebagai seorang pembunuh psikopat yang misterius. Ia tidak ingin gamer berusaha memahami, mengerti, bersimpati, atau bahkan berusaha melakukan justifikasi atas apa yang ia lakukan. Ia hanya ingin gamer melihatnya sebagai seorang “senjata pemusnah massal” tanpa jiwa dan bersenang-senang dengannya. Ia tidak ingin karakter utama ini dilihat sebagai seorang yang terlalu manusiawi.
Hatred sendiri akan dirilis tahun 2015 mendatang, sementara eksklusif untuk PC.
Bagiamana dengan Anda sendiri? Apakah penjelasan yang dilemparkan oleh developer ini kian membuat Anda menantikan game yang satu ini? Atau Anda tetap melihatnya sebagai sebuah game “simulator” pembunuhan massal yang menjijikkan?
Source: Gamona
↧
↧
Dark Souls 2 Dapatkan Mod First-Person
Sebagian besar gamer tentu saja setuju bahwa Dark Souls dari From Software boleh terbilang sebagai salah satu game tersulit yang dirilis selama satu dekade terakhir ini. Berbeda dengan sebagian besar game modern yang berusaha untuk menurunkan tingkat kesulitan yang ada untuk memastikan gamer dapat “menikmatinya”, pesona Dark Souls justru terletak pada elemen tersebut. Tidak memberikan celah pada kesalahan sekecil apapun dan menuntut konsentrasi tinggi, franchise ini seolah didesain hanya untuk gamer klasik dan hardcore. Anda termasuk gamer yang sudah menyelesaikannya? Butuh tantangan ekstra dengan pengalaman baru? Mod yang satu ini mungkin menjadi jawaban yang Anda cari.
Menawarkan sedikit sensasi seperti Skyrim, Dark Souls 2 akhirnya mendapatkan mod “FPS”, kesempatan untuk menikmati game yang satu ini dari kacamata orang pertama. Sudut pandang yang cukup luas, dengan gerak yang masih memperlihatkan gerak senjata Anda di kedua sisi, mod ini tentu saja mampu menawarkan pengalaman Dark Souls yang jauh berbeda. Salah satu user Youtube bernama Benzoin-Gum mendemonstrasikan hasil akhir apa yang bisa dicapai oleh mod yang satu ini. Untuk menikmatinya, selain mengunduh mod first-person ini sendiri, Anda juga harus memasang Cheat Engine sebagai syarat. Sayangnya belum ada kepastian apakah mod ini akan dikategorikan sebagai “Cheat” dan mengundang ban ketika mengakses mode multiplayer atau tidak.
Anda termasuk gamer Dark Souls 2 yang selalu memainkannya secara offline? Maka tidak ada alasan bagi Anda untuk takut menjajal mod yang satu ini. Anda yang tertarik bisa mengunduhnya di sini.
↧
Mortal Kombat Akan Rilis Film Seri Baru
Warner Bros. mengumumkan bahwa mereka tengah menggarap seri live-action terbaru dari Mortal Kombat. Dalam proyek kali ini, Warner Bros. menunjuk Blue Ribbon Content sebagai pihak yang bertugas mengerjakan tahap produksi.
Menurut Warner, seri Mortal Kombat terbaru tersebut akan menampilkan cerita dari beberapa karakter ikonik, serta memperkenalkan tokoh-tokoh baru. Sayang, pihak Warner belum mau menjelaskan lebih lanjut.
Meski begitu, perusahaan tersebut berjanji kedepannya akan selalu membagikan informasi-informasi terbaru terkait pengembangan seri live-action Mortal Kombat ini. Peluncurannya sendiri diprediksi tidak akan terpaut jauh dari game Mortal Kombat X. Jika tidak ada perubahan jadwal, game Mortal Kombat X meluncur 14 April 2015.
Seperti diketahui, live-action Mortal Kombat terakhir dirilis pada 2011 lalu dengan judul Mortal Kombat: Legacy, yang dipublikasikan melalui YouTube. Mortal Kombat: Legacy merupakan prequel dari game Mortal Kombat pertama.
Setelah itu, season kedua dari Mortal Kombat: Legacy meluncur pada tahun 2013 lalu. Berbeda dengan seri sebelumnya, season dua lebih fokus pada turnamen Mortal Kombat.
↧
Review The Legend of Korra: Kekecewaan Berat Para Fans!
Sebagian besar dari Anda tentu saja familiar dengan kata “Avatar”. Kita tidak tengah membicarakan para mahkluk biru jangkung dari film garapan James Cameron yang berhasil memukau dunia, tetapi sebuah seri film animasi dari Nickelodeon. Sempat diputar oleh televisi swasta di Indonesia, perjalanan sang Avatar yang merupakan representasi dari keseimbangan dunia membuat banyak orang jatuh hati. Terlepas dari gaya animasinya yang mungkin terlihat anak-anak di awal season, Avatar: The Last Airbender membuktikan tajinya di season akhir, dengan karakter memorable, plot yang kompleks, dan animasi pertempuran yang memukau. Sensasi yang kian disempurnakan di sang seri kelanjutan – The Legend of Korra.
Setelah tewasnya Aang dan dinamika dunia yang berubah drastis dengan perkembangan teknologi yang kian modern, Korra berhadapan dengan bentuk masalah yang berbeda. Satu yang pasti, The Legend of Korra semakin membuktikan diri sebagai sebuah seri Avatar yang solid. Kesempatan untuk mempelajari asal usul lahirnya Avatar dan reinkarnasinya di Season 2, pertempuran keren dengan villain super memorable di Season 3, dan konflik sosial yang kompleks di Season 1 berhasil menyihir begitu banyak fans seri Avatar original, termasuk kami. Dengan rasa cinta kami yang begitu besar sebagai fans seri ini, tidak ada yang lebih membahagiakan selain menemukan fakta bahwa Korra akan mendapatkan seri game-nya sendiri. Bagian terbaik? Platinum Games – developer Jepang dengan track record game action yang tidak perlu diragukan lagi, dinobatkan sebagai si developer.
Dengan semua antisipasi dan campur tangan Platinum ini, bagaimana performa akhir yang ditawarkan oleh The Legend of Korra versi video game ini? Mengapa kami justru menyebutnya sebagai seri game yang mengecawakan para fans, termasuk kami? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Berbeda dengan proyek adaptasi serupa yang biasanya mengadaptasi petualangan versi film seri originalnya menjadi video game, The Legend of Korra versi video game ini hadir sebagai sebuah seri spin-off, menawarkan jalinan cerita yang tidak pernah dimuat di film serinya. Mengambil setting antara Season 2 dan 3, Korra harus berhadapan dengan bentuk ancaman baru setelah membuka portal dunia Spirits dan dunia manusia di akhir Season 2. Secara tiba-tiba, ia harus berhadapan dengan para pasukan Chi Blocker yang tanpa alasan yang jelas, berusaha menyerang dan menawannya. Di tengah kondisi terdesak inilah, Korra melihat sesosok pria tua misterius yang disinyalir menjadi otak di belakang serangan ini. Diserang dengan menggunakan jarum di beberapa titik, Korra yang terbangun menemukan bencana baru – ia kehilangan semua kemampuan pengendalian elemennya. Misi untuk mencari jawaban pun dimulai. Bergerak ke Republic City dan berusaha menemui Tenzin – anak Aang yang juga menjadi guru Air-Bending-nya, Korra berusaha mendapaktan kembali kekuatan pengendaliannya, satu per satu. Namun seperti yang bisa diprediksi, sang pria tua misterius ini tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja. Di sepanjang perjalanan, puluhan Chi Blocker ditugaskan untuk menghalangi jalan Korra yang tidak berdaya. Tidak hanya Chi Blocker, sang tokoh antagonis utama ini juga berhasil merekrut para Benders dari beragam elemen serta Mecha Tank yang terlihat mengancam. Mampukah Korra mendapatkan kekuatannya kembali? Siapa pria misterius ini dan motif apa yang melatarbelakangi aksinya? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Legend of Korra ini.↧