Preview Assassin’s Creed Unity: Dunia Indah Penuh Limitasi!
Mode Heist GTA Online Meluncur Setelah Rilis Versi New-Gen
Dragon Age: Inquisition PC Juga Tak Bisa Dibajak?
Far Cry 4 Bisa Diselesaikan Dalam 15 Menit
SPOILERS AHEAD! BEWARE!
Sebagian besar dari Anda tentu saja sudah memahami plot dasar Far Cry 4 yang sudah dibocorkan oleh Ubisoft beberapa waktu lalu. Ajay Ghale – karakter utama yang kita gunakan, mengemban tugas untuk membawa abu ibunya ke Kyrat, yang ternyata tengah berada di dalam konflik karena kediktatoran sang tokoh antagonis utama – Pagan Min. Namun alih-alih harus bertempur dan membebaskan Kyrat dengan senjata dan mengobarkan perang terbuka selama berjam-jam, Far Cry 4 ternyata bisa diselesaikan hanya dalam 15 menit saja. Ubisoft ternyata hadir dengan desain super “cerdas”. Di menit awal, ketika Anda dijamu oleh Pagan Min untuk makan, sang tokoh antagonis tersebut akan melangkah keluar dan meminta Anda menunggu untuk beberapa menit di kursi Anda. Di momen inilah, Anda bisa memilih angkat kaki dan langsung memulai mode campaign yang ada. Namun jika Anda cukup bersabar, dan menunggu selama kurang lebih 15 menit, Pagan Min akan benar-benar kembali dan menunjukkan sisi kepribadiannya yang lain. Ia akan mengizinkan Ajay Ghale untuk menaruh abu ibunya dengan damai. Misi utama selesai, dan Far Cry 4 pun akan tamat!SPOILERS END
Ending alternatif seperti ini tentu saja menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk diikuti, memperlihatkan kreativitas dan sisi humor keren dari sisi sang developer sendiri, dalam hal ini – Ubisoft. Di kasus Far Cry 4, ia memberikan sebuah alternatif solusi yang lebih realistis daripada sekedar mengangkat senjata dan mengobarkan perang sebagai seorang sipil. Far Cry 4 sendiri rencananya akan dirilis pada 18 November 2014 besok, untuk Playstation 3, Playstation 4, Xbox One, Xbox 360, dan tentu saja – PC. Can’t wait to play it!MGS V: Ground Zeroes PC Dikunci di 60fps
Call of Duty Bikin Gamer Lebih Cepat Belajar
Review Assassin’s Creed Unity: Tidak Seburuk yang Dibicarakan!
Plot
Revolusi Perancis, sebagian besar dari Anda yang sempat mengikuti pelajaran sejarah di sekolah dengan seksama tentu tidak asing lagi dengan kata yang satu ini. Tidak lagi tahan dengan pemerintahan kerajaan yang korup dan tidak pernah peduli dengan kondisi hidup rakyatnya, penduduk Perancis memutuskan untuk mengambil tindakan radikal di akhir era abad 17. Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan, ketiga prinsip inilah yang akhirnya mendorong rakyat untuk meruntuhkan kekuasan Monarki yang dikala itu dikuasai oleh Raja Louis XIV. Perancis tengah mengalami sebuah pergolakan hebat untuk menjadi sebuah negara Republik, sebuah negara demokrasi. Di tengah kekacauan inilah, Arno Dorian beraksi dalam kegelapan. Namun tidak hanya didorong oleh pada prinsip teguh organisasi Assassin tempat ia bernaung, Arno membangun sebuah jalan untuk misi balas dendam pribadi. Kehilangan sang ayah di usia yang sangat muda, Arno juga harus berhadapan dengan tragedi melihat tewasnya sang ayah angkat yang juga begitu menyayanginya – De la Serre. Berada di tempat kejadian dan dituduh sebagai pembunuh, Arno dijebloskan ke dalam penjara Bastille. Di sana ia bertemu dengan seorang Assassin lain yang menjadi mentor untuk melatih kemampuannya bertarung. Berselang tahun, kesempatan Arno untuk membebaskan diri akhirnya tiba. Revolusi Perancis meletus dan Arno muncul sebagai salah satu tahanan yang berhasil kabur dari penjara Bastille selama event historis tersebut. Belajar tentang latar belakangnya sebagai keluarga seorang Assassin, Arno harus berhadapan dengan mimpi buruk yang lebih menyedihkan. Elise de la Serre, wanita yang ia cintai, sekaligus anak dari ayah angkat yang menjadi motivasi balas dendamnya ternyata adalah seorang Templar. Konflik ribuan tahun lalu yang terus mengakar ini akhirnya membuat keduanya tidak bisa bersatu. Mengambil jalan yang berbeda, berada di bendera yang saling berlawanan, Arno Dorian tidak pernah berhenti berusaha untuk menebus kesalahannya. Mencari tahu siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kematian De la Serre menjadi sebuah misi pribadi yang terus ia kejar, terlepas dari posisinya sebagai seorang Assassin. Perlahan namun pasti, semua investigasi yang dilakukan Arno mengarah pada satu sosok yang identitas dan keberadaannya masih begitu misterius. Namun kharisma dan misi yang ia dimiliki oleh sang tokoh antagonis utama ini berhasil mengikat begitu banyak Templar kuat lainnya, yang tidak ragu untuk memengaruhi kondisi politik Perancis yang tengah kacau untuk sebuah misi “suci” yang masih dipertanyakan. Di tengah perjalanan ini pula, Arno bertemu dengan beberapa tokoh historis yang tentu tidak akan asing lagi bagi Anda, termasuk Napoleon Bonaparte di dalamnya. Lantas, siapa sebenarnya dalang dari semua kekacauan ini, termasuk tewasnya De la Serre? Apakah Arnoa dan Elise akan bersama? Bagaimana konflik historis antara Assassin dan Templar ini akan berakhir? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut bisa Anda jawab dengan memainkan Assassin’s Creed Unity ini.Goat Simulator Hadirkan Mode MMORPG!
Dead or Alive 5: Last Round Menuju PC?
AC Unity Gagal Kalahkan COD: Advanced Warfare
- Call of Duty: Advanced Warfare
- Assassin’s Creed Unity
- Halo: The Master Chief Collection
- FIFA 15
- Lego Batman 3: Beyond Gotham
- Assassin’s Creed Rogue
- Minecraft: Playstation Edition
- Pro Evolution Soccer 2015
- World of Warcraft: Warlords of Draenor
- Destiny
Just Cause 3 Akan Dirilis Tanpa Mode Multiplayer
EA Batalkan Rilis Dragon Age: Inquisition di India
Review Asus Strix Claw: Kekuatan di Desain Ergonomis!
Desan dan Fitur
Dengan bentuk konvesional dan warna hitam yang menyelimutinya, kesan elegan mengalir kuat dari Strix Claw ini. Ukuran yang cukup proporsional dengan bahan plastik sebagai material utama membuatnya tidak terlihat begitu mencolok sebagai sebuah mouse gaming, apalagi dalam kondisi tidak terkoneksi dengan PC Anda. Namun tenang saja, Anda yang memimpikan sebuah peripheral yang mampu mendukung identitas Anda sebagai seorang gamer, Strix Claw hadir dengan fitur kosmetik yang cukup untuk memastikan fungsi tersebut berjalan. Terkoneksi ke PC, dan Anda akan menemukan beberapa LED berwarna orange yang tersemat di beberapa bagian mouse, termasuk logo kerennya di bagian belakang mouse. Logo berbentuk tak ubahnya mata burung hantu yang mengawasi Anda dari kegelapan tercermin di sana. Sementara dari desain secara keseluruhan, Strix Claw mengusung jumlah tombol yang hampir sama dengan sebagian besar mouse gaming yang tersebar di pasaran saat ini. Dua buah tombol klik standar, sebuah scroll wheel di bagian tengah, dua tombol kecil di bagian tengah untuk mengatur tingkat sensitivitas mouse secara instan, dan tiga ekstra tombol di bagian kiri yang bisa dimaksimalkan untuk beragam fungsi sesuai dengan kebutuhan Anda. Strix Claw memang didesain untuk tampil ergonomis bagi gamer yang menjadikan tangan kanan sebagai tangan gaming utama mereka. Nyaman, Anda juga tidak akan merasa sensas canggung ketika berusaha mengakses semua tombol yang berada dalam jangkauan jari Anda ini. Lantas spesifikasi seperti apa yang akan diusung oleh Asus Strix Claw ini? Berikut adalah spesifikasi yang mereka sertakan di situs resmi mereka:- 5000 DPI high-precision, gaming-tuned optical sensor
- True 1:1 tracking and angle-snap-free capability
- Instant DPI switches with four DPI stages and additional DPI clutch
- Three independently programmable buttons
- Right-handed ergonomics
- Japanese-made Omron D2F-01F switches
- Angled braided-fiber cable
- Software and plug-and-play hardware modes
Asus Strix Claw, Seberapa Nyaman?
Pada akhirnya, kenikmatan menggunakan sebuah peripheral gaming tidak selalu mengakar pada seberapa efektif dan kaya fitur yang ia sandang, namun pada seberapa mampu ia menawarkan kenyamanan untuk mengakomodasi gerakan tangan Anda yang intens selama menjalani beberapa jam sesi gaming. Untuk urusan yang satu ini, Strix Claw memperlihatkan tajinya. Desainnya terhitung sangat ergonomis untuk memastikan gesture tangan Anda berada di posisi terbaik, terlepas dari preferensi gaya grip Anda. Ia memang mengusung nama “Claw” di dalamnya, namun percayalah, ia juga tetap akan sama nyamannya digunakan untuk Anda – gamer PC yang lebih terbiasa untuk Palm Grip. Sayangnya, ada sedikit kekurangan dari pemilihan bahan plastik yang menutupi mouse ini secara keseluruhan. Bagian kedua sisinya agak terasa licin, apalagi ketika Anda tengah yang tengah dipacu adrenalin tinggi, menggenggam mouse ini terlalu kuat. Seandainya saja mereka menyuntikkan sedikit ekstra bahan karet di kedua sisi untuk meminimalisir efek tersebut. Tombol yang ditawarkan juga hadir dalam posisi yang nyaman untuk diakses, tanpa ada rasa canggung sama sekali. Scroll Wheel yang diusung juga bisa diandalkan untuk proses navigasi cepat, apalagi ketika Anda melakukan browsing, tanpa memperlihatkan masalah sama sekali. Dengan Omron Switch yang dijadikan sebagai basis teknologi untuk kedua tombol kliknya, Anda tidak perlu mencemaskan soal daya tahan atau seberapa akurat Strix Claw mentranslasikan input perintah Anda sebagai sebuah aksi di dalam video game. Secara performa keseluruhan, tidak ada celah yang akan membuat Anda meragukan seberapa baiknya Strix Claw ini berfungsi, tentu saja ketika memainkan fungsi sesuai dengan perannya sendiri. Dengan beragam pilihan tingkat sensitivitas yang bisa diakses dengan mudah, Anda bisa menyesuaikan diri dengan genre apapun yang tengah Anda hadapi. Berbicara dengan tingkat sensitivitas, ASUS sebenarnya menawarkan solusi ekstra bagi Anda yang memang membutuhkan tingkat presisi yang lebih tinggi, apalagi jika berfokus pada genre gaming tertentu. Tidak hanya mouse, mereka juga menawarkan dua varian mousepad – Glide Speed dan Glide Control. Seperti mousepad kebanyakan, Glide Speed didesain dengan bahan yang memastikan gesekan seminim mungkin pada permukaan mouse, menghasilkan gerakan yang lebih cepat, halus, bebas hambatan. Sementara Glide Control yang hadir dengan permukaan lebih keras menawarkan akurasi gerakan yang lebih tinggi. Dengan ukuran yang sama dan luas permukaan yang cukup untuk memfasilitasi gerakan mouse yang Anda cepat dan mungkin membutuhkan ruang cukup banyak, kedua mousepad ini menjadi pendukung performa Strix Claw yang maksimal. Walaupun ada catatan sendiri yang kembali mengakar pada material plastik utamanya. Dengan tanpa adanya kesempatan untuk memodifikasi berat yang ada, Strix Claw mungkin akan terasa sebagai mouse yang cukup ringan, apalagi jika Anda termasuk gamer PC yang cukup sensitif dengan masalah yang satu ini. Desain ergonomisnya yang lebih ditekankan pada gamer tangan kanan juga membuat mouse ini tidak akan nyaman digunakan untuk gamer kidal yang lebih mengandalkan tangan kiri mereka. Kami tentu saja menjadikan dua game dari dua genre untuk menguji tidak hanya mouse Strix Claw ini, tetapi juga kedua versi mousepad Glide yang ditawarkan oleh ASUS – DOTA 2 untuk MOBA dan Call of Duty: Advanced Warfare untuk FPS, tentu saja. Seperti yang kita tahu, game seperti DOTA 2 memang sangat menggantungkan diri pada seberapa cepat dan efektif Anda untuk beradaptasi dengan kondisi pertarungan yang ada, dimana kesadaran pada apa yang terjadi di map menjadi kunci utama. Kombinasi Strix Claw dan Glide Speed memastikan hal tersebut berjalan maksimal. Akurasi gerakan mouse yang tinggi, minim kesalahan, dan permukaan Glide Speed yang cukup licin mengakomodasi kebutuhan tersebut. Sementara untuk Call of Duty: Advanced Warfare yang sangat bergantung pada akurasi gerakan kecil mouse yang Anda lontarkan, kombinasi Strix Claw dan Glide Control menjadi pasangan ternyaman untuk tangan kami. Headshot cepat dengan gerakan mouse yang terkontrol? Tentu saja bisa. Secara garis besar, Strix Claw menjalankan tugasnya sebagai mouse gaming dengan sangat baik di sini.Assassin’s Creed Unity Dikecam Sebagai Bentuk Propaganda
Review Football Manager 2015: Tak Berhenti Berinovasi!
Interface Baru: Optimasi untuk Touch Screen
Sports Interactive memilih untuk meneruskan hal positif yang telah mereka kembangkan untuk game Football Manager sebelumnya untuk Football Manager 2015 ini. Namun, untuk mengakomodasi makin beragamnya bentuk komputer yang digunakan pengguna untuk memainkan game ini, mereka memutuskan untuk mendesain user interface baru dengan basis berbagai perbaikan yang telah mereka hadirkan di game sebelumnya. Hasilnya, mereka berhasil mendesain user interface yang cocok digunakan di berbagai ukuran layar dan mencakup penggunaan berbagai metode input, termasuk touchscreen! User interface dari FM2015 terlihat menyerupai user interface dari aplikasi dan sistem operasi yang digunakan di gadget masa kini. Berbagai item di layar didesain dengan ukuran besar sehingga mengakomodasi penggunaan touchscreen oleh pengguna. Walaupun begitu, perubahan tersebut tidak merusak desain tampilan Football Manager yang telah dikenal selama ini. Menu Bar yang sebelumnya diletakkan di bagian atas kini dipisah menjadi dua, satu tetap berada di bagian atas layar, satu lagi diubah menjadi menu di bagian kiri layar. Tentu saja, untuk pemain Football Manager seri lama, perubahan ini akan menimbulkan sedikit kebingungan. Tetapi, setelah mencoba game ini selama beberapa waktu, kami merasa user interface baru ini mudah dipahami dan kami dapat beradaptasi dengan cepat. Hal lain yang berubah dari user interface FM2015 ini adalah peletakan search bar dan menu “World”. Search Bar kini melingkupi sebagian besar bagian atas layar dan dapat dengan mudah diakses dengan sekali klik. Sedangkan menu World berada di samping Search Bar dan memiliki ukuran yang lebih besar dari sebelumnya. Secara umum, user interface ini akan lebih memudahkan user dalam bernavigasi di menu-menu yang ada dalam game ini terlepas dari apapun bentuk komputer yang digunakan oleh pengguna untuk memainkan game ini.Pelatih: Terlibat “Langsung” dalam Latihan Pemain
Selain user interface, perubahan lain yang langsung kami temui di awal permainan adalah pilihan bagaimana Anda akan memposisikan diri Anda sebagai pelatih tim. Anda bisa memilih apakah Anda hanya mengurus sisi taktik permainan saja atau Anda juga turut serta mengurus latihan pemain. FM2015 akan menawarkan pengaturan seperti apa Anda menangani tim di bagian awal permainan dan hal itu tidak akan bisa Anda ubah setelah permainan dimulai. Pihak Sports Interactive menyebut dua gaya kepelatihan yang bisa Anda pilih tersebut sebagai Tracksuit Head Coach dan Tactical Head Coach. Anda bisa mengalokasikan poin-poin yang telah disediakan sesuai dengan pilihan lisensi kepelatihan dan juga pengalaman bermain Anda. Nantinya, poin-poin tersebut akan menentukan bagaimana atribut milik Anda yang berimbas pada apakah Anda bisa memimpin suatu jenis latihan dengan baik. Memimpin latihan? Ya! Seperti layaknya coach yang Anda rekrut, Anda dapat menjadi person in charge untuk suatu jenis latihan yang akan dijalani oleh tim Anda. Bila Anda memilih untuk lebih condong menjadi Tracksuit Head Coach, tentunya Anda akan memiliki kemampuan yang baik untuk memimpin latihan seperti Attacking, Ball Control, Shooting, dan Defending. Tetapi, bila Anda memilih menjadi Tactical Head Coach, kemungkinan besar Anda akan lebih cocok menjadi pemimpin untuk latihan Tactical. Sayangnya, hanya sebatas itu saja implementasi “keterlibatan langsung” Anda dalam latihan di FM2015 di samping apa yang sudah ada di game-game sebelumnya dari seri ini, seperti penjadwalan latihan tim maupun latihan individu. Namun, adanya tambahan seperti ini membuat Sports Interactive memiliki kemungkinan dihadirkannya fitur baru terkait latihan di game-game Football Manager yang akan datang. Mari kita tunggu saja!Battlefield 4 Unjuk Pesona DLC Terakhir – Final Stand
Tahun 2014 memang menjadi tahun yang cukup unik untuk EA. Bagaimana tidak? Setelah bertempur dengan cukup frontal melawan Call of Duty setiap tahunnya lewat rotasi Medal of Honor – Battlefield yang berlangsung secara rutin, EA memutuskan untuk tidak merilis seri Battlefield apapun tahun ini. Setelah masa beta yang mengundang cukup banyak kritik, si seri unik yang dikembangkan Visceral – Battlefield Hardline akhirnya dipastikan mundur ke tahun 2015 mendatang. Untungnya, untuk mereka yang merindukan sensasi gameplay multiplayer Battlefield yang epik, masih ada satu harapan terakhir. Benar sekali, kita tengah membicarakan DLC terakhir Battlefield 4 – Final Stand.
Berbeda dengan DLC-DLC yang dirilis sebelumnya, Final Stand ternyata membawa Anda ke dalam skenario perang yang lebih modern, sedikit mengintip sensasi Battlefield masa depan. Menjadikan Russia sebagai setting utama dan hadir dengan empat ekstra map: Operation Whiteout, Hammerhead, Giants of Karelia, dan Hanger 21, EA merilis sebuah trailer terbaru untuk memberikan sedikit gambaran “lompatan” teknologi yang diusung. Anda akan berhadpaan dengan snowmobile, hovertank – tank besar yang melayang di atas tanah, drone terbang, bahkan hingga rail gun yang juga disempatkan di dalamnya. DLC ini sendiri mulai tersedia untuk para pemilik akun Premium.
Jadi, untuk Anda yang selama ini memimpikan Battlefield 2143 yang tidak kunjung diumumkan oleh EA, apalagi dengan DICE yang tengah sibuk dengan Star Wars Battlefront, DLC Final Stand ini menjadi alternatif yang terdengar menarik. Rail gun di Battlefield? Holy..