Ada dua alasan untuk menantikan proyek HD Remaster terbaru dari Square Enix – Final Fantasy Type-0 HD Remaster. Pertama tentu saja berangkat dari fakta bahwa game ini akan menjadi seri Final Fantasy pertama yang akan dirilis untuk Playstation 4 dan Xbox One, lengkap dengan translasi bahasa Inggris yang selama ini selalu dikeluhkan oleh gamer PSP di luar region Jepang. Kedua, tentu saja karena ia akan memuat kode demo untuk Final Fantasy XV, sebuah game yang sudah diracik oleh Square Enix selama 8 tahun terakhir ini. Apapun alasan Anda melirik game yang satu ini, misi Square Enix kini hanya satu – memastikan bahwa Anda tidak sedikit pun melupakannya. Trailer terbaru yang mereka rilis tampaknya cukup membantu mencapai misi yang satu ini
Bersamaan dengan moment Paris Games Week yang akan berlangsung, Square Enix merilis trailer terbaru – Enter the Fray – yang memberikan sedikit latar belakang tentang cerita di balik Final Fantasy Type-0 HD Remaster ini. Perperangan besar menyelimuti semesta yang indah – Orience, yang kini terbagi menjadi empat kerajaan yang masing-masing memiliki identitasnya sendiri-sendiri: Rubrum, Milites, Concordia, Lorican.
Anda akan berperan sebagai Class Zero – kumpulan pasukan elite berbasis magic dari Rubrum yang berusaha menangkal serangan dari Milites, yang ternyata punya kemampuan untuk menihilkanhal tersebut. Pertempuran epik dan tragedi menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Selain memperlihatkan cerita, trailer ini juga memberikan sedikit intipan tentang kualitas visual seperti apa yang akan ditawarkan HD Remaster ini.
Final Fantasy Type-0 HD Remaster ini sendiri rencananya akan dirilis pada 17 Maret 2015 mendatang untuk Playstation 4 dan Xbox One. Looks awesome!
↧
Final Fantasy Type-0 HD Rilis Trailer Terbaru
↧
Destiny Ungkap Konten Ekspansi Pertama – The Dark Below
Konten yang minim, ini mungkin menjadi salah satu keluhan gamer yang sudah sempat mencicipi game yang sangat diantisipasi tahun ini – Destiny. Proyek perdana Bungie Studios setelah Halo ini memang mendapatkan respon yang cukup beragam, positif maupun negatif. Walaupun hadir dengan cerita yang lemah serta misi-misi yang repetitif, Destiny mampu membuat banyak gamer yang sudah mencicipinya, untuk terus kembali, mengulang rutinitas yang sama untuk memperkuat karakter yang mereka ciptakan. Berburu senjata dan perlengkapan baru, menyelesaikan Raid bersama dengan teman yang lain, hingga sekedar bersenang-senang. Jika Anda termasuk gamer yang belum bisa lepas dari Destiny, maka ini akan menjadi informasi yang sudah lama Anda nanti.
Seperti janji mereka untuk melemparkan ekstra dua expansion pack di masa depan, Bungie akhirnya membuka tabir misteri terkait konten pertama – The Dark Below. Konten terbaru ini tidak hanya akan membuka misi Raid dan Strike baru, tetapi juga memperluas konten cerita yang ditawarkan Destiny. Tentu saja, seperti yang bisa diprediksi, ia juga akan memuat rangkaian variasi senjata dan equipment baru yang menarik. Dijual secara terpisah dengan harga sekitar USD 20, atau USD 35 untuk versi expansion pass, apa saja yang bisa Anda antisipasi dari The Dark Below ini? Berikut adalah konten yang ditawarkan:
- Senjata, armor, dan gear baru – termasuk yang tingkat kelangkaannya Legendary dan Exotic
- Batas level sekarang naik ke level 32
- Lima tambahan slot untuk Bounty
- Tiga misi cerita utama baru. Anda akan terlibat aksi teranyar bersama dengan karakter baru – Eris, untuk menghentikan aksi para Hive yang berusaha membangunkan dewa mereka – Crota untuk menghancurkan bumi. Reward baru akan ditawarkan di misi cerita baru ini.
- Misi Strike Baru – The Will of Crota. Di sini Anda dan Fireteam Anda akan bertempur melawan Omnigul yang tengah membangun pasukan masif Hive di bawah perintah Crota
- Tiga map baru untuk mode kompetitif: Pantheon, Skyshoc, The Cauldron
- Misi Raid 6 orang baru – Crota’s End, yang akan membawa Anda ke dalam Hellmouth.
- Gamer Playstation 4 dan Playstation 3 akan mendapatkan misi Strike keempat eksklusif – The Undying Mind.
↧
↧
Kurang Game Baru, Pendapatan Capcom Turun Drastis!
Tidak ada gamer yang tidak pernah mendengar nama Capcom sebelumnya, terlepas ia dihargai karena game berkualitas yang berhasil ia racik selama kiprahnya di industri game, atau sekedar menjadi bahan “olokan” karena kebijakan yang dianggap terlalu berorientasi pada uang. Namun salut yang tinggi memang pantas untuk diarahkan pada publisher yang tampaknya tidak pernah takut untuk secara konsisten melahirkan game-game menarik ini, apalagi di tengah persaingan konsol generasi terbaru yang memanas. Namun terlepas dari betapa “lincahnya” Capcom bergerak, tahun 2014 tampaknya bukan tahun yang baik untuk Capcom. Strategi yang mereka usung ternyata tidak banyak berhasil.
Ultra Street Fighter IV, Phoenix Wright: Ace Attorney Trilogy, dan Dead Rising 3 tampaknya tidak cukup kuat untuk mengangkat Capcom dari catatan finansial yang terhitung buruk. Publisher dan developer asal Jepang tersebut mengumumkan penurunan pendapatan di tengah tahun finansial mereka (1 April 2014 – 30 September 2014) yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, sekitar 51,3 persen. Sementara di sisi lain, untung bersih mereka juga jatuh sekitar 39,9 persen dibandingkan tahun lalu.
Alasannya? Tentu saja karena Capcom tidak memiliki judul game raksasa apapun untuk dirilis selama periode waktu ini. Bertolak belakang dengan tahun lalu dimana mereka disokong oleh penjualan Monster Hunter 4 untuk Nintendo 3DS yang tumbuh begitu fantastis. Oleh karena itu, penjualan hanya lahir dari produk-produk yang memang sudah eksis sebelumnya. Di kesempatan yang sama, Capcom memberikan tribut khusus untuk Monster Hunter Frontier G dan Monster Hunter Freedom Unite yang hadir dengan prestasi cukup baik. Tidak hanya game, cabang bisnis Capcom yang lain seperti mesin Arcade, peralatan hiburan dan lainnya juga mengalami penurunan yang signifikan.
Untuk sementara ini, Capcom sendiri memang tengah sibuk mempersiapkan beberapa judul raksasa seperti RE: Revelations 2, RE Remake HD Remaster, dan tentu saja – Deep Down yang diposisikan eksklusif untuk Playstation 4. Apakah sepak terjang ketiga judul ini akan membantu Capcom kembali ke persaingan? Kita tunggu saja.
↧
Ubisoft Tidak Tertarik Kembangkan Assassin’s Creed Jepang
Sejarah dari negara-negara di kawasan Asia Timur seperti China dan Jepang memang terdengar seperti bahan yang akan tampil menarik jika dieksplorasi di game-game seperti Assassin’s Creed misalnya. Membayangkan kesempatan untuk menjelajahi settingnya yang eksotis, mencicipi beragam kebudayaan kental yang mengakar di sana, sembari terjebak dalam plot twist persaingan antara Templar – Assassin di sana tentu menjadi sebuah pengalaman yang sangat diantisipasi. Bayangkan kesempatan berperan sebagai seorang Ninja atau Samurai di zaman feudal Jepang, misalnya, dengan gameplay open-world yang memesona. Namun sayangnya, terlepas dari permintaan gamer yang kuat, Ubisoft sekali lagi mengungkapkan ketidaktertarikannya untuk menjadikan Jepang sebagai setting untuk seri utama Assassin’s Creed.
Alasannya? Alex Hutchinson melihat setting Jepang ini tidak akan terlihat unik dan justru akan terasa sangat familiar untuk sebagian besar gamer. Dalam wawancaranya dengan Total Xbox, Hutchinson mengaku bahwa Jepang mungkin akan terlihat luar biasa dari perspektif desain, namun sayangnya, konsep ninja atau samurai adalah sesuatu yang sudah dieksploitasi berulang-ulang oleh industri game. Gamer akan terus merasa mereka sudah pernah memainkan game ini sebelumnya jika Ubisoft memaksakan Assassin’s Creed dengan timeline Jepang. Oleh karena itu, ia lebih memilih Assassin’s Creed untuk mengeksploitasi kisah sejarah yang jarang dilirik dari beragam belahan dunia. Hal ini akan menjamin setiap serinya terasa lebih menyenangkan, baru, keren, dan menyegarkan.
Ditanya tentang setting Assassin’s Creed selanjutnya yang hendak ia ciptakan setelah Paris, Hutchinson mengungkapkan bahwa timeline “British Raj” berada dalam prioritas paling tinggi. Bagi Anda yang belum familiar dengan timeline ini, British Raj merupakan periode kekuasaan Inggris di daratan India yang berlangsung antara tahun 1858 – 1947. Game terbaru Ubisoft – Assassin’s Creed Unity sendiri akan meluncur pada 11 November 2014 mendatang, untuk Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja PC.
Jepang atau India? Setting mana yang lebih Anda pilih untuk jadi seri Assassin’s Creed selanjutnya?
↧
Gugatan Hukum Diktator Panama atas COD: Black Ops II Ditolak
Gugat menggugat hukum memang bukan “barang baru” di industri game. Sebagai bisnis hiburan dengan putaran uang yang mencenangkan, selalu saja pihak yang merasa dirinya dirugikan oleh yang lain, baik antar publisher, developer, ataupun perorangan. Ternyata fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan artis papan atas Hollywood saja, seperti kasus Lindsay Lohan dan GTA V, tetapi juga menyangkut salah satu “tokoh dunia” yang cukup kontroversial di masa lalu. Adalah Manuel Noriega – yang lebih dikenal sebagai diktator asal Panama yang mengajukan permintaan ganti rugi terhadap Activision atas digunakannya karakter dirinya di Call of Duty: Black Ops II tanpa izin. Merasa dirugikan, diktator ini pun sempat melayangkan gugatan hukum.
Setelah diproses untuk waktu yang cukup lama, pengadilan Los Angeles Superior Court akhirnya menetapkan keputusan untuk membatalkan gugatan hukum dari Noriega ini. Penggunaan karakter mirip yang dilakukan Activision di COD: Black Ops II dilihat sebagai sebuah bentuk kebebasan untuk berekspresi dan dianggap tidak mencederai reputasi Noriega secara langsung. Jaksa menegaskan bahwa Noriega sejak awal memang sudah dikenal karena aksinya yang buruk, apalagi dengan beragam bukti yang tersebar dari media selama kiprahnya sebagai diktator Panama di era tahun 1980-1990-an. Oleh karena itu, tuntutan ini tidak relevan di mata hukum. CEO Activision – Bobby Kotick tentu saja menyambut gembira keputusan ini.
Ini bukan kali pertamanya, tokoh historis ternama mendapatkan porsi cerita tertentu di dalam video game, apalagi ketika membicarakan game FPS militer yang mengakar pada konflik dunia nyata. Noriega down, who’s next?
↧
↧
AC: Unity Versi PC Tidak Dikunci di 30fps
Resolusi dan framerate, dua topik ini tidak pernah menjadi pembicaraan sehangat beberapa bulan terakhir ini. Dengan munculnya generasi konsol terbaru – Playstation 4 dan Xbox One yang ternyata mengusung performa yang berbeda, kedua elemen seolah tampil menjadi indikator bahwa satu konsol tampil lebih superior dibandingkan yang lainnya. Parahnya lagi, tidak hanya berputar di sekitar konsol saja, gamer PC juga mulai mendapatkan efek negatif dari “pertarungan” framerate ini. Beberapa game yang dirilis ke platform yang seharusnya dinamis ini, ternyata memang sudah dikunci di 30fps sebagai setting default. Kasus seperti Dead Rising 3 dan The Evil Within melahirkan kekhawatiran baru, bahwa proses serupa juga akan terjadi di game-game generasi terbaru selanjutnya.
Jika Anda termasuk gamer PC yang menantikan kehadiran Assassin’s Creed Unity yang akan meluncur 11 November 2014 mendatang, maka konfirmasi yang satu ini mungkin akan menjadi berita baik yang sudah lama Anda nantikan. Tidak mengikuti tren yang terjadi di proses port game generasi terbaru yang lain, Ubisoft mengkonfirmasikan bahwa mereka tidak akan mengunci framerate AC: Unity versi PC di 30fps. Ini berarti Anda yang senang dengan format 60fps, bisa tetap mencapai framerate ini, tentu saja selama Anda berhasil mencapai spesifikasi PC yang dibutuhkan. Seperti yang kita tahu, spesifikasi yang dituntut oleh Ubisoft memang terhitung berat untuk game yang satu ini.
Jadi untuk Anda yang mengejar performa 60fps dan menjadikannya sebagai salah satu syarat krusial untuk menikmati sebuah game, pastikan Anda mulai membangun rig yang cukup kuat untuk AC: Unity. Just hope it won’t be a bad port..
↧
Gamer Choice Award – Penghargaan untuk Game Online Indonesia Terbaik
Game online memang menjadi ranah yang berkembang cukup pesat selama beberapa tahun ke belakang, termasuk di Indonesia. Dengan jumlah peminat yang besar, kini semakin banyak publisher lokal yang menghadirkan game-game andalannya di Tanah Air.
Berdasarkan hal itu, Digitalife menggelar sebuah event bernama Gamers Choice Awards yang tujuannya adalah memberikan apresiasi kepada para publisher berdasarkan game-game online yang telah mereka rilis di Indonesia.
Proses dari Gamer Choice Awards sendiri berlangsung selama 10 hari dari tanggal 8-18 Oktober 2014 lalu. Para gamer di Indonesia pun diberi kesempatan untuk mendukung game online favorit mereka untuk jadi yang terbaik.
Ada beberapa kategori yang diperebutkan berdasarkan genre, yakni MMORPG, Casual, MOBA, Sport, serta First-Person Shooter. Untuk MMORPG, dua game yang masuk nominasi adalah Clash of Gods dan Ragnarok Online 2. Sementara di Casual, ada tiga nama yang terpilih, yaitu Touch, Ayo Dance, dan Idol Street. Genre MOBA diperebutkan oleh League of Legends, DOTA 2, dan HoN. Terakhir, yakni FPS, empat nama berhasil masuk nominasi, yakni Point Blank, XSHOT, Counter-Strike Online, dan Crossfire. Sementara untuk Sport hanya diisi oleh FIFA Online 3.
Selain berdasarkan hasil polling, Digitalife juga melakukan penilaian secara tertutup dengan tiga media yang diajak kerjasama, yakni VGI, GameQQ, dan Gudang Gaming untuk menentukan pemenangnya. Penilaiannya meliputi umur game tersebut, besarnya komunitas, pelayanan yang diberikan oleh publisher kepara user-nya, dan beberapa faktor penting lainnya.
Para pemenang dari Gamer Choice Award pun telah diumumkan di ajang Indocomtech 2014 di Jakarta Convention Centre, pada Rabu (29/1) lalu. Berikut adalah para pemenangnnya:
- MOBA: DOTA 2
- Casual: AyoDance
- FPS: Point Blank
- MMORPG: Clash of Gods
- Sport: FIFA Online 3
↧
GameFight: Destiny vs Borderlands The Pre-Sequel
Di tengah perkembangan industri yang kian cepat, bertahan dengan satu genre game dan berusaha menjual produk dari sana tampaknya menjadi sesuatu yang kian mustahil. Banyak developer yang akhirnya terdorong untuk mencari inovasi baru dengan misi utama, menjadikan game yang mereka racik berbeda, unik, namun tetap pantas dinikmati di saat yang sama. Salah satu formula yang berhasil adalah Borderlands, sebuah game hybrid FPS – RPG dalam kadar proporsional yang dikembangkan oleh Gearbox Sofware. Kesempatan untuk menciptakan karakter yang lebih personal lewat segudang loot yang bisa didapatkan dan diseleksi, mekanik gameplay yang cukup kompleks, dan karakter ikonik yang ia usung membuat Borderlands tumbuh menjadi franchise raksasa yang cukup populer. Namun bukan hanya Borderlands yang hadir dengan konsep seperti ini. Game terbaru racikan Bungie Studios selepas dari Halo – Destiny juga berusaha menawarkan hal yang sama.
Namun ada satu hal yang membuat Destiny berbeda, bahwa ia mendefinisikan posisinya tidak sebagai sebuah game FPS RPG, tetapi “Shared World Shooter”. Terlalu kecil dan terbatas untuk disebut sebagai MMO, namun menjadikan multiplayer sebagai basis utama untuk menikmati game ini secara maksimal. Dengan sepak terjang Bungie Studios selama ini, tidak heran jika antisipasi terhadap Destiny begitu kuat. Apalagi sang publisher – Activision diklaim menyiapkan dana sekitar USD 500 juta untuk memastikan game ini sukses di pasaran, menjadikan Destiny sebagai proyek game termahal sepanjang masa. Namun ada satu hal yang menjadikan Destiny dan Borderlands sama, di luar mekanik dasar yang mengintegrasikan elemen RPG tentunya, bahwa keduanya menjadikan multiplayer sebagai syarat utama untuk “memanen” pengalaman yang ada secara optimal.
Berangkat dari persamaan sifat, genre, dan identitas yang serupa inilah, menjadi hal yang rasional untuk membawa kedua game ini untuk masuk ke dalam arena pertempuran ikonik JagatPlay – GameFight. Siapakah yang akan tampil sebagai yang terbaik? Kami akan meniliknya elemen per elemen, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan setiap darinya.
Tanpa perlu membahas elemen ini lebih jauh, sebagian besar dari Anda tentu saja sudah bisa menerka siapa yang akan memenangkan bagian elemen yang satu ini. Bungie Studios mungkin sudah teruji berhasil melahirkan sebuah cerita dan dunia kompleks di seri Halo, yang tersusun begitu indah dan menarik untuk dinikmati. Tidak heran jika banyak yang berharap mereka mampu membangun hal yang sama di Destiny. Namun apa yang kita dapatkan? Kekecewaan besar. Berangkat dari satu chapter ke chapter lainnya, tanpa ada narasi atau cut-scene yang memadai untuk menjelaskan kepada Anda apa yang tengah terjadi, Destiny gagal total di elemen yang satu ini. Sementara di Pre-Sequel, ia menawarkan susunan cerita yang cukup baik dengan menjadikan karakter ikonik dari seri keduanya – Handsome Jack sebagai fokus. Setidaknya Anda punya penjelasan yang lebih kuat soal latar belakang tokoh yang begitu memorable ini. Soal plot, Borderlands: The Pre-Sequel jadi jawaranya.
Sangat disayangkan memang, di tengah popularitas konsol generasi terbaru yang kian naik – Playstation 4 dan Xbox One, Gearbox justru memutuskan untuk merilis Borderlands: The Pre-Sequel ini untuk konsol generasi sebelumnya dan PC. Parahnya lagi, mereka tidak membenahi atau menawarkan sisi visual yang baru sama sekali di Pre-Sequel ini. Anda bahkan masih berkutat dengan masalah klasik – tekstur yang dimuat terlambat setiap kali berganti tempat, seperti seri-seri Borderlands sebelumnya. Sementara di sisi lain, Activision dan Bungie memprioritaskan Destiny untuk dua generasi platform konsol dan mati-matian keempatnya berjalan secara optimal, memaksimalkan setiap bagian kecil performa yang bisa mereka dapatkan. Hasilnya pantas untuk diacungi jempol, dengan visualisasi penuh detail yang pantas untuk diacungi jempol. Destiny menang di arena yang satu ini.
Tidak berlebihan rasanya untuk menyebut bahwa, baik Destiny maupun Borderlands: The Pre-Sequel memang sama-sama tidak didesain untuk dinikmati seorang diri, dan lebih berfokus pada pengalaman multiplayer yang ada. Dan dari sana pulalah, kita akan membandingkan kedua game ini. Borderlands: The Pre-Sequel hadir dengan desain gameplay yang jauh lebih bisa dinikmati daripada Destiny, walaupun ia tidak memuat mode kompetitif di dalamnya. Alih-alih terpecah ke dalam bentuk misi terpisah, ia tetap mengusung konsep dunia open-world yang bebas dijelajahi dengan variasi misi dan misi sampingan yang jauh lebih banyak. Memang ada kesan repetitif karena jenis misi yang kebanyakan serupa, namun setidaknya ia tidak memaksa Anda untuk mengulang misi yang sama secara berulang-ulang dengan konten yang sama sekali tidak berbeda. Sebagai game yang berfokus pada sisi multiplayer, Borderlands: The Pre-Sequel juga mendukung jelas identitas tersebut. Kesempatan melakukan trade, loot yang terasa adil, beberapa skill tree yang juga menghasilkan efek bagi tim lain, permainan elemen serang yang berkontribusi besar, hampir semua elemen gameplay Borderlands: The Pre-Sequel mudah dinikmati. Apakah Destiny kalah telak? Tentu tidak. Jika ada satu nilai positif yang bisa diambil dari sisi gameplaynya, maka sensasi memegang senjata dan menembak yang begitu intuitif jadi catatan tersendiri. Namun selain itu, Borderlands: The Pre-Sequel mendominasi.
Tugas berat untuk membawa pertempuran masif yang ditawarkan Destiny menjadi punya sedikit kepribadian, terletak di pundak seorang Peter Dinklage – yang menjadi pemandu misi sebagai robot kecil simetris – Ghost. Namun statusnya sebagai aktor ternama tidak lantas membuat voice acts-nya sebagai Ghost luar biasa. Disebut sebagai “Dinklebot”, Ghost tampil dengan intonasi yang datar dan dialog yang tak kalah hambar. Sementara di sisi yang lain, hampir semua karakter yang Anda pilih – Titan, Warlock, Hunter juga tidak mengusung kepribadian yang unik masing-masing, dibalik desain armor-nya yang mungkin keren. Secara garis besar, Destiny terasa seperti sebuah dunia bisu yang menolak untuk berbicara kepada Anda apa yang sebenarnya tengah terjadi, apa yang mereka raskanaa, apa yang membuat mereka berbeda di satu sama lain. Bertolak belakang dengan Borderlands: The Pre-Sequel yang hadir seperti sebuah perjalanan gila penuh warna. Karakter utama yang suka mengumpat, suster berakses Rusia yang berbicara sangat efektif, Fragtrap yang tetap cerewet, hingga Handsome Jack yang terlihat sok jago namun dingin. Mereka mampu menghadirkan kepribadian unik, tidak hanya dari dialog dan ekspersi yang kaya, tetapi juga lewat tampilan visual, menjadikan Elpis terasa “hidup”. Sementara di Destiny, semuanya terasa seperti mayat hidup yang dipaksa berdiri dan berbicara satu patah kata.
Plot
Destiny (0) vs Borderlands: The Pre-Sequel (1)
Visualisasi
Destiny (1) vs Borderlands: The Pre-Sequel (1)
Gameplay/Action
Destiny (1) vs Borderlands: The Pre-Sequel (2)
Character Design
Destiny (1) vs Borderlands: The Pre-Sequel (3)
↧
GTA: San Andreas HD Ternyata Port dari Versi Mobile?
Salah satu seri GTA terbaik yang pernah diracik oleh Rockstar, predikat yang satu ini memang pantas diarahkan pada GTA: San Andreas, yang pertama kali meluncur 10 tahun yang lalu di Playstation 2. Ia hadir dengan mekanik gameplay yang unik, cerita yang unik, dan karakter memorable yang sulit untuk dilupakan. Dengan semua daya tarik dan kesempatan untuk bernostalgia ini, tidak mengherankan jika banyak gamer yang terkejut dengan keputusan Rockstar untuk merilis sebuah versi HD Remaster untuknya.
Dirilis sementara untuk hanya Xbox 360, versi HD Remaster ini mendapatkan penyesuaian resolusi hingga 720p dan tambahan achievements. Namun alih-alih diambil dari versi PC-nya yang memang sudah lebih baik sejak dirilis, GTA: San Andreas HD ini ternyata datang dari sumber yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya – mobile.
Hal inilah yang ditemukan dari analisis kompleks yang dilakukan Eurogamer via artikel keren mereka – Digital Foundry. Analisis mendalam terkait tekstur yang diusung, ukuran, dan framerate yang ditawarkan berujung pada satu kesimpulan yang cukup mengejutkan – bahwa GTA: San Andreas HD Xbox 360 ini ternyata bersumber dari GTA: San Andreas untuk platform Android, dan bukannya PC. Tidak hanya nama War Drum Studios – developer yang menangani proses port versi mobile yang juga disertakan di ending credit GTA: San Andreas HD ini, tetapi juga ukurannya yang mengikuti versi mobilenya – 2 GB, alih-alih versi PC yang membutuhkan ruang sekitar 4 GB. Tidak hanya itu saja, Rockstar juga tidak membubuhkan anti-aliasing sama sekali di versi terbaru ini, seperti di versi mobile.
Tidak mengherankan jika Rockstar menawarkan harga yang terhitung sangat murah untuk GTA: San Andreas HD ini di Xbox 360. Bisa diunduh lewat Xbox Live, ia hanya dihargai sekitar USD 3,75. What happen here, Rockstar? Easy cash grab?
Source: Eurogamer (DigitalFoundry)
↧
↧
Yakuza Zero Rilis Trailer Baru Berdurasi 15 Menit
Sebagai sebuah game populer, Anda para gamer mungkin selalu menantikan setiap seri Yakuza terbaru yang dirilis. Pada Agustus 2014 lalu Sega telah mengumumkan Yakuza Zero yang disiapkan untuk konsol PlayStation 4 dan PlayStation 3.
Baru-baru ini Sega merilis sebuah trailer Yakuza Zero berdurasi 15 menit. Dalam trailer tersebut, Sega ingin lebih menampilkan storyline dari game ini. Tak ada bocoran sedikit pun yang bisa diintip terkait gameplay.
Perlu diketahui bahwa game ini adalah yang ke-6 dari semua seri Yakuza yang pernah dirilis. Yakuza Zero merupakan sebuah prequel dengan setting waktu Desember 1988 di Tokyo dan Osaka. Tokoh protagonis di Yakuza Zero adalah Kazuma Kiryu yang masih berusia 20 tahun.
Diceritakan, Kazuma bekerja part-time sebagai debt collector untuk Tojo Clan. Selain Kazuma,ada pula Goro Majima (24 tahun) yang menjalankan bisnis klub kabaret populer bernama Soutenburi sebelum akhirnya klub tersebut ditutup.
Alur cerita dari Yakuza Zero sendiri memang terhubung dengan game Yakuza pertama. Kazuma dan Goro baru akan memulai karir mereka di dunia kriminal Jepang. Hal ini pula yang membuat beberapa karakter yang ada di Yakuza pertama turut hadir di Zero.
Yakuza Zero rencananya akan meluncur di Jepang pada 12 Maret 2015 mendatang. Sayang, belum ada kabar apakah game ini juga akan hadir dalam versi barat atau tidak. Bring it to the west, SEGA!!
↧
Dynasty Warriors 8: Empires Juga Tuju PC!
Gamer PC memang boleh berbahagia melihat begitu banyak game keren yang kini tersedia untuk mereka nikmati untuk saat ini, ataupun di masa depan. Game terbaru dari Sega – Valkyria Chronicles yang baru diumumkan beberapa hari yang lalu boleh dibilang sebagai kejutan yang tidak pernah diprediksi sebelumnya, memperkuat fenomena yang satu ini. Selain Konami dan Bandai Namco – dua developer Jepang yang kian mengikuti potensi platform yang satu ini, Koei Tecmo juga boleh dibilang sebagai salah satu yang cukup sering merilis game andalan mereka ke PC. Salah satunya adalah game musou andalan nan adiktif – Dynasty Warriors.
Setelah sempat merilis Dynasty Warriors 8: Xtreme Legends beberapa waktu yang lalu, Tecmo Koei mengumumkan rilis sang expansion terbaru – Dynasty Warriors 8: Empires juga untuk PC! Memuat kurang lebih 83 karakter untuk digunakan, termasuk karakter original yang bisa Anda ciptakan sendiri, Dynasty Warriors 8: Empires ini juga akan memuat satu mode baru yang berbeda – Empire. Mode ini akan memungkinkan Anda untuk mencicipi pengalaman sejarah yang berbeda dibandingkan seri Dynasty Warriors sebelumnya. Tidak hanya bertarung melawan pasukan musuh, dengan lebih dari 40 medan pertempuran yang harus Anda hadapi, Anda juga harus berhadapan dengan alam China yang keras, termasuk musim yang secara konsisten berubah.
Selain untuk PC, Dynasty Warriors 8: Empires ini juga akan meluncur untuk Playstation 4, Xbox One, dan Playstation 3 pada tanggal 27 Januari 2015 mendatang. Tertarik?
↧
AC: Unity Juga Hadirkan Setting Perang Dunia Kedua!
Selain setting Asia Timur, permintaan untuk mencicipi sebuah seri Assassin’s Creed yang lebih modern juga sempat didengungkan oleh banyak gamer. Ada rasa penasaran yang tinggi bagiamana konsep kelompok pembunuh rahasia yang punya misi untuk melindungi kepentingan dunia menjalankan tugasnya ketika berhadapan di bawah gempuran senapan mesin dan tank. Kesempatan ini sebenarnya sempat terbuka ketika Desmond masih menjadi tokoh sentral, namun misi modern yang ia jalani ternyata lebih banyak berkisar pada aksi personal tanpa melibatkan senjata api. Namun siapa yang menyangka, kesempatan tersebut justru tampaknya akan terbuka di seri terbaru – Assassin’s Creed Unity yang akan meluncur dalam waktu dekat. Fakta tersebut dibuka di trailer baru yang tampil cukup mengejutkan.
Sejak awal diperkenalkan, Assassin’s Creed Unity memang sudah menjadikan Revolusi Perancis sebagai “taman bermain” untuk sang karakter utama – Arno. Seperti yang kita tahu, Revolusi Perancis sendiri terjadi di kisaran tahun 1789 – 1799, ratusan tahun yang lalu. Namun ternyata tidak hanya Revolusi Perancis, trailer terbaru yang dirilis oleh Ubisoft juga memperlihatkan aksi Assassin ini ketika berada di perang dunia kedua. Bagaimana bisa?
Tampaknya ada masalah yang terjadi dengan Animus itu sendiri. Disebut sebagai “Time Anomaly”, event ini akan melemparkan Arno ke masa depan, ketika Paris tengah terlibat dalam Perang Dunia kedua. Arno juga terlihat menggunakan anti air-gun di sana. Ubisoft tidak memberikan banyak detail terkait event yang satu ini.
Assassin’s Creed Unity sendiri akan meluncur pada 11 November 2014 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, dan PC. Well, that escalated quickly, Ubisoft..
↧
Spesifikasi PC untuk Valkyria Chronicles
Kejutan yang tidak pernah disangka sebelumnya, kalimat yang satu ini pantas untuk menyimpulkan aksi yang dilakukan SEGA belum lama ini. Dari beragam survei yang sempat dilemparkan kepada gamer PC, Vanquish dan Yakuza mungkin boleh dibilang sebagai dua game primadona SEGA yang diharapkan mampir ke platform mereka. Namun SEGA justru punya pemikiran lain terkait proyek port mereka. Pilihan tersebut mengarah pada game yang tidak pernah mendapatkan request sebelumnya – Valkyria Chronicles, sebuah proyek yang mengkombinasikan tiga genre – RPG, Strategy, dan Third Person Shooter di ruang yang sama. Pertanyaannya, kapan Anda, gamer PC akan bisa menikmatinya?
Memenuhi janji mereka di awal, SEGA akhirnya berbagi lebih banyak detail terkait Valkyria Chronicles versi PC ini. Tidak ada klaim peningkatan visual, namun mereka akan menyuntikkan semua DLC yang sempat dilemparkan di seri pertama yang sempat menjadi eksklusif Playstation 3 ini. Anda akan bisa menikmati Hard EX mode, misi Edy dan Selveria, serta Challenge of the Edy Detachment yang berisikan enam misi tantangan. Untungnya lagi, Anda tidak perlu spesifikasi PC yang berat untuk menjalankannya. Anda hanya butuh ruang kapasitas data sedikit lebih luas.
Minimum Requirements
- OS: Windows Vista/Windows 7
- Processor: Intel Core2 Duo @ 2.0GHz (or equivalent)
- Memory: 2 GB RAM
- Graphics: NVIDIA GeForce GTS 240 (or equivalent)
- Hard Drive: 25 GB available space
Recommended Requirements
- OS: Windows 7
- Processor: Intel Core2 Duo @ 2.8GHz (or equivalent)
- Memory: 3 GB RAM
- Graphics: NVIDIA GeForce GTX 280 (or equivalent)
- Hard Drive: 25 GB available space
↧
↧
Bos Besar Sony Minta Maaf Soal Driveclub PS4
Entah apa yang terjadi dengan Sony beberapa minggu terakhir ini, namun kekecewaan demi kekecewaan yang lain harus mereka lemparkan kepada pemilik Playstation 4, khususnya. Update firmware baru – Masamune 2.0 yang seharusnya menyuntikkan banyak fitur untuk konsol generasi terbaru mereka ini ternyata menyisakan masalah, dari aplikasi Youtube yang masih sulit diakses hingga Standby Mode yang kini tidak lagi berfungsi. Kekecewaan besar juga tentu saja mengarah pada game racing eksklusif yang seharusnya menjadi kekuatan Playstation 4 – Driveclub. Menjadi salah satu game yang diperkenalkan sejak awal eksistensi Playstation 4, Driveclub justru jadi mimpi buruk.
Sibuknya server membuat game racing yang seharusnya memang mengakar pada pengalaman multiplayer ini tidak bisa tampil optimal, bahkan untuk gamer yang membeli versi fisik dengan konten yang lengkap. Berita yang lebih buruk? Bagi para pemilik Playstation Plus yang sudah dijanjikan bisa menikmati game ini secara cuma-cuma, walaupun dengan konten terbatas, Driveclub bahkan belum bisa diunduh hingga saat ini. Parahnya lagi, sang developer – Evolution Studios, terlepas dari klaim bahwa mereka tengah membenahi masalah ini secepat mungkin, tetap tidak bisa memberikan kepastian kapan Driveclub versi PS Plus ini akan meluncur. Kekacauan yang akhirnya membuat Shuhei Yoshida – president dari Sony World Wide Studios angkat bicara dan tentu saja, minta maaf.
Dalam pesan resminya, Yoshida meyakinkan bahwa Evolution Studios saat ini tengah bekerja keras untuk menyelesaikan masalah yang ada, dan Sony sendiri sudah mengirimkan sumber daya manusia ekstra untuk membantu mereka. Sayangnya, terlepas dari semua usaha ini, pengalaman online yang diharapkan ternyata belum bisa dicapai, dan mereka tidak bisa memastikan kapan masalah ini akan selesai. Berangkat dari fakta iniilah, Sony terpaksa menunda Driveclub PS Plus Edition hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Yoshida ingin memastikan bahwa game ini akan meluncur dengan fungsi online dan sosial yang memang berjalan penuh. Yoshida juga meminta maaf sebesar-besarnya dan meminta ekstra kesabaran dari para gamer. Ia juga mengucapkan banyak terima kasih untuk semua dukungan yang mengalir dalam proses ini.
Jadi, untuk Anda yang masih menantikan game ini dengan sabar, terutama pengguna Playstation Plus, Anda tampaknya harus mengubur harapan untuk menikmatinya dalam waktu dekat. Driveclub? Meh.
↧
Bethesda Mulai Benahi The Evil Within Versi PC
Ketika pertama kali dirilis beberapa waktu yang lalu, ada beberapa masalah yang membuat pengalaman yang dirasakan oleh gamer dari gameplay The Evil Within versi PC menjadi kurang sempurna. Menanggapi banyaknya masukan dari para gamer, Bethesda pun mulai membenahi game horror ini.
Hasilnya, Bethesda akhirnya merilis patch baru yang membawa berbagai perbaikan. Salah satu diantaranya adalah Frame lock setting yang memungkinkan gamer memilih antara 30fps dan 60fps.
Patch baru ini telah meluncur melalui Steam. Selain soal fps, Bethesda pun memutuskan memberi opsi pada gamer untuk menghilangkan bar hitam di bagian atas dan bawah layar yang menurut gamer cukup mengganggu. Bethesda sendiri awalnya beropini, dengan menghadirkan black bars, nuansa sinematik akan lebih terasa.
Sayangnya, Bethesda tak memberi keterangan kapan update serupa juga akan tersedia untuk The Evil Within versi konsol. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa hal yang menjadi fokus utama Bethesda di patch kali ini.
- Frame lock setting
- Letterbox setting (opsi untuk menghilangkan bar hitam)
- Perbaikan masalah terkait gameplay yang terjadi saat berjalan di lebih dari 30fps
- Perbaikan masalah visual ketika menghilangkan letterbox
- Achievement dapat bekerja saat consol dalam posisi enabled
- Perbaikan game yang berjalan dalam windowed mode
↧
Review Civilization – Beyond Earth: Dunia Baru, Adiksi Baru!
Seri game Civilization, turn based strategy dari Firaxis, dikenal sebagai seri legendaris yang digemari banyak gamer di seluruh dunia. Civilization umumnya menawarkan sebuah game di mana Anda harus beradu strategi mengatur negara Anda untuk dapat mengalahkan lawan-lawan Anda, baik komputer atau pemain lain. Selama ini, Civilization lebih banyak mengangkat peradaban yang ada di bumi ini sebagai topik utamanya. Namun, bagaimana bila Firaxis ternyata mencoba membawa Civilization ke luar bumi? Jawabannya ada dalam game baru mereka, Sid Meier’s Civilization: Beyond Earth ini!
Secara umum, Civilization: Beyond Earth ini bisa dikatakan sedikit menyimpang dari inti game Civilization. Game ini lebih layak disebut sebagai penerus dari game lawas, Sid Meier’s Alpha Centauri, dibandingkan sebagai sebuah game Civilization. Tetapi, pihak 2K Games dan Firaxis tampaknya punya pertimbangan tersendiri sehingga memutuskan menggunakan nama Civilization untuk game bertema dasar luar angkasa ini, terlebih lagi Alpha Centauri memang kurang sukses di pasaran.
Plot
Civilization: Beyond Earth mengambil latar waktu beberapa ratus tahun ke depan. Saat itu, sebuah bencana yang baru berlalu bernama “The Great Mistake” membuat manusia harus mencari tempat tinggal baru di luar bumi. Setelah perjalanan panjang mencari “rumah” baru, mantan penduduk bumi akhirnya menemukan planet baru yang nantinya akan menjadi tempat tinggal baru manusia. Sayangnya, Anda, sebagai pemimpin dari salah satu ekspedisi, harus bersaing dengan ekspedisi dari kubu lain dalam memperebutkan kekuasaan di planet baru tersebut. Selain harus melawan kubu lain, Anda juga harus berhadapan dengan penghuni dari planet baru tersebut, apalagi kalau bukan spesies alien lokal. Sikap Anda terhadap ras alien tersebut akan banyak mempengaruhi jalannya permainan dari elemen baru yang diperkenalkan dalam game ini, Affinity. Anda juga harus berpikir keras untuk mengatur koloni Anda, dari yang semula kecil, mengembangkannya, membesarkannya, dan juga menemukan berbagai teknologi yang bisa membantu Anda menghadapi kubu lawan. Pihak Firaxis mempertahankan berbagai elemen yang ada di Civilization V dan menyertakannya dalam game ini. Mereka juga menambahkan beberapa elemen baru, yang sebagian diambil dari game Alpha Centauri, ke dalam game ini. Hal itu akhirnya melahirkan sebuah game Civilization yang mengusung rasa baru, yang tentunya tetap dapat membuat Anda membuang hidup Anda di depan komputer untuk memainkan game ini! Kami akan membahas beberapa elemen menarik dari game tersebut lebih lanjut dalam artikel ini!Memulai Kehidupan di Planet Baru
Anda akan memulai permainan dengan terlebih dahulu menentukan siapa sponsor Anda, perlengkapan yang dibawa, siapa saja yang ikut dalam ekspedisi Anda, fitur unik di pesawat luar angkasa yang digunakan, serta planet baru yang akan Anda tempati. Anda harus memikirkan benar apa yang akan Anda perbuat di planet baru tersebut nantinya sebelum memilih hal-hal tersebut. Semua hal tersebut pada dasarnya mirip dengan ketika Anda memilih negara dan tokoh pemimpinnya di Civilization V. Kehidupan baru di tempat baru tentunya tidak akan mudah, terlebih lagi bila tempat baru tersebut adalah tempat yang sangat asing bagi Anda. Firaxis tahu betul akan hal tersebut dan menggambarkannya dengan sangat baik di dalam game ini. Anda benar-benar harus beradaptasi dengan cepat dengan cara menentukan lokasi pendaratan pesawat penjelajah Anda yang nantinya akan menjadi ibu kota negara Anda, mencari tahu apa saja yang ada di sekitar ibu kota tersebut, serta mengembangkan apa saja yang ada di sekitar ibu kota untuk mendukung perkembangan negara Anda. Mirip dengan Civilization? Ya dan tidak. Kami akan menjelaskan lebih lanjut di mana persamaan dan perbedaan tersebut!↧
Ubisoft Yakin Far Cry 4 Laris!
Dalam waktu dekat, Ubisoft siap melepas game First-Person Shooter terbarunya, Far Cry 4, ke pasar dunia. Rencananya, game yang mengusung konsep open-world ini akan meluncur pada 18 November 2014 mendatang.
Mendekati tanggal yang dimaksud, Ubisoft sesumbar dengan mengatakan bahwa Far Cry 4 adalah proyek yang paling ambisius dari semua seri Far Cry yang pernah mereka buat. Pihak perusahaan pun menjelaskan, game ini merupakan ‘lompatan besar’ dan akan menaikkan standar dari franchise tersebut.
Tony Key selaku Marketing Executive dari Ubisoft menyatakan bahwa keberhasilan dari Far Cry 3 yang meluncur 2012 lalu membuat franchise ini menjadi salah satu andalan mereka. Perlu diketahui bahwa Far Cry 3 berhasil didistribusikan lebih dari 10 juta copy dimana 6 juta diantaranya terjadi di tahun pertama.
Tak heran jika Ubisoft berharap Far Cry 4 mampu melampaui kesuksesan pendahulunya. Ubisoft sendiri menargetkan game ini mampu didistribusikan setidaknya lebih dari 6 juta copy di tahun pertama penjualannya.
Angka yang cukup besar, namun bukan target yang mustahil. Sebagai pembanding, game Ubisoft lainnya, Watch Dogs, hingga saat ini telah meluncur ke retailer game di seluruh dunia dengan jumlah sekitar 9 juta copy! Padahal, Watch Dogs baru rilis pada Mei 2014 lalu.
Seperti diketahui, Far Cry 4 akan hadir untuk PC, PlayStation 4, PlayStation 3, Xbox One, dan Xbox 360. Dengan beberapa trailer menawan yang telah tersedia, wajar jika Far Cry 4 disebut sebagai salah satu FPS paling diantisipasi tahun ini. Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Far Cry 4 termasuk dalam target belanja Anda di 2014?
↧
↧
Preview Bayonetta 2: Si Tante Seksi Akhirnya Kembali!
Sebuah franchise yang menolak mati, kalimat yang satu ini tampaknya pantas untuk menjelaskan posisi Bayonetta, Platinum Games, dan Nintendo saat ini. Terkenal sebagai salah satu developer game action yang tidak perlu lagi diragukan sepak terjangnya, usaha Platinum Games untuk menghadirkan seri sekuel untuk Bayonetta memang bukanlah perjalanan yang mudah. Dibatalkan oleh SEGA, ditolak oleh begitu banyak publisher raksasa yang lain, hanya Nintendo lah yang dengan tangan terbuka, mendukung apa yang diinginkan oleh Platinum Games. Walaupun berakhir menjadi seri eksklusif untuk Nintendo Wii U, sepak terjang terbaru sang penyihir seksi tersebut akhirnya terwujud. Bayonetta 2 akhirnya dirilis ke pasaran.
Kesan Pertama
Anda yang sempat membaca impresi demo kami sebelumnya tentu saja mengerti bahwa keterbatasan perangkat keras Nintendo Wii U memang tidak memungkinkan Bayonetta 2 untuk tampil dengan visual sekelas Playstation 4 atau Xbox One. Walaupun hadir dengan detail karakter yang tetap baik, Anda akan seringkali berhadapan dengan tekstur resolusi rendah, terutama dari sisi lingkungan yang dihadirkan. Seperti konsol generasi sebelumnya, Anda juga harus berhadapan dengan tekstur tanpa anti-aliasing yang membuat visualisasi Bayonetta 2 terlihat bergerigi. Namun tentu saja, hal ini dikompensasi dengan pencapaian yang sangat mendukung statusnya sebagai sebuah game action dengan ritme yang tinggi. Bayonetta 2 berjalan di 60fps, sesuatu yang terasa sangat esensial. Sementara dari sisi gameplay, Anda yang sempat mencicipi seri Bayonetta pasti akan merasa familiar dan tidak akan kesulitan untuk menguasai seri terbaru ini di tingkat kesulitan normal. Alih-alih bertarung secara frontal, kunci keberhasilan terletak pada ritme Anda melakukan parry dan memicu Witch Time – kondisi waktu terhenti yang memungkinkan Anda untuk menyerang lebih bebas tanpa resiko. Mengumpulkan combo yang tepat, Anda bisa memicu serangan lebih kuat via Umbra Climax yang terlihat destruktif. Sangat mudah untuk jatuh hati dengan Bayonetta 2, karena ia menawarkan sensasi gameplay hack and slash beritme cepat yang mungkin kian jarang ditemui saat ini. Dikombinasikan dengan varian musuh yang begitu masif, chapter yang berbeda satu sama lain, setting yang tidak pernah usang, dan beberapa suntikan inovasi baru di sisi gameplay, sulit untuk tidak jauh hati pada seri yang satu ini. Tidak ada kesempatan bagi kadar adrenalin dalam darah Anda turun dan beristirahat, itu yang pasti. Namun, satu hal yang cukup membuat kami pribadi puas, sekaligus lega, adalah fakta bahwa campur tangan Nintendo – yang selama ini seringkali diasosiasikan sebagai produsen konsol “anak-anak”, ternyata sama sekali tidak berpengaruh pada presentasi karakter Bayonetta di seri kedua ini. Anda tetap berhadapan dengan seorang penyihir super kuat dengan daya tarik sensualitas yang luar biasa, seksi, dengan dialog-dialog dingin yang membuatnya dicintai di masa lalu. Anda masih akan berhadapan dengan Bayonetta yang sama, bahkan dengan tampilan rambut yang lebih segar dan kekuatan yang bahkan lebih gila. Perang-perang skala besar menghiasi game ini, bahkan sejak awal-awal permainan. Bagian terbaiknya dari rilis Bayonetta 2 ini? Dengan harga standar sebuah game AAA (atau sekitar 650 ribu rupiah di Indonesia), Anda juga mendapatkan game Bayonetta pertama yang sudah dipermak Nintendo dalam bentuk fisik. What a deal… Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakuan review, sekaligus menjajal mode multiplayer kooperatif online yang disuntikkan, izinkan kami menawarkan segudang screenshot terbaru di bawah artikel ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran. Oh Tante..PS: Klik Gambar untuk Memperbesar
↧
Final Fantasy XV Unjuk Demo Eksplorasi Baru!
Berapa tahun yang Anda butuhkan untuk akhirnya bisa menikmati Final Fantasy XV secara langsung? 8 tahun, dan tidak ada satupun orang di industri game, bahkan di Square Enix sendiri, yang punya jawaban pasti. Namun harapan untuk melihat nama game ini berakhir menjadi sebuah produk komersial memang lebih kuat daripada tahun-tahun sebelumnya setelah Square Enix akhirnya, memindahkan tampuk kepemimpinan proses pengembangan dari Testuya Nomura ke Hajime Tabata. Berbeda dengan gaya pengembangan Nomura yang misterius dan diam seribu bahasa, Tabata secara konsisten melemparkan update terbaru soal Final Fantasy XV. Langkah yang membuat gamer kembali mengantisipasi seri “legendaris” yang satu ini.
Salah satunya datang dari event Paris Games Week, dimana Square Enix kembali melemparkan detail terbaru terkait Final Fantasy XV. Setelah sempat memberikan sedikit gambaran lewat trailer sinematik pendek, mereka mengupas lebih dalam soal sisi eksplorasi yang ada – terutama di region Duscae – yang akan dirilis pada demo yang rencananya meluncur tahun 2015 mendatang. Mobil tetap menjadi kendaraan utama Noctis untuk mengeksplorasi region ini, namun Duscae jauh lebiih luas daripada sekedar area di sekitar jalan raya utama. Paris Games Week melemparkan segudang alasan mengapa Final Fantasy XV kembali menjadi proyek yang pantas ditunggu.
Turun dari mobil, Tabata memberikan sedikit gambaran seberapa luas Duscae ini. Noctis dkk bisa menghentikan mobil mereka dan bergerak dengan berjalan kaki ke dunia liar yang terletak di samping jalan. Detai lingkungan yang indah, kehidupan binatang liar, dan area super luas terlihat fantastis. Square Enix mengkonfirmasikan bahwa area yang mereka pertunjukkan inilah baru sekitar 1/10 dari total luas Duscae yang akan meluncur di versi full version nantinya. Menariknya lagi? Animasi karakter juga akan dipengaruhi oleh jarak eksplorasi Anda. Semakin jauh Anda berjalan kaki, Anda bisa melihat karakter pendukung lain menjadi lelah dan berusaha mengambil napas.
Tentu saja, sebagian besar binatang liar yang Anda temui bisa Anda musnahkan sesuai dengan keinginan Anda. Musuh yang bentuknya lebih kecil biasanya lebih agresif daripada binatang berukuran masif yang juga hidup di tempat yang sama. Tidak hanya area luas, Final Fantasy XV juga akan mengusung sistem siang malam yang dinamis dengan tingkat ancaman yang berbeda. Jika di siang hari Anda bertemu dengan ekosistem yang terlihat “ramah”, malam hari akan menjadi sumber ancaman. Anda bisa saja bertemu dengan Goblins dan Nagas yang akan berusaha untuk menundukkan Anda. Anda juga bisa melihat penampakan Chocobo di demo ini bersama dengan sebuah rumah yang tampaknya akan menjadi tempat bernaung NPC.
Leda programmer – Takeshi Aramaki menyebut bahwa proses perpindahan aset dari engine lawas mereka – Ebony ke engine terbaru – Luminous untuk Final Fantasy XV ini berjalan sangat lancar, bahkan sudah mencapai 80 persen. Dengan objek dan lingkungan yang bisa dihancurkan, Aramaki juga secara terbuka mengklaim bahwa Luminous Engine saat ini sudah mencapai kemampuan melebihi engine yang mereka pakai untuk mengembangkan salah satu film video game terbaik – FF VII: Advent Children. Mereka juga berjanji untuk berbagi lebih banyak detail terkait proses pengembangan FF XV di masa depan.
Di video yang sama, Anda juga bisa melihat perkenalan Square Enix terhadap karakter-karakter utama di Final Fantasy X Type-0 HD. Tidak hanya itu saja, mereka juga mempertontonkan sedikit kemampuan engine generasi terbaru – Luminous Engine dengan hasil yang mampu dicapai. Square Enix belum menentukan tanggal rilis apapun untuk Final Fantasy XV, selain kepastian rilis platform untuk Playstation 4 dan Xbox One. Looks fantastic!
↧
Upcoming Game Release: November 2014
Sudah siapkah dompet Anda? Pertanyaan yang satu ini memang pantas untuk diarahkan untuk menyambut bulan November 2014 ini. Oktober 2014 sempat berpotensi menjadi mimpi buruk karena lusinan game raksasa yang rencananya akan dirilis bulan itu, namun mulai tenang, berkat beragam konfirmasi penundaan. Namun sayangnya, game-game raksasa yang “kabur” dari bulan tersebut mulai memadat ke bulan lain, termasuk November 2014 ini. Semua developer tampaknya tidak lagi menahan diri untuk meluncurkan game andalan mereka di bulan kesebelas 2014 ini, membuatnya menjadi “neraka” tersendiri untuk gamer yang tidak ingin ketinggalan game-game terbaru. Game apa saja yang pantas mendapatkan perhatian bulan ini? Bersiaplah!
4 November 2014
Bioshock Infinite: The Complete Edition
- Genre: Shooter
- Platform: Xbox 360, Playstation 3
Call of Duty: Advanced Warfare
- Genre: Shooter
- Platform: Playstation 3, Playstation 4, Xbox 360, Xbox One, PC
MotoGP 14
- Genre: Racing
- Platform: Playstation 3, Xbox 360, PS Vita, Playstation 4, PC
Citizens of Earth
- Genre: RPG
- Platform: Playstation 4, PS Vita, Nintendo 3DS, PC
Harvest Moon: The Lost Valley
- Genre: Adventure
- Platform: Nintendo 3DS
Rocksmith 2014
- Genre: Music
- Platform: Playstation 4, Xbox One
The Wolf Among Us
- Genre: Interactive Story
- Platform: Playstation 4, Xbox One
7 November 2014
Football Manager 2015
- Genre: Strategy
- Platform: PC
11 November 2014
Assassin’s Creed Unity
- Genre: Action
- Platform: Playstation 4, Xbox One, PC
Assassin’s Creed Rogue
- Genre: Action
- Platform: Playstation 3, Xbox 360
Digimon All-Star Rumble
- Genre: Fighting
- Platform: Playstation 3, Xbox 360
Halo: The Master Chief Collection
- Genre: Action
- Platform: Xbox One
Lego Batman 3: Beyond Gotham
- Genre: Action, Adventure
- Platform: Playstation 3, Playstation 4, Xbox 360, Xbox One, Nintendo 3DS, Nintendo Wii U, PS Vita, PC
Senran Kagura: Bon Appetit!
- Genre: Cooking
- Platform: PS Vita
Sonic Boom: Rise of Lyric
- Genre: Adventure
- Platform: Nintendo Wii U
Sonic Boom: Shattered Crystal
- Genre: Adventure
- Platform: Nintendo 3DS
Tales of Hearts R
- Genre: RPG
- Platform: PS Vita
13 November 2014
Pro Evolution Soccer 2015
- Genre: Sports
- Platform: Playstation 3, Playstation 4, Xbox 360, Xbox One, PC
Shadows: Heretic Kingdoms
- Genre: RPG
- Platform: PC
World of Warcraft: Warlords of Draenor
- Genre: MMORPG
- Platform: PC
↧